Event 28

485 62 15
                                    

Hana bukanlah morning person. Rencananya hari Minggu ini Hana cuma mau istirahat di rumah. Me time. Nonton film, makan enak, terus rebahan aja seharian. Eh tapi dasarnya Hana orangnya nggak enakan, nggak bisa nolak ajakan orang, apalagi yang ngajak Dewa. Yang mana dia pake alasan mau sekalian latihan jalan lagi tanpa pakai kruk. Yang bikin Hana jadi nggak tega buat nggak nemenin laki-laki itu.

"Cuma sebentar doang kok. Keliling taman. Sekalian nyari sarapan. Ikut nggak?"

Kata Dewa tadi.

Jadi yaudah deh, mau nggak mau Hana ikutan aja. Sekalian cari sarapan. Kebetulan Hana lagi kepingin makan bubur ayam.

Dan di sinilah mereka sekarang. Usai berkeliling taman mencari mamang tukang bubur, kini mereka duduk di kursi taman dengan memangku kotak sterofoam berisi bubur ayam dengan berbagai sate-satean yang barusan dibelinya.

Sambil menikmati sarapannya itu, Hana sesekali melirik pada kaki Dewa yang masih dibalut perban elastis.

"Kaki lo udah mendingan?" Tanya Hana setelah menelan sate telur puyuh. Yang Dewa balas dengan anggukan, lalu menggerakkan kakinya, 

"Lumayan. Minggu depan udah sembuh total sih kayaknya."

Hana mengangguk lalu menyuapkan kembali bubur ayam miliknya kedalam mulut.

"Lo sendiri...sama Bang Satya gimana?"

Hana hampir saja tersedak kuah kuning bubur ayam saat tiba-tiba Dewa mengganti topik pembicaraan.

"Gimana apanya?"

"Udah nggak marahan lagi?"

Hana menautkan kedua alisnya, "Orang nggak ada yang marahan juga."

"Ah, yang bener?"

Yang Hana balas dengan anggukan.

"Tapi kok... Ini perasaan gue aja, atau Bang Satya emang kayak lagi ngediemin lo sebulanan ini. Habis kalian balik dari acara kantor waktu itu, tuh. Terus habis yang malamnya dia marahin lo gara-gara makan belepotan."

Hana mengendikkan bahunya.

"Tau tuh, abang lo. Di kantor juga gue di marahin mulu. Dikit dikit salah. Padahal gue kayaknya nggak bikin salah ke dia deh."

"Biarin lah." Hana mendesah.

Dewa melirik Hana yang tengah menatap kosong taman di depannya.

"Apa?"

Dewa menggeleng, "Nggak apa-apa. Kasihan aja. Melas banget muka lo. Kayak lagi berantem sama pacar."

"Sialan!" Hana berdecak lalu melempar bekas tusuk satenya pada Dewa, yang jelas saja laki-laki itu tangkis dan kembali menyantap kembali bubur ayamnya tanpa merasa terganggu sedikit pun mendapat tatapan tajam dari Hana. 

Usai menyantap habis bubur ayamnya, laki-laki itu berdiri meraih kruknya dan menatap Hana yang baru saja kembali usai membuang kotak sterofoam pada tempat sampah.  "Mau balik nggak?"

"Ayo."

Mereka berjalan dalam diam. Hana yang berjalan di belakang Dewa menatap punggung laki-laki itu tanpa suara.

"Wa.."

"Hmm?"

"Kalau gue jadi pindah lo bakal kangen gue nggak?"  Tanya Hana mencoba membuka kembali pembicaraan di antara mereka.

"Mau banget gue kangenin?" Goda Dewa, tak lupa dengan menampilkan cengiran usilnya.

"Ck!"

"Halah! Nggak usah pindah. Ngapain? Anggap aja apartmentnya bang Satya apartment lo juga." Laki-laki itu menyikut Hana lalu tersenyum memamerkan gigi putihnya.

Colleague, Brother or Lover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang