W30

1.3K 202 6
                                    












JungKook tidak melihatnya. Dia bahkan hampir bertindak seperti orang yang tidak mau tahu menahu mengenai masalah tersebut. Bahkan ketika sang dokter datang menemuinya untuk menerangkan penderitaan apa saja yang telah di derita oleh YeRin, JungKook tetap tak bereaksi selain menatap kosong ke arah lantai dingin di pijakan kakinya.

Hanya sang kepala pelayan di sisinya lah yang selalu mencoba untuk menegurnya agar dia selalu bangun dan tidak hanyut dalam kesengsaraan.

" Tuan-

" Aku akan keluar."

Masih dengan kondisi yang remang remang karena pencahayaan dari langit yang belum terlihat jelas, Jeon Jungkook berjalan sendirian di koridor depan rumah sakit lalu berbelok ke taman samping bangunan rumah sakit tersebut.

Rambutnya yang kusut sama hal nya dengan bajunya yang sejak kemarin bahkan tidak sempat di ganti, masih meninggalkan sisa sisa aroma yang sempat dia tinggalkan setelah adegan panas sebelumnya dengan.......

JungKook menghela nafas panas, yang mana menimbulkan uap ke udara dan menghilang begitu saja. Tidak menghiraukan udara dingin yang menyergap tubuhnya, JungKook tetap diam di taman itu sampai dia puas.

Menunduk untuk memikirkan semua hal yang telah terjadi baru-baru ini padanya. Terlalu banyak hal, sampai sampai dia rasanya tidak mampu untuk memikirkan nya dengan kepala jernih.

Saat ini ibunya tidak ubahnya orang yang telah mati, karena musibah yang menimpanya, ibu Jeon mengalami pendarahan otak yang mana hampir merenggut nyawanya, tapi untungnya dia masih bisa di selamatkan meski dengan keadaan yang tak ubahnya dengan kematian.

YeRin, si pelaku kejahatan yang akhirnya telah di temukan juga telah di bawa ke rumah sakit yang sama dengan ibu Jeon. Hanya saja dengan kondisi yang menimpanya, dia di letakkan di ruangan yang cukup jauh dengan perawatan juga cukup intensif padanya. Bagaimana tidak?

YeRin di temukan oleh dua orang pengawal Jungkook di sebuah gedung tua tak berpenghuni dengan kondisi yang mengenaskan. Tidak mengenakan pakaiannya dengan benar bahkan bisa di katakan dia adalah korban dari pemerkosaan, terbukti dari beberapa lebam akibat kekerasan serta luka robek pada kemaluannya yang tampak mengerikan.

Dokter juga mengatakan bahwa mereka dengan terpaksa harus mengangkat rahim YeRin yang di diagnosa sudah rusak parah. Tak hanya itu, dokter juga mengatakan bahwa kemungkinan besar setelah sadar, YeRin akan mengalami gangguan jiwa akibat kekerasan yang telah menimpanya.

Tidak sampai disitu, hal yang jauh lebih besar nya adalah hartanya. Ya, hartanya. Pada nyatanya YeRin benar-benar telah menunjukkan belangnya padanya saat ini. JungKook belum tahu maksud atau motif dari YeRin melakukannya, tapi JungKook tidak akan pernah memaafkan nya setelah ini.

YeRin mencuri semua berkas berkas pentingnya dan membawa kabur semua itu dengan tujuan tertentu, tapi siapa sangka bahwa dia akan di rampok di tengah jalan oleh sekelompok orang tak di kenal dan menganiaya dirinya hingga berakhir seperti ini?

Tapi bukan itu inti permasalahannya, sebaliknya, berkas berkas yang hilang itu, dimana dan siapa pula yang memegang nya saat ini? JungKook masih berharap bahwa sesuatu yang buruk tidak akan terjadi padanya sampai dia berhasil melakukan sesuatu untuk.......

