Sejak kemarin hingga hari ini, jika bukan sedang makan, yang dilakukan Bona hanya berdiri di depan cermin. Ia begitu antusias dengan kemunculan tanduk kecil barunya."Bagaimana, Damares... Gelsy... kecantikanku bertambah, kan?"
Damares dan Gelsy sama-sama memutar bola mata. Munculnya tanduk Bona membuat nona muda mereka itu menjadi lebih sering mengagumi kecantikannya sendiri. Namun, kejadian ini ada baiknya bagi mereka. Sebab mereka sudah tidak pernah lagi melihat Bona berwajah murung. Senyuman gadis bermanik biru itu menjadi lebih ceria. Tanduknya membuat Bona percaya diri.
Bona tersenyum menatap dirinya di cermin, berpikir bahwa Ladarius pasti bangga padanya saat ini. Tanduk di kepalanya merupakan permulaan baginya untuk bisa membuktikan bahwa dirinya diabolus sejati. Tanpa perlu lagi merasa bahwa dirinya berbeda. Bona yakin bahwa satu-persatu ciri fisik diabolus akan terjadi padanya. Mungkin bukan sekarang, tetapi suatu hari nanti pasti akan terjadi. Bona percaya itu.
"Kau tidak bosan bercermin, nona?" tanya Damares.
"Apa yang harus dibosankan dari wajah cantik ini, hm?" Bona tersenyum. Senyumannya yang tampak centil membuat Gelsy mendelik.
"Terlalu sering bercermin itu tidak baik. Katanya, bisa mengurangi kecantikan--"
"Ssttt..." Bona menutup mulut Damares dengan jari telunjuknya, "aku tidak mau mendengar berbagai katanya yang kau tahu saat menjadi manusia dulu. Aku diabolus. Hal itu tidak berlaku untukku."
"Tapi, mengapa tandukmu kecil, nona? Diabolus lain bertanduk besar," sahut Gelsy.
"Semua butuh proses, Gelsy," jawab Bona. Gadis itu menari di depan cermin. Menggerakkan tangannya dengan pelan, bergeser ke kiri lalu ke kanan berulang kali, dan mulai bersenandung kecil.
Damares tepuk jidat, "Hentikan, nona. Kau benar-benar penari yang buruk."
Bona tertawa. Ia menari di depan Damares. Bahkan menggoyangkan pinggulnya sesekali. Memang benar bahwa Bona tak pandai menari. Tarian gadis itu terlihat kaku dan dapat mengundang tawa seseorang jika melihatnya. Salah satunya Gelsy, yang sudah sedari tadi tertawa menyaksikan tarian buruk nona mudanya.
Gelsy tersenyum lebar. Senandung dan tarian Bona membuatnya terpanggil untuk ikut bergoyang.
Damares menggeleng, "Oh, jangan. Kau penari yang lebih buruk, Gelsy."
Damares menghela napas panjang. Menyaksikan tarian buruk dari dua gadis di hadapannya membuat Damares tak kuat untuk melihat lebih lama. Pria itu memutuskan untuk kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, menulis novel romantis untuk Bona.
Meski, tanpa diiringi musik, Bona dan Gelsy terlihat asik-asik saja menari. Tertawa dengan riang. Juga sesekali menggoda Damares untuk bergabung dalam tarian konyol mereka.
Sayang, kesenangan itu tak berlangsung lama. Saat sebuah portal di dalam kamar terbuka, Bona cepat-cepat berbaring di tempat tidur lalu memejamkan mata.
Casmira keluar dari portal dengan wajah cueknya. Gelsy dan Damares menyapa dengan kepala tertunduk, "Lady."
Pandangan Casmira langsung tertuju pada Bona yang sedang memejamkan mata. Bulu mata lentiknya yang bergoyang membuatnya secara tidak langsung mengaku bahwa dia hanya pura-pura terlelap. Casmira mengetahuinya. Lantas ia berkata, "Bangun, Bona. Aku tahu kau tidak tidur."
Bona berdecak dalam hati. Semenjak ia memiliki tanduk, perusak hari-hari indahnya adalah Casmira. Di sore hari, kakak perempuannya itu selalu datang untuk mengajari Bona cara mengendalikan tanduknya. Casmira memang bermaksud baik, tetapi sulit bagi Bona untuk mengerti. Terlebih watak Casmira yang mudah marah membuat Bona malas untuk belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diabolus
Fantasy(Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar) Bona, gadis keturunan campuran manusia-iblis yang seratus tahun lamanya telah disembunyikan oleh kakak dan Sang ayah sebab segala hal mengenai manusia masih dominan pada diri Bona. Baik dari segi fis...