|TMIC 24 : Workplace Loneliness|

13.8K 1.2K 50
                                    

"Luna?" panggil Esme yang menyadarkan gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Luna?" panggil Esme yang menyadarkan gadis itu.

"ah maaf, aku memikirkan sesuatu tadi" balas Luna canggung, tapi reaksi Esme malah tertawa kecil.

Hal ini membuat Luna mengernyit bingung, dengan bibir yang ikut merekah seiring tawa Esme. "kenapa tertawa?"

Gadis itu menghentikan tawanya, sebelum menjawab pertanyaan Luna. "kebiasaanmu tidak pernah berubah ya?"

Ia hanya mampu terkikik kaku sebagai balasan dari perkataan Esme, Luna menyadari dengan sikapnya bila terlalu larut dalam pemikiran. Ia akan mengabaikan sekitar, dan tenggelam dalam lautan pertanyaan.

Bahkan keberadaan seseorang di dekatnya bisa terlupakan dengan mudah, seolah Luna terjebak dalam ruangan pemikiran yang dibuatnya. Sepertinya itu termasuk dalam perilaku buruk, yang sebaiknya tidak lagi Luna biasakan.

Karna akan sungguh memalukan bila ia tengah berada dalam acara penting, dan memilih hanyut dalam pemikirannya. Atau bisa saja Luna berada dalam situasi berbahaya, yang bahkan tidak bisa membuatnya sadar.

"bye the way, How is life treating you?" tanya Esme ramah.

Sepertinya rasa canggung gadis itu sudah mengalir pergi, karna dapat Luna lihat lagi raut bersahabat dari wajah Esme. Sama seperti ketika pertama kali ia menemui gadis itu, begitu cerah dan cantik. Luna semakin takjub saat menyadari alasan dibalik rasa obsesi Eithan, pada novel yang pernah dibacanya.

"Nothing much" jawab Luna tersenyum manis.

Esme mengangguk pelan, sembari memandang sekitar New York yang begitu ramai. Sangat sibuk dengan para pekerja yang berlalu lalang, seolah waktu mengalir begitu cepat.

"then, how about you? Kenapa bisa pindah dan keluar dari perusahaan itu?" tanya Luna menuntut ingin tau dengan tersembunyi.

Esme terlihat menunjukkan senyum tipisnya, dengan sebuah rasa ketir yang terselip. "well, darimana aku harus memulainya?"

Luna masih terdiam tanpa memberikan tanggapan, hingga suara Esme mengalun lagi. "ehm, bisa dibilang ada rasa tidak nyaman di kantor itu"

"tidak nyaman?" ulang Luna dengan kernyitan.

Esme menatap penuh rasa yang menggebu untuk di utarakan, dan Luna sempat terpaku untuk sesaat lalu berkata. "kalau kau tidak mau cerita—"

"tidak, bukan itu. Hanya saja, terlalu mendadak kalau kau tau" sela Esme cepat.

Luna kembali menerawang tepat pada sikapnya dulu, yang mulai menjauh tanpa sebab tanpa memikirkan perasaan Esme. Hanya karna ia ingin menghindari akhir novel yang mengenaskan, persahabatan antara Lunara dan gadis itu harus hancur begitu saja.

Memang semua adalah kesalahannya, dia sadar dari awal. Namun awalnya Luna hanya menganggap Esme tidak lebih dari sebuah karakter yang di atur, sehingga mungkin keberadaannya tidak begitu berpengaruh pada gadis itu.

The Man In Control [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang