Event 11

483 64 6
                                    


Niat awal Hana mengiyakan saran Mama Risma untuk pulang bersama dengan Satya ialah supaya ia bisa beristirahat saat di perjalanan.

Namun siapa yang menduga kalau ternyata malah dirinyalah  yang harus berakhir mengambil alih kemudi. Karena saat ditengah perjalanan, secara tiba-tiba Satya menepikan mobilnya dan meminta Hana untuk bertukar posisi.

Laki-laki yang kini merupakan kakak tirinya itu sempat mengatakan kalau kepalanya tiba-tiba terasa pusing, dan dengan kondisinya yang seperti itu, Satya merasa tidak yakin bisa mengendarai mobil dengan benar. 

Hana yang melihat wajah Satya yang memang terlihat begitu pucat dengan tanpa ragu bersedia untuk bertukar tempat duduk. Ia tidak mungkin membiarkan Satya yang tidak dalam kondisi tubuh yang fit menyetir dari Bogor ke Jakarta. Bisa-bisa suatu hal yang buruk akan menimpa mereka berdua kalau tetap memaksakannya.

Diliriknya Satya yang kini terlihat duduk bersandar sambil memejamkan mata. Sudah hampir setengah jam laki-laki itu tertidur.

Sejujurnya sejak sore tadi Hana sudah merasa ada yang tidak beres dengan Satya. Laki-laki itu beberapa kali didapatinya menguap namun tidak tuntas. Matanya juga terlihat memerah dengan kantung mata menghitam.

Sepertinya Satya masuk angin karena kurang tidur.

Apa seminggu ini Satya kurang tidur karena memikirkan persiapan event yang akan digelar besok pagi?

Bisa jadi.

Karena jujur saja, diantara anak-anak The One, Satya ini merupakan salah satu staf yang paling rajin dan super perfeksionis. Apa-apa ingin semuanya berjalan dengan lancar tanpa minus sedikit pun. Pokoknya, Satya ini orang yang sangat bisa diandalkan. Makanya anak-anak sudah tidak heran kenapa Mas Seno menunjuk Satya untuk menjadi tangan kanannya.

Terlebih lagi event kali ini bisa dikatakan event yang sangat penting untuk mereka semua. Jadi karena tidak ingin ada yang miss, mungkin Satya jadi merasa harus bekerja dengan ekstra supaya acara ini bisa terlaksana dengan sukses.

Hana menghembuskan nafasnya sejenak. Lalu ditolehnya lagi Satya yang terlihat begitu tenang dalam tidurnya, "Padahal, kalau ada apa-apa lo bisa ngomong ke kita-kita, Mas. Jadi lo nya nggak harus nanggung semuanya sendiri." Ujar Hana pelan yang tanpa ia sadari sebenarnya Satya mendengarnya. Karena sejujurnya laki-laki itu sejak awal memang tidak bisa tidur. Jadi ia hanya memejamkan matanya saja. Namun hal tersebut tidak bertahan lama, karena nyatanya di beberapa menit kemudian kantuk mulai melanda dan membawanya ke alam mimpi.

"Mas... Mas Satya, ini kita udah sampai di kosan gue." Panggil Hana mencoba membangunkan Satya sembari menepuk pundaknya pelan.

"Ehm?" Satya mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu membenarkan posisi duduknya yang sedikit merosot.

"Oh, udah sampai di kosan lo ya?" Tanya Satya yang dibalas anggukan kepala oleh Hana.

"Lo masih pusing?"

Satya tersenyum tipis, lalu mengangguk, "Sedikit, tapi nggak apa-apa. Lo masuk aja sana. Langsung istirahat, biar besok lo nggak kesiangan."

Hana sempat melongo beberapa saat, masih belum bisa mempercayai apa yang barusan dilihatnya.

Barusan itu Satya beneran senyum?

"Han?"

"Eh... iya. Kalau gitu gue duluan, Mas." Pamit Hana.

Kemudian secara bersamaan keduanya keluar dari mobil hendak kembali bertukar tempat. Bedanya kali ini Hana tidak lagi masuk ke kursi penumpang, karena ia sudah sampai di tujuannya.

"Makasih udah nebengin gue, Mas"

Satya mendengus, "Lo nyindir gue apa gimana? Jelas-jelas malah gue yang jadinya nebeng lo."

Colleague, Brother or Lover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang