Forty Four: Secret in the Hereditario Book

8.3K 1K 1K
                                    

Setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda bila terjebak dalam situasi klasik yang disebut jatuh hati. Setidaknya ada tiga cara umum yang sering terjadi. Pertama, merasa berbunga-bunga hingga larut dalam waktu yang lama. Kedua, terkesan biasa-biasa saja dan yang terakhir, melakukan penyangkalan hingga menghidar dari segala kegiatan agar memperoleh ketenangan.

Pihak pertama jatuh kepada para pelayan dan warga Clan Dexter yang merasa berbunga-bunga selepas menyaksikan kejadian di mana Lady Bona mencegah Lord Gavriel yang nyaris membunuh kerabatnya. Peristiwa yang mereka anggap romantis itu kian mendramatis kala menjadi satu-satunya gosip utama yang masih bertahan, meskipun tiga hari telah terlewatkan.

Sebagai pihak kedua yang merasa biasa-biasa saja, tentu Lady Bona tak memedulikan, tapi tak bisa dipungkiri bahwa kecanggungan pun turut hadir sesekali.

Setelah hari itu, tak ada lagi kejadian berarti. Lady Bona melewati hari-hari dengan sepi sembari mencari cela untuk keluar dari Clan Dexter, walau ia tahu itu hal mustahil. Lady Bona lebih memilih berdiam diri di kamar, daripada harus keluar untuk kembali menjalankan peran palsu yang sungguh memuakkan. Lalu Lady Bona tersentak, bukankah selama ini juga ia menjalankan peran palsu?

Lady Bona menghela napas pelan kemudian beranjak dari sofa. Kemudian ia mendengar pintu kamarnya diketuk.

"Masuk."

Lady Bona bersiap-siap merebahkan diri untuk tidur. "Ada apa, Valentina?" tanyanya. Ketika berbalik, Lady Bona terkejut. Pasalnya, bukan Valentina yang datang.

"Selamat malam, Lady." Toni membungkuk.

"Kenapa kau selalu cantik dan wangi, Lady Bona?" Yesica terlihat senang dengan senyuman menyeramkannya.

Lady Bona tentu dibuat bertanya-tanya dengan kedatangan mereka di waktu tengah malam seperti ini. Sebab yang selalu mengunjungi kamarnya memang hanya Valentina, Si kepala pelayan.

"Ada apa?" Lady Bona memakai jubah tidur untuk menutupi tubuhnya yang hanya dibalut dress pendek tanpa lengan.

"Lord Gavriel memanggilmu."

Kening Lady Bona berkerut bingung. Namun, pikirannya berjalan was-was. Hanya ada dua kemungkinan yang dirasa masuk akal untuk dicerna. Dirinya akan menjadi makanan atau menjadi pemuas nafsu Raja Clan Dexter itu.

Yesica menyeringai melihat mimik wajah sang Lady. "Mungkin Lord Gavriel pun ingin menikmati kecantikan dan aroma tubuhmu, Lady."

Toni sedikit terkekeh. "Tak perlu takut, Lady--"

"Siapa yang takut?" Lady Bona diam-diam mengambil pisau kecil di atas meja lalu berjalan keluar dari kamar tanpa membiarkan Toni menyelesaikan perkataannya. Sengaja ia mengambil senjata untuk perlindungan diri. Mana tahu salah satu dari dua kemungkinan di atas benar-benar terjadi.

Begitu percaya dirinya gadis ini. Padahal jauh dalam sanubari, yang tersangkut hanya perasaan takut setengah mati. Sialan sekali raja keparat itu. Ada perlu apa dia malam-malam begini? Membunuhnya, kah?

Pandangan Lady Bona lantas mengedar. Memastikan apakah para pelayan diubah menjadi patung seperti tempo hari sebelum Lord Gavriel ingin menyantap para korbannya. Namun, melihat beberapa pelayan berlalu-lalang membuatnya lumayan lega.

DiabolusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang