Twenty Five: An Aroggant Man

9K 1.6K 455
                                    

Apakah Clan Akins masih bisa disebut sebagai clan bila pemandangannya seperti ini? Pemandangan rumah bagi diabolus elemen udara itu bahkan lebih menyeramkan dari hamparan tanah gersang Clan Akennaton. Itulah yang ada di pikiran Zinki setelah berada di sana.

Pemukiman warga hancur total. Pepohonan tumbang di mana-mana. Potongan tubuh mayat bertebaran sehingga mengundang burung-burung pemakan bangkai tuk bersemayam. Lalu ada lahar api yang seakan membentuk kubangan-kubangan air.

Satu-satunya yang elok dipandang hanyalah istana putih. Sehingga di sana lah mereka berkumpul saat ini.

Lady Helena menunduk dengan keringat bercucuran di dahi. Gadis itu tak berani menatap dua penguasa Clan Akennaton. Sementara adik angkatnya, Lord Thomas yang hilang entah ke mana saat perang, kini telah kembali dengan muka tebal. Pria itu sungguh pecundang dan tak tahu malu.

Lord Victor berjalan mengelilingi ruang takhta Clan Akins, berusaha mencari kesenangan sendiri dengan menikmati rumah barunya. Terkadang ia menyuruh pelayannya, Sean untuk membuang beberapa barang yang merusak pemandangan. Seperti patung duplikat mendiang ayah Helena, Lord Jedrick. Victor menyuruh Sean untuk membakar patung tersebut. Sehingga Helena yang melihatnya hanya bisa menunduk dengan kekesalan menggebu.

"Kau darimana saja, Lord Thomas?" Milson buka suara setelah lama terdiam. Pria itu melayangkan tatapan intimidasinya pada Thomas.

"Apalagi, tentu saja kabur." Victor menyahut dengan kekehan mengejek. Ia berdiri di samping Milson, menatap dua bersaudara tak sedarah dari Clan Akins.

"Benar begitu?" tanya Milson. Pria itu memegang bahu Thomas.

Thomas meneguk ludah susah payah. Ia melirik tangan Milson yang mulai mengencang di bahunya. "Y-ya, Lord."

"Sayang sekali. Kau banyak melewatkan keseruan," kata Milson. Raut wajahnya pura-pura kecewa, "tapi, tenang saja. Selama menunduk padaku, kau akan banyak menemukan keseruan," katanya kemudian.

Milson berbalik pergi. Sehingga Thomas langsung merasa lega luar biasa. Namun, perasaan itu langsung sirna ketika Milson berbalik. "Oh, ya. Kau belum bersujud di kakiku."

Milson melipat tangan ke depan. Wajahnya yang bersorot dingin tersirat akan keangkuhan besar. Pria itu menggoyang-goyangkan ujung sepatunya.

Zinki, dan pengikut setia Clan Akennaton yang lain mulai merasa was-was dengan situasi ini. Lord Isaak, pemimpin penyihir ras putih dan Joanne, pemimpin baru ras dragon rider dengan serempak menatap mantan majikan mereka, Lady Helena. Ratu Clan Akins itu kelihatan menahan amarah. Tangannya terkepal kuat hingga kuku-kukunya memutih.

Lord Victor dengan bengisnya menendang kaki Thomas. Sehingga pria itu langsung berlutut di depan Lord Milson.

"Cium sepatuku."

Lord Thomas berdongak menatap Sang empunya suara. Lord Milson memberinya tatapan yang begitu mematikan. Dengan tangan gemetar Thomas perlahan menunduk dan mencium sepatu Milson.

"Eh, mau ke mana kau?" tanya Victor sinis saat Thomas hendak berdiri. "Cium sepatuku juga!"

Thomas hanya bisa menelan pahit rasa kekesalannya. Pria itu pun menjatuhkan harganya dirinya sekali lagi dengan mencium sepatu Lord Victor. Sungguh menyedihkan nasibnya.

Lord Milson kemudian duduk di singgasana Akins. Dengan pandangan menerawang ke depan, Milson membayangkan masa lalunya yang sungguh kelam. Ia hidup tanpa kasih sayang dan dibesarkan oleh caci maki. Milson hidup dalam bayang-bayang kebencian. Ia begitu dikucilkan dan dianggap hina oleh diabolus lain. Namun, lihat sekarang. Ia bisa menjadi yang terunggul. Satu-persatu rencananya mulai terwujud. Memikirkan hal itu, membuat Milson tersenyum miring.

DiabolusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang