Event 27

774 70 17
                                    

"Geser dikit lagi, Han. Lagi, lagi...Itu belum masuk. Kanan, kanan...Yak! Kelewatan!"

Ck!

Hana berdecak, lalu menunduk untuk menatap sengit Dewa yang ada dibawahnya.

"Arahin yang bener makanya."

Dewa bukannya ikut marah karena kena bentak, laki-laki itu malah tertawa.

"Lo pikir gue dari tadi ngapain kalo bukan ngarahin lo?"

Hana menghela napas panjang, mencoba untuk kembali fokus.

"Ayo coba lagi." Ujarnya, lalu kembali mendongakkan kepala untuk memastikan arah tangannya benar memasangkan bohlam lampu tepat pada tempatnya.

Saat dirasa sudah tepat posisinya, Hana sedikit berjinjit, karena ternyata dengan bantuan meja yang ditumpuk dengan kursi pun masih belum cukup untuk membantunya.

Ck!

Lagi-lagi Hana berdecak.

"Gue nggak bisa, Wa." Keluhnya.

Dewa pun kembali terkekeh, "Lo sih, pendek." Godanya.

"Ya, sorry sorry aja, Han. Gue juga nggak memungkinkan buat bantuin lo masang lampu. Orang buat berdiri gini aja kaki gue rasanya masih sakit."

Hana mendudukan bokongnya pada kursi yang ia tumpuk pada meja, lalu mengangguk memaklumi.

"Minta bantuan bang Satya aja udah. Bentar lagi juga doi balik. Nah...nah, itu orangnya." Ujar Dewa saat di dengarnya pintu apartemen yang dibuka, dan menampilkan sosok Satya dalam balutan baju olahraganya, kaos hitam yang pas badan dipadu dengan celana pendek serta tak lupa topi yang dipakai terbalik.

"Apa?" Tanya Satya sembari melepaskan sepatu dari kakinya, saat dirasa namanya dibawa-bawa oleh Dewa, ditambah dengan dua pasang mata yang juga ikut memperhatikannya.

"Ini, lampu kamarnya Hana mati dari semalem. Terus rencananya mau diganti. Bantuin gih, Bang!" Seru Dewa pada Satya dengan entengnya. Mengabaikan Hana yang kini menatapnya tidak percaya, plus sudah memaki laki-laki itu dalam hati.

Satya berjalan mendekati kamar Hana yang pintunya terbuka lebar. Menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu, bersidekap dada, sambil mendongakkan kepalanya mengamati fitting lampu yang sudah tidak terdapat bohlam lampu lagi di tempatnya.

Matanya lalu beralih pada Hana yang masih tidak bergerak barang sedikitpun dari tempatnya, masih duduk pada kursi yang ditumpuk di atas meja.

"Turun." Pintanya.

"Hah?"

Oh? Satya mau membantunya memasang lampu kah?

"Oh, bentar, bentar." Lalu setelahnya Hana dengan segera turun dari atas meja. Memberikan bohlam lampu baru yang dibawanya pada Satya. Membiarkan laki-laki itu untuk mengambil alih.

Tau begini Hana langsung meminta tolong pada Satya saja dari semalam.

Tapi namanya juga gengsi. Dan takut. Iya, takut. Karena walaupun sudah genap seminggu, laki-laki itu masih saja bersikap dingin padanya.

"Udah. Coba lo nyalain lampunya."

Secepat itu?

Hana menolehkan kepalanya pada Dewa, meminta laki-laki itu untuk menyalakannya, yang kebetulan berdiri tak jauh dari saklar lampu.

Dan seketika kamarnya jadi terang benderang.

"Nah! Dari tadi kek." Komentar Dewa setelahnya, kemudian pergi keluar dari kamar Hana menyisakan kesunyian diantara Satya dan Hana.

Colleague, Brother or Lover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang