W29

1.1K 190 5
                                    












Masih di malam yang sama, YeRin melajukan mobilnya di jalan raya dengan kecepatan tidak konstan, kadang cepat kadang lambat dan bahkan kadang dia tidak bisa menyeimbangkan kemudi nya dengan benar.

Matanya memerah, menangis, tangannya bergetar, tubuhnya bergetar, semuanya bergetar, tidak ada yang baik di dirinya saat ini. Satu lagi kesalahan yang telah dia perbuat hari ini, dia tidak terlalu berhati-hati ketika keluar dari rumah Jeon yang nyatanya sejak awal dia telah di awasi dan kini di buntuti.

Tidak tahu kemana arah tujuannya saat ini, karena rasa panik yang menyerangnya, dia bahkan tidak bisa berpikir jernih lagi, bahkan untuk sekedar mengingat arah jalan menuju apartemen ibunya. Sesuai perjanjian, setelah YeRin berhasil mendapatkan barang yang di butuhkan, dia harus segera membawa barang tersebut ke ibunya dan ibunya akan membawa barang itu kembali ke sosok yang menjadi pencetus ide tersebut.

Tapi sayangnya sebelum dia bisa membawakan barang itu ke ibunya, mobilnya sudah lebih dulu di cegat oleh dua mobil hitam yang tak di kenal. Delapan pria berpakaian hitam serba tertutup keluar dari mobil tersebut dan mendatangi mobil yang di tumpangi oleh YeRin.

YeRin yang sudah gemetar semakin menggigil saat ini di buatnya, dia seorang wanita tanpa kawalan, terlebih lagi dia saat ini tengah mempertaruhkan nyawanya demi barang barang yang tengah dia bawa saat ini. Matanya melotot ke arah orang-orang itu yang kini sudah mulai menggedor kaca jendela mobilnya dan bahkan berusaha membukanya secara paksa

Salah satu dari mereka maju, dia membawa tongkat besi yang entah sejak kapan di siapkan ataupun dapatkan, mengacungkan nya ke depan kaca mobil YeRin dan berseru lantang.

" Keluar atau ku seret kau secara paksa!? "

YeRin menangis, buru-buru mendorong berkas berkas di kursi penumpang di sampingnya ke bawah, setelah nya dia keluar, tak lupa membawa ponselnya yang sudah dia hidupkan guna menghubungi Ibunya. Belum terangkat meski sambungan telepon berdering.

Baru saja kunci pintu terbuka, tangan YeRin segera di tarik, tidak hanya itu bahkan dia di dorong ke rekan yang lain kemudian mencengkeram dagunya dengan kuat tak lupa bersama jambakan kuat pada rambutnya. YeRin sontak menjerit kesakitan.

Dia berharap ada seseorang yang akan membantunya di saat ini meski itu terasa tidak yakin. Terlebih lagi dia tidak tahu dimana dia berpijak saat ini dan daerah sekitarnya pun relatif sepi, hanya terlihat sebuah bangunan tua yang telah lama di tinggalkan.

" Dimana barang itu!? "

YeRin menggeleng, " Tidak tau! Aku tidak tau! Akh! Lepaskan! Lepaskan aku!! "

PLAK

Satu tamparan melayang ke wajahnya, YeRin tertegun karena darah yang baru saja mengalir di mulutnya, bibirnya robek dan kepalanya pusing. Tamparan pria tersebut tidak main-main, seolah olah dia telah menjunjung tinggi konsep dimana semua gender itu memiliki kesetaraan yang sama dalam semua konsep tersebut dalam hal saat ini.

" Jawab atau-

" Bos! Kami mendapatkan barang itu! "

Seru seorang dari dua orang yang kini tengah memegang beberapa berkas di tangannya. Pria yang berseru tadi segera mendatangi orang yang berdiri di depan YeRin, mengambilnya dan menatap YeRin dengan sinis. Sebagai salam perpisahan, dia tidak lupa sedikit menepukkan bekas berkas itu ke kepala YeRin dan berkata dengan nada genit.

" Gadis pintar~ berkat kau, aku tidak perlu lagi harus membobol rumah orang. "

Dia berbalik, tujuh pria di belakangnya sekali lagi berhenti dan berseru padanya. " Bos, lalu bagaimana dengan wanita ini? "

W̶I̶B̶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang