Event 29

352 53 23
                                    

Ada dua hal yang sangat sering diributkan oleh anak-anak The One. Yang pertama masalah makan. Baru deh yang keduanya masalah kerjaan.

Nggak kebalik tuh? Kerjaan dulu baru makan?

Nggak dong.

Kalau kata Bene sih yang penting makan enak dulu, masalah kerjaan ntar aja belakangan. Kalau lagi laper otak nggak bakalan bisa mikir, percuma.

Ya, nggak salah sih. Tapi nggak bener juga. Dan Hana jadi salah satu orang yang setuju sama pemikiran Bene itu.

Fyi, kantor hampir aja ada perang saudara cuma gara-gara nggak sama milih menu makan siang.

Tau dong siapa si biang keroknya.

Yap! Si yin dan yang, Cakra dan Bene. Plus si tukang kompornya jangan lupa, Marko.

"Udah Batagor aja. Di gue dapet free ongkir."

"Batagor doang nggak kenyang anjir. Nasi padang lah. Lo setuju sama gue kan, komar?"

"Hoo, bang. "

Cakra menepuk pundak Marko bangga, "Tuh, dengerin."

"Aduh, gue keburu mati kelaparan abang-abang! Jadinya mau order apa?" Keluh Arin yang udah pusing dengerin perdebatan dua laki-laki—yang seharusnya udah dewasa—itu.

"Bentar, Rin. Lo kalau mau dapet traktiran, lo harus pilih mau join tim gue..." Bene menunjuk dirinya sendiri, "apa timnya dia?'' lalu pada Cakra.

Cakra mengangguk, "Jadi, Rin...tim gue apa dia?"

Arin yang udah pusing karena kelaparan dibuat makin pusing karena ulah kedua abang-abang kantornya.

Hana yang sedari tadi hanya menyimak saja akhirnya turun tangan, mendengus lalu memutar kursi kerjanya. Kalau nggak ada yang menengahi, alamat nggak bakalan jadi pesen makan.

"Udah, biar gue aja yang order."

"Eh?" "Serius?" Tanya Cakra dan Bene secara bersamaan yang Hana balas dengan anggukan.

"Lagi banyak duit lo?" Sahut Clara.

Hana menggelengkan kepala, "Nggak sih. Tapi gue pusing dengerin mereka berantem nggak selesai-selesai cuma gara-gara ongkir. Biar gue yang tanggung ongkirnya."

"Nih, Rin, pesen aja pake akun gue." Tambah Hana sambil mengulurkan ponsel pintarnya pada Arin. Yang tentu saja perempuan itu terima dengan senang hati.

"Thank you, mbak Hana."

"Tapi ntar jangan lupa ganti uangnya. Awas aja kalau nggak" Hana menyipitkan kedua matanya, melirik sengit pada teman-temannya. Terutama pada Bene, Cakra dan Marko.

"Kalau nggak, kalian bakalan..." Setelahnya Hana melanjutkan kalimatnya dengan membuat gerakan seolah-olah tengah mengiris lehernya dengan jempol.

"Paham?"

Bene mencabikkan bibirnya, "Iye, paham. Tau banget. Berapa? Gue transfer sekarang.''

Hana terkekeh mendengarnya, "Nah, gitu dong."

"Oiya, Mbak Hana, ini yang lagi pergi dipesenin sekalian nggak? Terus kalau iya mau dipesenin apa?" Sela Arin. Melirik bergantian teman teman kerjanya, yang sama-sama saling lirik satu sama lain. 

Hingga Clara memutuskan, "Berapa orang sih yang lagi pergi?"

"Ada Bang Seno, Bang Satya, Mbak windy, sama Bang Dino." Balas Marko.

"Oke. Berarti nasi padangnya tambah tiga, terus  siomay batagor tanpa pare satu. Gitu aja, Rin. Ntar mereka gue yang talangin dulu."

"Noted, Mbak Clara. Lauknya ayam goreng semua aja kan? Apa rendang?"

Colleague, Brother or Lover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang