Dewa kecelakaan.
Iya, ini betulan. Laki-laki itu belum genap seminggu tinggal—lagi—di apartemen Satya tapi sudah banyak merepotkan kakak tertua mereka.
Hana belum tau pasti penyebab pastinya karena apa. Beberapa saat yang lalu Hana dikejutkan dengan Satya yang masuk ke apartemen sambil memapah Dewa yang kaki kirinya di perban dan satu tangan lainnya bertumpu pada kruk.
Padahal pagi tadi laki-laki itu terlihat sehat bahkan sempat menjahilinya saat sedang memasak. Bahkan juga sempat mengantarkan barang Satya yang tertinggal di apartemen ke kantor. Tapi kenapa sore harinya malah bernasib naas seperti ini?
Tadi Hana sudah mencoba bertanya pada Satya, namun laki-laki itu hanya mengendikkan bahunya, dan mengatakan kalau ia juga tidak tau apa-apa, Dewa belum menjelaskan penyebab kecelakaan yang menimpa dirinya.
Saat akan pulang tadi Satya mendapatkan panggilan tak terjawab dari Dewa. Dan sebuah pesan yang mengatakan meminta dirinya untuk menjemput Dewa di rumah sakit. Mendapatkan pesan seperti itu sudah pasti tanpa babibu Satya langsung pamit pulang terlebih dahulu pada anak-anak The One. Sampai menimbulkan banyak pertanyaan dari anak-anak yang melihat Satya pamit buru-buru seperti itu. Terutama Hana.
Maka demi mengobati rasa penasarannya. Disinilah Hana sekarang, ikut duduk di sofa bergabung dengan dua laki-laki yang tengah beradu pandang. Dewa dengan tatapan pasrahnya, dan Satya dengan tatapan tajam siap menghujami Dewa dengan banyak pertanyaan.
"Lo nggak mau jelasin apa-apa?"
Dewa mendengus sebelum menjawab pertanyaan dari sang kakak, "Apalagi yang harus gue jelasin? Intinya gue kecelakaan, terus kaki gue retak. Udah. Apalagi yang mau kalian denger?"
Satya menyipitkan matanya, "Mobil lo kemana? Motor siapa yang lo bawa?" Tuntut Satya pada Dewa, mengingat saat menjemput Dewa di rumah sakit tadi, adiknya itu duduk sambil memangku sebuah helm full face, serta tidak ditemukannya mobil adiknya.
"Itu motornya Bang Brian. Gue pinjem waktu mau nganterin barang lo tadi. Lo kan nyuruh gue buru-buru, jadi gue pikir pakai motor aja biar cepet."
Satya terdiam sejenak, agaknya ia merasa sedikit merasa bersalah. "Terus gimana bisa lo kecelakaan? Lo nggak nabrak lari orang kan?"
Dewa berdecak kesal, merasa tidak terima mengapa kakaknya itu selalu berpikiran buruk tentangnya, "Nggak lah! Gila apa. Malahan, gue ini korbannya. Gue di serempet mobil pas mau balik ke studio. Kurang ajar emang. Lampu baru aja ijo, belum ada satu detik, tapi itu orang udah main klakson-klasonin gue. Di kira yang buru-buru cuma dia aja." Ujar Dewa menjelaskan kronologinya dengan bersungut-sungut.
"Terus ya udah. Karena gue kesel, gue sengaja jalannya pelan-pelan biar ngehalangin jalan itu orang. Eh, siapa yang nyangka ternyata supirnya emang beneran gila. Main nyerempet sampe gue jatuh." Tambahnya panjang lebar.
Hana yang sedari awal hanya berperan menjadi pendengar dalam perbincangan kakak beradik itu hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya usai mengetahui kronologi lengkapnya dari pemaparan Dewa.
Karena merasa tidak ada gunanya juga ia berlama-lama ikut campur dengan mereka. Hana memutuskan untuk melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda.
"Uhm, guys. Karena semuanya udah clear, gue pamit ke kamar duluan. Dan buat lo—" menatap Dewa dan menunjuk kaki Dewa dengan dagunya, "Semoga kaki lo cepet sembuh deh."
Dewa terkekeh, "Thanks, Han. Gini doang mah, seminggu juga udah sembuh."
Satya memicingkan mata, "Yakin? Kalau kata gue, kayaknya lo perlu waktu sebulan dua bulan buat lo bisa jalan lagi, tuh."
![](https://img.wattpad.com/cover/334504367-288-k365935.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Colleague, Brother or Lover?
ChickLitFrom colleague, became brother, and ended up being a boyfriend? Is it possible? Written in Bahasa