"Hanaa!! Lo pindah kost kok nggak bilang gue?"
"Kenapa juga tiba-tiba pindah?"
"Udah nggak betah apa gimana?"
"Oh, atau jangan - jangan lo nggak dibolehin ngekos sama mama baru lo? Terus lo disuruh pulang?"
Hana menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sesekali menoleh waspada mengawasi sekitar, sebelum menjawab pertanyaan bertubi yang Nara berikan.
"Aduh, ceritanya panjang, Mbak." Balas Hana kemudian.
"Ha? Gimana?"
Hana meringis, bingung harus menceritakannya atau tidak. Karena mau bagaimana pun, kesalahannya itu sangatlah memalukan.
Menyelundupkan seorang laki-laki di kosan perempuan.
Aish!
"Gue ngelanggar peraturan kos, dan ketahuan sama budhe. Jadi ya udah, mau nggak mau gue harus pindah kos."
Diseberang telepon, dapat Hana dengar Nara meresponnya dengan ber oh ria. Sesekali terdengar juga suara seorang laki-laki yang sepertinya teman kerja Nara. Saat ini pukul setengah satu siang, kemungkinan mantan teman kosnya itu tengah menyantap makan siang.
"Lo pindah ke mana, Han?"
Hana terdiam, teringat isi do's and don'ts yang kemarin telah dirinya sepakati dengan Satya.
Tepatnya pada poin ke enam.
6. Haram hukumnya membocorkan informasi apapun pada orang lain. Terutama anak-anak The One.
Dan itu berarti termasuk Mbak Nara.
"Gue....gue ngekos sama temen kantor gue, Mbak."
"Ohh, oke deh. Gue jadi lebih tenang dengernya. Lo nggak tau aja, kemarin gue paniknya kaya gimana waktu tau kamar lo kosong."
"Gue udah mikir yang nggak-nggak tau, Han." Adu nya pada Hana.
Hana terkekeh mendengarnya, "Makasih banget ya, Mbak, sampai segitunya sama gue. Makasih juga selama gue tinggal dikos, lo sering bawain gue jajan, nemenin gue bengong, nemenin gue nonton drakor. Aduh, gue bakalan kangen banget!" Ungkap Hana dengan rasa haru.
Hana adalah anak tunggal. Mengetahui ternyata ada orang lain, selain keluarganya, yang begitu menyayanginya, jelas sangat membuatnya terharu dan juga senang.
Menurut Hana, Nara adalah teman sekaligus kakak perempuan terbaik yang pernah ia dapatkan.
"Ahhh, jangan gini lah. Kaya lo nggak bakalan ketemu gue lagi aja. Merinding gue dengernya." Balas Nara diiringi kekehan geli.
"Gue serius loh, Mbak."
Nara tertawa, "Iyaaa, deh. Lo kalau lagi galau kabarin gue aja. Atau waktu lo mau main bareng, butuh temen ngelamun, gue siap kapanpun lo butuh."
Hana ikut tertawa, "Bener ya? Awas aja kalau sampe nggak."
"Hmm, janji. Yaudah, Han. Gue balik kerja lagi ya? Take care."
Hana mengangguk, "Thank you, Mbak."
Baru saja dirinya mematikan ponselnya, suara deheman seseorang tiba-tiba mengejutkannya.
"Ekhem!"
"Astaga, Marko! Lo bikin gue kaget aja."
"Betewe, Sejak kapan lo disitu?" Tanya Hana kemudian pada Marko, yang tengah memakan stik coklat dengan santainya di meja pantry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colleague, Brother or Lover?
ЧиклитFrom colleague, became brother, and ended up being a boyfriend? Is it possible? Written in Bahasa