Dreettt

JungKook tersentak, membalik ponselnya yang sedari awal telah dia genggam di tangan kirinya, memperlihatkan sebuah panggilan dari sang sekretaris.

" Halo-

" Bos! Maaf memanggil mu di waktu pagi buta seperti ini, tapi saya baru saja mendapat panggilan lain dari para direktur bahwasanya mereka ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan anda pagi ini? Apakah bisa? "

Dan JungKook menghela nafas berat, tampaknya sesuatu yang berat baru saja akan di mulai dari hari ini.

" Aku bisa-










*









Di tempat lain, masih di kamar hotel yang sama dimana Taehyung tinggal kini dia tengah duduk senyaman mungkin di ruang tamu bersama seorang pria lainnya yang menatapnya dari balik cangkir kopi.

Taehyung lebih dulu meletakkan gelas kopinya dan melirik pemuda di depannya dengan tatapan menelisik, tapi sebelum dia berbicara, pemuda di depannya lebih dulu mendahului nya dengan di barengi mengeluarkan setumpuk map dari balik punggungnya ke atas meja hadapan Taehyung.

" Aku berhasil mendapatkan nya."

Alis mata Taehyung terangkat dan senyum miring segera terbit di bibirnya yang masih sedikit bengkak dan merah itu, tak lupa masih ada jejak luka kecil di sudutnya yang terasa cukup tidak nyaman setiap kali harus berbicara.

" Begitu cepat? "

" Lebih cepat lebih baik dan akan semakin baik, bukan begitu? "

Taehyung terkekeh, jemari panjangnya yang indah dan lentik penuh perawatan itu meraih secara acak dan mengambil satu map berwarna hitam, membuka dan memilah kata yang paling menonjol disana. Tak butuh waktu lama baginya untuk menampilkan senyum lebar di bibirnya itu.

" Sangat bagus~ "

Pemuda di depannya tak kalah menyeringai, dia bahkan merebahkan punggungnya di sandaran sofa yang lembut dan empuk membuatnya berhasil mendesah puas. Meraih ponsel dari saku celana dan melemparkannya ke arah Taehyung dan di sambut baik olehnya.

" Wanita itu hancur dan pria bodoh itu juga. Kau lihat itu, aku langsung yang menghancurkannya, bukankah aku sangat hebat? " Selagi dia berbicara, Taehyung juga ikut membuka isi ponsel tersebut dan membuka beberapa blog di dalamnya dan tertawa seperti anak kecil yang baru saja melihat beberapa hal lucu.

" Jimin-ie sayangku~ apa yang kau lakukan? Apa yang kau lakukan dengan mereka~? "

Park Jimin - pria di depannya dengan cepat bangkit, mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke tubuh Taehyung dan berkata dengan nada suara dan gaya bicara yang amat sangat dramatis bahkan dia juga ikut memperagakan bahwa dia tengah menangis dari lubuk hatinya.

" Taehyungie..... Apa yang ku lakukan? Apa yang telah ku lakukan? Aku telah... Aku telah menyakiti mereka? Aku membuat mereka hancur! Aku! Aku akan di laknat Tuhan!? "

" Hahahaha!!! "

Sedetik kemudian mereka berdua tertawa terbahak-bahak bahkan hingga jatuh berguling guling di lantai. Taehyung tidak lagi peduli dengan citranya yang agung ataupun kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan untuk bergerak acak setelah apa yang telah dia dan orang lain lakukan begitupun dengan Jimin yang masih menangis haru di lantai. Semuanya berantakan bahkan berkas berkas penting itu juga telah bertebaran di lantai seperti sampah kertas tak berguna dimata mereka.

Taehyung terlentang dan menatap langit langit ruangan tersebut lalu menerawang entah kemana, bahkan dia berbicara kepada Jimin seperti tidak benar-benar berbicara padanya.

" Jimin, apakah aku sudah terlihat seperti seorang Pro-Antagonis ? "








TBC

W̶I̶B̶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang