Forty Two: Mystery Of The South

4.7K 883 195
                                    

Lima hari telah berlalu. Pada akhirnya Lady Bona memilih kembali ke Clan Dexter. Memangnya ke mana ia harus kabur sementara dunia alam bawah seperti tak berpenghuni?

Dikurung bukan menjadi yang pertama kali bagi Princess Clan Asten itu. Namun, sekarang rasanya sungguh sepi dan lebih melelahkan. Toni pernah mengatakan bahwa Lady Bona boleh jalan-jalan ke mana saja, asalkan tak mendekati area larangan di istana. Pemimpin ras vampire itu bersedia menemaninya ke manapun yang dia inginkan.

Namun, setelah mengingat cerita Latia membuat Lady Bona malas berurusan dengannya. Selain itu, Lady Bona belum mau menampakkan diri, takut bila berpapasan dengan Lord Gavriel yang entah ingin membunuhnya atau tidak.

Kekesalan menggunung yang tak tertahan membuat Lady Bona memberi beberapa julukan pada Gavriel Dexter, yaitu; raja keparat, diabolus introvert, setan bajingan, kakek-kakek sialan. Ah... tapi, Lady Bona lebih senang memanggilnya raja keparat. Entah ke mana keparat itu. Toni mengatakan bahwa menghentikan waktu butuh energi yang sangat banyak. Sehingga Lord Gavriel sedang beristirahat.

Lantas Lady Bona bertanya-tanya, kenapa tidak istirahat di neraka saja?

Beberapa waktu yang terlewatkan Lady Bona gunakan untuk memantau. Clan Dexter merupakan satu-satunya clan dengan istana megah yang begitu indah di dunia alam bawah. Bahkan jauh lebih indah daripada istana putih Clan Akins. Diabolus-diabolus Dexter pun memiliki wajah yang rupawan. Bahkan pelayan atau pengawal mereka bergaya seperti seorang bangsawan.

Satu persatu penghuni istana sudah bisa bergerak. Mereka melakukan aktivitas layaknya seperti biasa, tanpa mengetahui apa yang telah diperbuat oleh si raja keparat pada mereka.

Sebenarnya Lady Bona tak diperlakukan seperti tahanan di Clan Dexter. Setiap Lady Bona bangun tidur, sudah ada beberapa pelayan yang menyambut untuk membantunya mandi, menyiapkan pakaian bahkan membantunya berdandan.

Mungkin tak lama lagi seorang pelayan akan membawakan makanan. Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk.

"Silakan masuk." Lady Bona menghela napas. Sudah dia duga.

"Selamat siang, Lady." Bukan pelayan yang muncul kali ini, melainkan Toni. Pria berwajah pucat itu membawa nampan berisi steak daging yang sungguh menggugah rongga hidung Lady Bona.

"Saatnya makan siang," ujar Toni dengan senyuman lebar hingga memperlihatkan gigi taringnya.

"Terima kasih," jawab Lady Bona singkat tanpa menoleh. Gadis ini masih menaruh kekesalan pada pria vampire itu.

Toni kemudian dengan gaya ala bangsawan terhormat mulai menjelaskan, "Daging sapi ini di impor langsung dari salah satu restaurant bintang lima di dunia manusia. Steak ini dibuat oleh chef Arnold, cicit keturunan Valeriant yang tentunya merupakan pria dengan lulusan terbaik dari universitas paling bergengsi di dunia manusia sehingga cita rasa masakannya sudah tidak perlu diragukan lagi. Tingkat kematangannya berada di suhu--"

"Apakah aku harus merasa terhormat diperlakukan seperti ini?" tanya Lady Bona memotong perkataan Toni, "mengingat aku hanya seorang tahanan," katanya kemudian dengan sedikit tersenyum.

Toni memasukkan tangan ke dalam saku celana, "Jadi, kau sudah bicara dengan Latia?" tanyanya menduga setelah menyadari sorot kesal Lady Bona padanya.

"Tak seharusnya kau berbuat baik padaku setelah apa yang kau lakukan pada Ibuku. Aku lebih suka jika kau berhenti basa-basi dan meninggalkanku sendiri."

Toni tertawa. "Oh, ayolah, Lady. Kami para vampire akan melakukan apapun untuk bertahan hidup. Termasuk melindungi makanannya," katanya dengan seringaian lebar.

DiabolusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang