Bab 4

1.9K 33 0
                                    

Awan mengamati Helga yang menyodorkan uang 200 ribu padanya setelah keluar dari dalam kos.
Awan menghisap rokoknya dalam-dalam, "Aku hanya ada segini kak, kalau masih kurang Aku baru bisa menambahkannya setelah orang tuaku mengirimkan uang bulan depan",kata Helga menerangkan.
"Mana ponselmu",ucap Awan.
Helga merogoh saku celana pendeknya lalu menyerahkan ponsel miliknya, "tapi kak...jangan diambil ponselku, please ",ucap Helga memohon.
Awan menelepon ponselnya sendiri lewat ponselnya Helga.
"Siapa namamu",tanya Awan.
"Helga kak",jawab Helga.
"Simpan nomerku, mulai besok kamu harus menuruti perintahku sebagai ganti ongkos pembayaran",kata Awan.
"Oh ya namaku Awan", sebut Awan sebelum pergi meninggalkan Helga yang bingung.
Uang yang hendak Ia berikan juga tidak diambil Awan, tapi Ia merasa akan terjadi sesuatu padanya dari ucapan Awan.
Helga buru-buru menyimpan nomor telepon Awan tapi diberi nama rentenir di ponselnya untuk nomor Awan.
##
Keesokan harinya, sesi pertama kuliah berakhir tepat pukul 12 siang, jadwal berikutnya nanti jam 2 siang.

Tiba-tiba mata Dewi dan Suci melotot kearah pintu seisi ruangan jadi hening, Dewi dan Suci di dorong ke sudut oleh Raka.
Kursi depan Helga di putar Awan lalu Ia duduk menghadap pada Helga.
Helga yang tadi sedang membereskan bukunya tak menyadari peristiwa yang terjadi.
Ia terdiam menatap Awan didepannya lalu melirik kearah dua sahabatnya yang tampak terkejut menutup mulut mereka dengan Raka berdiri didepannya.
Meski Ia tidak begitu ingat wajah Awan semalam tapi Ia yakin yang duduk didepannya saat ini pastilah pria semalam.
Ia melihat sekeliling yang ruangan menjadi sepi dan di depan pintu ada Dimas dan kedua sahabat Awan yang lain.
"Kenapa tidak membuka ponselmu tadi pagi",tanya Awan.
"Eh...oh...tadi buru-buru kak, tidak sempat buka ponsel",jawab Helga,lalu Ia membuka ponselnya yang terdapat puluhan telpon dari Awan.
Awan mengeluarkan selembar kertas dari saku jaketnya dan meletakkan di depan Helga.
Awan memberi isyarat pada Raka untuk membawa kedua sahabat Helga keluar.
Helga membaca tulisan dalam kertas pemberian Awan.
"Tiga bulan kak ?? Apakah biaya pertolongan kakak sangat mahal",tanya Helga.
Helga membaca disana bahwa Ia harus menuruti semua perintah Awan, mengikuti kemanapun Awan pergi dan juga seminggu sekali makan malam bersama keluarganya, selama tiga bulan.
"Tiga juta...",sebut Awan yang membuat Helga melotot.
"Hah...tiga juta",seru Helga dengan polosnya.

"Ini sama saja Aku dipalak preman",gerutu Helga dalam hati.

"Ya...kamu pikir memukul tiga orang preman itu tidak butuh tenaga besar",ucap Awan hampir tak kuasa menahan tawa.

"Bearti satu preman satu juta...gila nih cowok",Helga bicara sendiri dalam hati.

"Ayo cepat tanda tangan disitu atau bayar tiga juta sekarang bukan bulan depan",sebut Awan membuyarkan lamunan Helga.
"Eh..sebentar",jawab Helga yang panik ketika Awan sebut tiga juta dan harus dibayar hari ini.
Helga lalu mengambil ballpoint dari dalam tas dan menorehkan tanda tangannya di sana kemudian Awan juga membubuhkan tanda tangan disampingnya.
Helga tidak mungkin tidak setuju, karena mau bagaimana lagi, Ia tidak memiliki uang sebanyak itu, serta Ia yakin masalah yang bisa dibuat Awan untuknya.

"Ingat jangan lupa pesan dariku harus segera dibaca atau aku akan menambahkan denda dan membuat perjanjian itu lebih dari tiga bulan",kata Awan meng intimidasi.
Sebelum pergi dari depan Helga diikuti sahabat-sahabatnya.

Lemas sudah tubuh Helga, sungguh kemarin malam itu adalah hal paling sial dalam hidupnya, sudah di kejar preman malah sekarang kena palak preman yang lain.
Tapi Helga masih berpikir akan mengumpulkan uang untuk memberi Awan uang yang diminta jadi tidak perlu menunggu hingga tiga bulan.

"Hei..Helga bagaimana cowok keren itu bisa mengenalmu",Dewi segera penasaran.
"Ah kemarin malam Aku sedang sial dan bertemu dengannya diwarung depan kampus kita",cerita Helga.
"Wow..dia bukannya si idola kampus kita ", seru Suci antusias.
"Lalu sekarang kenapa Ia kemari",tanya Dewi.
"Aku bilang kemarin Aku sial dan Aku harus jadi asistennya mulai sekarang",sebut Helga tak mau cerita detailnya.
"Hhmm...Aku siap menggantikan mu jika kamu tidak suka",tawar Dewi penuh harap.
"Entahlah...bilang sendiri ke orangnya,bicara dengannya saja Aku malas",ucap Helga.
"Beri Aku nomor ponselnya",ucap Dewi dengan penuh kelicikan.
Helga membuka ponselnya lalu memberikan nomor Awan pada Dewi.
Baru saja dibicarakan Helga sudah mendapat pesan dari Awan menyuruhnya ke kantin sekarang.
"Aku tinggal dulu ya, tugasku sudah mulai sekarang",ucap Helga dan segera berlari keluar.
Dewi dan Suci langsung bergunjing sambil menatap kepergian Helga , tentu itu membuat keduanya kesal dan cemburu.

Dimiliki badboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang