|TMIC 6 : The Uncomfortable|

23.8K 1.9K 50
                                    

"maafkan aku" balas Luna menyengir lucu, agar Esme dapat memaafkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"maafkan aku" balas Luna menyengir lucu, agar Esme dapat memaafkannya.

Luna pun menampilkan senyum ramah, lalu beralih pada pria di hadapannya. "senang berkenalan dengan mu, aku Lunara sahabat dari Esme"

"hei, kenapa canggung banget? Biasa aja, ini kayak bukan gaya mu" bingung Esme menyikut Luna.

Tapi gadis itu kembali tersenyum kikuk, sembari bermain pada gelasnya. "aku tidak enak, karna baru kenal"

"tidak masalah, kau bisa berbicara informal padaku" balas pria dihadapannya sembari tersenyum lembut.

"tuh, Eithan tidak apa. Jadi jangan terlalu kaku" timpal Esme.

Dan Luna hanya tersenyum manis untuk keduanya, ia tidak akan menjawab. Hal ini untuk sikap menjaga jarak, karna Luna memutuskan agar tidak masuk dalam hubungan kedua orang itu. Ia memilih untuk menyesap kopinya, dan beralih menatap jendela besar di sampingnya.

"ah kopi! Bentar, aku akan memesan. Huh, aku hampir melupakannya" runtuk Esme dengan menepuk dahi nya.

Sebelum berlalu, ia sempat bertanya pada pria dihadapannya. "Eithan, kau pesan apa?"

"Espresso aja satu" balas Eithan tersenyum manis.

Dan Esme berlalu pergi sembari mencatat pesanan pria itu, Luna sendiri hanya menatap sekilas sahabatnya sebelum beralih lagi pada jendela besar di sampingnya. Kini hanya tersisa kedua orang itu disana, yang di dominasi oleh suasana sunyi.

Tidak ada siapapun yang ingin memulai pembicaraan, Luna dengan kopi dan jendelanya. Sedangkan Eithan dengan ponsel pada genggamannya, pria itu begitu serius dalam melihat ponselnya. Harusnya tidak masalah bukan? Luna juga tidak terganggu oleh sikap pria dihadapannya.

Namun ada yang salah, gadis itu sedaritadi terus menggeliat tidak nyaman di tempatnya. Entah apa yang membuatnya merasa seperti itu, tapi ia seolah terbakar oleh sebuah tatapan.

Namun, saat beralih Luna tidak menemukan siapapun yang menatapnya. Bahkan Eithan hanya terus memandang ke arah ponselnya, dan gadis itu pun kembali beralih pada jendela.

Terlarut begitu lama, hingga perasaan tidak nyaman tersebut semakin membuncah. Ia seolah ingin cepat pergi dari sana, bahkan dalam hati, Luna terus mengharapkan kehadiran Esme.

"apa ada masalah?" tanya pria di depannya dengan bingung, tak lupa sembari tersenyum.

Luna yang mendapati pertanyaan, langsung menoleh sembari tersenyum paksa. "sepertinya aku harus ke toilet sebentar"

Setelah mengatakan itu, Luna terpaksa berdiri. Dan berlalu dari sana, dengan tergesa-gesa. Tanpa disadarinya, Eithan menatap kepergian gadis itu dengan raut datar dan dingin. Beda halnya pada Luna yang mulai sampai pada toilet, ia menatap terus ke arah cermin.

Seolah ingin mengulur waktu begitu lama, wajahnya menunjukkan seberapa tidak nyaman keadaan gadis itu. Dan secara cepat, ia memilih untuk mencuci wajahnya pada air di wastafel. Mengusap begitu kasar, dan terburu-buru hingga merasa cukup.

The Man In Control [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang