Event 13

564 61 11
                                    

Krek!

"Aduh...

Krek!

akh.. enaknya!"

"Sialan Hana, lo bikin gue mikir kotor aja pagi-pagi begini."

Hana yang tengah merenggangkan otot-otot tubuhnya dibawah sinar matahari pagi seketika menolehkan kepalanya.

Disana Bene, memperhatikan dirinya sambil bersandar pada pintu—masih dengan muka bantal— menyeruput secangkir kopi yang masih mengepulkan uap panas yang dibawanya.

"Dasar byuntae! Btw good morning." Sahutnya sambil mulai beranjak usai mengakhiri sesi stretchingnya itu.

Pantas saja Hana sudah mendengar suara keributan dari lantai bawah, ternyata teman-temannya sudah pada bangun tidur toh.

"Cuci muka gih! Belek lo tuh..."

Bene hanya memutar bola matanya mendengar olokan yang Hana berikan padanya. Jelas sekali kalau perempuan itu berbohong.  "Mulut lo pedes amat, Han. Pms lo?"

Hana menggeleng, tidak mengiyakan tebakan Bene, sekalian untuk menolak kopi yang laki-laki itu tawarkan.

"Gue belum sarapan."

"Oh, pantesan galak." Balas Bene maklum.

Kemudian hening sejenak. Keduanya terdiam menikmati semilir angin pagi yang menerpa wajah mereka.

Oh! Sudahkah Hana bilang kalau di kantor The One terdapat satu spot favorit mereka untuk bersantai, dan juga biasa menjadi smoking area bagi para laki-laki?

Kalau belum, tempat yang sekarang Bene dan Hana tempati inilah spot favoritnya.

Tempatnya memang tidak terlalu luas. Bisa dibilang hanya rooftop kecil-kecilan yang disisi sampingnya terdapat pagar besi yang dirambati tumbuhan lee kwan yaw yang menjuntai apik, yang apabila kalian berada di depan kantor The One, kalian pasti akan melihatnya. Dua buah toren air berlogo burung pinguin,  dua pasang kursi kayu dengan satu meja bundar berkanopi, dan juga beberapa tanaman hidroponik milik Windy yang mulai tampak layu karena jarang dirawat tertata rapi di sudut-sudut nya.

Sesederhana itu memang, namun Hana sangat menyukainya.

Ngomong-ngomong, karena kedatangan Bene, Hana jadi lupa tujuan awalnya.

Sebelumnya, ia ke atas hanya ingin olahraga ringan sebentar lalu pulang. Eh malah berakhir duduk santai dan mengobrol dengan Bene.

"Gue balik duluan ya, Ben." Pamitnya tiba-tiba yang mendapatkan tatapan penuh tanya dari sang lawan bicara.

"Buru-buru amat. Nggak mau nunggu sarapan dulu? Tadi si Satya lagi keluar nyari bubur. Si Dino juga lagi masak."

Eng... Alasan yang patut dipertimbangkan. Apalagi ada masakan Dino, pasti enak.

Tapi...

"Nggak deh. Gue sarapan di kosan aja."

Bene mengerutkan dahinya. Tumben sekali Hana tidak bisa dirayu dengan makanan.

"Terus ntar jatah punya lo gimana?"

"Kasih ke Marko aja, atau mau lo makan juga terserah."

"Bye, Bene!" Pamitnya lagi tanpa ditunda-tunda.

Terlebih tadi Bene bilang Satya sedang pergi keluar kan?

Ini bisa jadi kesempatan emas untuk Hana bisa menghindari laki-laki itu.

Jujur, Hana masih merasa sebal dengan kakak tirinya itu. Bisa-bisanya ia berpikiran buruk tentang Hana.

Memangnya Hana perempuan macam apa yang dituduh mencuri-curi kesempatan dalam kesempitan ketika menolong laki-laki itu kemarin malam.

Colleague, Brother or Lover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang