Event 15

461 51 5
                                    

Kalau kalian pikir tempat tinggal Satya itu unit apartemen mewah seperti yang digambarkan dalam novel novel chicklit, pengusaha muda yang tinggal disebuah penthouse, maka mohon jangan dibayangkan seperti itu lagi. Karena pada kenyataannya laki-laki itu hanya tinggal di sebuah unit sederhana dengan dua kamar tidur yang dilengkapi dengan dapur, sebuah kamar mandi, dan tempat bersantai merangkap ruang tamu.

Menurut Hana tidak ada bedanya dengan kos-kosan tempatnya tinggal. Atau lebih mirip seperti kontrakan malah. Yang membedakan hanyalah apartemen Satya yang berada di gedung tinggi.

Tidak ada yang spesial.

Malahan, saat Hana masuk dirinya disambut dengan kekacauan buku-buku yang berserakan, sobekan kertas yang belum sempat dibenahi, juga sarung yang tidak terlipat rapi diatas sofa.

Yang membuat si empunya rumah meringis sesaat, menanggapi keteledorannya membiarkan seseorang bertamu saat keadaan rumah jauh dari kata rapi.

"Sorry, gue belum sempat beberes. Biasanya ngga kaya gini kok." Jelasnya mencoba membela diri.

Hana mengangguk sambil terus berjalan mengikuti Satya menuju sofa setelah laki-laki itu melempar sarung miliknya ke keranjang pakaian kotor. Dan... Nice shot!

Sarung masuk tepat sasaran.

"Mau minum apa?"

"Ha? Nggak usah, Mas, gue belum haus." Tolak Hana,  setelah meminum segelas besar es jeruk sebelum ke apartemen tadi, perutnya masih terasa penuh.

"Oke, kalau haus ambil sendiri aja di kulkas."

Hana mengangguk, lalu duduk di sofa setelah Satya persilakan, sedangkan laki-laki itu memasuki sebuah ruangan yang Hana tebak adalah kamar Satya.

Sepeninggalan Satya, matanya menelisik ke sepenjuru ruangan.

Untuk tempat tinggal seorang laki-laki lajang, bisa Hana katakan Satya cukup mahir mengurus rumah, mengecualikan kejadian beberapa saat yang lalu tentu saja.

Dilihat dari tidak adanya tumpukan piring kotor, baju kotor yang tergeletak sembarangan, serta lantai yang bersih.

Meskipun sebenarnya skil mengurus rumah itu merupakan hal yang basic, yang seharusnya semua orang bisa, tapi tetap saja menemukan seorang laki-laki yang telaten mengurus rumah membuat Hana kagum.

Eng.. kagum?

"Lo kalau mau pakai kamar mandi, ada di sana. Ini handuknya. Itu bersih kok, masih baru malah."  Ujar Satya sembari menyerahkan sebuah handuk kepada Hana.

"Gue tau lo belum mandi dari siang kan?"

Sontak perkataan Satya barusan membuat Hana mengendus bau badannya sendiri.

Apakah tercium masam sampai-sampai Satya mengetahui dirinya yang belum sempat mandi seharian ini.

"Gue keluar dulu bentar. Titip apartemen." Ucap Satya lagi tanpa menunggu balasan dari Hana, dan berlalu begitu saja sampai suara pintu yang kembali tertutup berhasil mengembalikan kesadaran Hana sepenuhnya.

"Bagus deh, gue bisa mandi dengan tenang." Monolog Hana sebelum buru-buru mengambil pakaian gantinya secara asal dari dalam koper. Dan memanfaatkan kepergian Satya tadi untuk membersihkan diri, secepat mungkin sebelum laki-laki itu pulang.

Yang tanpa Hana ketahui, sebenarnya Satya tidak benar-benar pergi kemanapun.

Laki-laki yang telah mengganti kemejanya dengan kaos putih polos itu hanya bersandar di balik pintu unitnya tanpa melakukan kegiatan apapun.

Satya tau, pasti keadaan akan sangat canggung apabila dirinya ada di dalam sana saat Hana tengah membersihkan diri.

Meskipun, kalaupun ada dirinya disana, Satya bersumpah tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak.

Colleague, Brother or Lover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang