Eight: The Real King

13.8K 2K 79
                                    


Milson menghabiskan hari-harinya dengan memakan asap dosa manusia guna menambah energi.

Berhari-hari ia pulang-pergi dari lautan api Clan Akennaton, tempat di mana asap dosa manusia berjatuhan.

Si tangan kanan, Zinki dengan setia menemani Milson ke mana pun ia pergi. Dari jauh ia mengawasi setiap pergerakan tuannya. Juga perubahan Milson sesudah asap dosa manusia meresap di dalam tubuhnya. Setiap gumpalan asap berwarna hitam tersebut meresap di dalam tubuh Milson, urat-urat hitam nampak keluar mencuat dari kulitnya.

Tak ada suara apalagi perbincangan diantara keduanya, tetapi Zinki tentu sudah tahu alasan Milson lebih sering memakan dosa dari biasanya. Alasannya, ialah pergantian takhta. Milson harus memiliki banyak energi untuk bisa mengalahkan ayahnya, Romelo.

Hari demi hari yang terlewatkan, aura gelap Milson makin terasa saja. Dan Zinki merasakan itu.

Kini yang dinanti-nanti oleh sang Pangeran Akennaton telah tiba. Gong clan api telah berbunyi.

Zinki mendekati Milson lalu berkata, "Sudah saatnya, tuan."

Mata Milson terbuka, memperlihatkan kedua iris merahnya yang tampak lebih terang dari biasanya. Dia meninggalkan lautan dosa bersama Zinki yang setia berjalan di belakangnya.

Saat tiba di ruang singgasana Akennaton, pandangan Milson disambut hangat oleh keramaian. Telah banyak makhluk immortal berkumpul untuk menyaksikan pertarungan raja mereka, termasuk ras lycan.

Romelo yang duduk di singgasananya terlihat tak suka kala melihat Milson datang. Untuk sesaat, mereka bertatapan. Keduanya sedang memikirkan sesuatu yang berlawanan, tetapi Milson tentu tahu apa yang sedang dipikirkan oleh ayahnya saat ini. Begitu pun sebaliknya.

Kau tidak akan pernah menjadi penguasa Akennaton, adalah kalimat yang disampaikan Romelo pada Milson melalui tatapan.

Milson mengalihkan pandangannya dari sang ayah. Mengetahui pikiran pria berumur 5.200 tahun itu membuatnya tersenyum miring.

Petarung lain datang. Pangeran Victor memasuki ruangan dengan gaya yang begitu angkuh. Ia terlihat percaya diri, menatap setiap ras yang merupakan pengikut setia Clan Akennaton, seolah memberitahu bahwa dirinyalah raja mereka yang selanjutnya.

Saat dirinya menjadi pusat perhatian, Victor tak sengaja bertatap muka dengan Milson. Lantas saja pria itu terlihat marah. Mereka berdiri bersampingan. Saat penasihat Clan Akennaton membacakan titah turun-temurun sebelum memulai pertarungan, kakak-adik itu memulai perbincangan dengan berbisik-bisik.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Victor berdesis.

"Alasannya sama denganmu," jawab Milson.

"Pergilah sebelum aku menginjak harga dirimu! Kau tidak akan bisa mengalahkannya. Akulah yang akan menjadi raja!"

"Jika kau yakin bahwa kau yang akan menjadi raja, tak perlu mengusirku."

Victor terlihat semakin kesal. Ia mengurungkan niatnya untuk membalas perkataan sang adik saat penasihat kerajaan telah selesai membaca titah.

Gong kerajaan kembali berbunyi, menandakan pertarungan akan segera dimulai. Romelo turun dari singgasana dan berjalan di tengah-tengah ruangan. Begitu pula dengan Milson dan Victor.

Romelo menatap kedua puteranya, menunggu pergerakan dari mereka. Alis pria itu terangkat ketika tangan Milson tergerak ke depan. Semuanya terlihat bingung. Namun, kebingungan itu lenyap setelah mereka sadar bahwa rupanya Milson mempersilahkan Victor untuk mengambil pertarungan pertama.

Victor tersenyum miring seraya melepaskan jubah. Pria itu kemudian beralih ke dalam wujud iblis. Ia menggeram lalu berlari menuju Romelo.

Penyerangan pertama Victor ialah bola api. Bola api itu menyerang Romelo dari berbagai arah. Namun, penguasa Clan Akennaton itu selalu berhasil menghindar. Perkelahian itu berlangsung dengan menggunakan kekuatan. Beberapa kali kekuatan Victor yang salah sasaran membuat tembok-tembok hancur lantaran terkena sinar kekuatannya.

DiabolusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang