Event 18

375 57 11
                                    

Ketukan dipintu terdengar, saat Satya baru saja selesai mandi dan hendak mengganti baju.

Masih dengan tubuh bagian atasnya yang belum tertutupi apapun, Satya dengan percaya dirinya membuka pintu kamar.

"Apa?" Tanyanya kemudian, yang dibalas Hana dengan pelototan mata.

Kebiasaan.

Hana berdecak, ia tau laki-laki dihadapannya ini memang memiliki bentuk tubuh yang bagus. Tapi apa harus memamerkannya seterang-terangan ini?

"Gue mau ngomongin hal penting. Bisa ngobrol di sana sebentar?" Pinta Hana sambil menunjuk sofa dengan dagunya.

"Oh, oke."

"Tapi lo bisa pakai baju dulu, ngga?" Ujar Hana sambil menahan Satya yang hendak mengikuti dirinya tanpa memakai baju terlebih dahulu.

"Kenapa?" Tanya Satya sambil menaikkan sebelah alisnya.

Apa Satya ini sudah gila? Dan masih bisa bertanya kenapa?

Oh, man!

Hana memutar bola matanya.

"Lo nggak malu apa?"

Satya terkekeh kecil mendengar pertanyaan yang Hana lontarkan padanya. Memilih tidak menjawabnya, kemudian meraih secara asal kaos yang ada di tumpukan paling atas di almarinya. Lalu menghampiri Hana yang kini terlihat sedang menyiapkan selembar HVS juga dua bolpoin di atas meja yang barusan diambilnya dari dalam tasnya.

Sebenarnya apa yang ingin Hana bicarakan dengannya?

"Gue mau kita bikin kontrak." Ujar Hana tiba-tiba.

Yang seketika membuat Satya menautkan kedua alisnya.

"Kontrak? Buat apa?"

"Buat keselamatan gue, selama gue tinggal disini."

Satya meletakkan bolpoin juga kertas yang tadi Hana berikan padanya.

Diliriknya cukup sengit perempuan yang kini tengah memandanginya dengan tatapan penuh harap itu.

Satya mendengus, "Lo pikir gue mau apain lo, sampe harus bikin kontrak segala?" Singgung Satya yang merasa sedikit tidak terima, karena hampir semua tindakannya selalu di curigai oleh Hana.

"Maksud gue nggak gitu, Mas. Gue..."

"Apa? Kalau lo emang nggak mau tinggal disini, tinggal ngomong. Nggak perlu nuduh gue yang nggak-nggak, Han." Ungkap Satya sebelum bangkit dari duduknya.

Kesal? Jelas.

Memangnya ada orang yang tidak akan tersinggung kalau dituduh seperti ini? Padahal jelas-jelas ia sedang berusaha menolongnya.

"Dengerin gue dulu!" Hana dengan spontan meraih pergelangan tangan Satya, menahan laki-laki itu agar tetap tinggal.

"Ini buat kebaikan kita berdua, Mas. Gue nggak mungkin tinggal disini tanpa tau apa yang lo suka, dan apa yang nggak lo suka, kan?"

Satya membalikkan badannya, terlihat sedikit tertarik dengan apa yang Hana bicarakan.

"Maksudnya?"

"Disini," Hana menunjuk kertas yang sempat dianggurkan, "Lo tinggal tulis hal-hal apa aja yang nggak lo suka. Misalnya, lo nggak suka kalau gue masuk sembarangan ke kamar lo. Atau lo nggak suka camilan lo yang ada dikulkas diambil sembarangan tanpa izin. Contohnya kaya gitu. Kalau lo mau nambahin ya silahkan. Gue sadar diri, gue cuma numpang disini. Jadi gue pikir dengan begini gue nggak makin bikin lo repot, Mas."

"Gitu doang?"

Hana mengangguk polos, "Iya, gitu doang."

Sial! Satya pikir apa.

Colleague, Brother or Lover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang