Forty Three: Concubine Charade

5.5K 943 379
                                    

Di pagi-pagi buta saat situasi masih gelap gulita, para pelayan terlonjak kaget saat Lady Bona tiba-tiba berteriak kemudian terbangun dari tidur.

Para pelayan langsung menghampiri dengan panik. Mereka menanyakan keadaan Lady Bona dan menawarkan bantuan barangkali gadis itu membutuhkan sesuatu. Namun, yang ditanya hanya terdiam dengan wajah yang pucat pasi.

Lady Bona berusaha berpikir keras. Ia memegang dadanya dengan jantung yang berdetak cepat. Bahkan tangannya masih gemetaran. Lady Bona berusaha menerima fakta bahwa ia baru saja mengalami mimpi yang paling menyeramkan semasa hidupnya.

Berulang kali Lady Bona berusaha meyakinkan diri. Namun, kepalanya seperti terus meraungkan pertanyaan; Sialan, apa-apaan ini?

Ya, cuma mimpi, tetapi mimpi yang terasa begitu nyata. Lady Bona bahkan mengingat detail mimpi tersebut hingga rasa takut yang menjalar di seluruh tubuhnya masih dapat ia rasakan sampai sekarang.

Yang menjadi pertanyaan serius, haruskah Lady Bona percaya? Mengingat Lord Gavriel sering mempermainkannya dengan kekuatan-kekuatan aneh. Sesungguhnya Lady Bona pun ingin percaya bahwa kejadian tersebut hanya mimpi. Sebab jika mimpi tersebut nyata, maka Lady Bona adalah mangsa Lord Gavriel. Pria itu bisa saja menghisap jiwanya dan kemungkinan itulah alasan mengapa Lord Gavriel menyeretnya ke Clan Dexter.

Namun, satu hal yang dapat dipastikan. Lady Bona marah. Ingin rasanya ia membanting barang-barang di sekitar lalu berteriak sekencang mungkin, tetapi ia menahannya.

Lady Bona bergumam, "Kalian mengenalku?" tanyanya dengan pandangan kosong ke depan. Terlihat jelas bahwa gadis ini tengah menahan kekesalan.

Para pelayan tentu bertanya-tanya dengan pertanyaan aneh ini. Mereka hanya diam. Sehingga Lady Bona kembali bertanya dengan suara yang lebih tegas.

"Siapakah aku di istana ini?"

Para pelayan menunduk takut. Salah satu di antara mereka pun menjawab, "Anda calon s-selir Raja, Lady."

"Ya, benar," kata Lady Bona dengan sorot jengkel, "di mana Rajamu? Antar aku ke sana," katanya sembari turun dari tempat tidur.

"Baik, Lady."

Lady Bona pun keluar dari kamar dikawal para pelayan. Istana es Clan Dexter tampak sepi. Belum banyak pelayan yang berkeliaran di pagi-pagi buta seperti ini. Mereka berjalan menyusuri bagian utara istana yang memang merupakan tempat peristirahatan bagi petinggi-petinggi kerajaan. Termasuk sang raja.

Selama di perjalanan, Lady Bona mendengar alunan denting piano yang sangat indah. Suara alunan itu menggema di penjuru istana. Terasa begitu menenangkan hingga kekesalan Lady Bona sempat tenggelam untuk sesaat.

Mereka berhenti di depan pintu dengan ukiran mewah. Juga merupakan tempat di mana suara alunan musik itu berasal.

Lady Bona menatap salah satu pelayan. Satu anggukan merupakan jawaban bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan. Namun, para pelayan takut mengetuk pintu. Sebab Lord Gavriel sangat benci ketika diganggu tanpa dampingan Toni ataupun Yesica.

Melihat para pelayan yang ketakutan membuat Lady Bona menghela napas. Baru saja ia ingin mengetuk, namun pintu tiba-tiba terbuka sendiri, menampilkan sosok Lord Gavriel yang tengah bermain piano.

Lady Bona masuk ke dalam lalu terperangah ketika menyadari bahwa ia baru saja masuk ke dalam kamar pria itu. Kamar Lord Gavriel sangat luas dan mewah. Warna putih mendominasi ruangan tersebut. Beberapa barang di dalamnya bahkan terbuat dari berlian.

DiabolusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang