One: I am Diabolus

23.4K 2.8K 66
                                    

Bona memejamkan mata. Giginya gemeretak karena menggigil. Wajahnya memucat sebab baru saja bermain-main dengan marabahaya di tengah badai salju yang menerjang.

"Kau benar-benar nekat, Nona!" Gelsy, Pelayan setia Bona itu mengambil sesuatu di laci dengan terburu-buru. Tangannya gemetar panik. Gadis yang merupakan penyihir itu memegang sebuah botol berisi ramuan bubuk. Gelsy menaburkan ramuan bubuk tersebut di setiap sudut kediaman Bona agar aroma Nona mudanya itu tersamarkan dengan aroma mermaid. Gelsy kemudian beralih menaburkannya pada Bona.

Bona terbatuk-batuk, "C-cukup, Gelsy!" katanya dengan suara bergetar.

Damares menghampiri Bona dengan panik. Pria yang juga merupakan Pelayan setia Bona itu menghangatkan tubuh Nona mudanya dengan selimut tebal. Sehingga Bona segera bersandar pada dada bidang Damares agar rasa hangat lebih cepat tersalur di tubuhnya.

Damares menggendong Bona lalu merebahkannya di tempat tidur. Dia membersihkan darah yang keluar dari hidung Bona dengan kain. Sehingga Gelsy langsung membakar kain yang dinodai darah tersebut dengan sihirnya.

"Kau membangunkannya! Dia pasti mencium darahmu, Nona!" ujar Gelsy. Suaranya terdengar marah.

Bona tersenyum getir. Meski, wajah buruk rupa Gelsy tertutup oleh topeng yang hanya mencapai hidungnya, Bona tahu bahwa Gelsy ketakutan setengah mati saat ini.

"Yang penting aku sudah menginjak dan menyentuh salju," Bona tersenyum miring saat menerima tatapan jengah dari Damares, "aku tidak ingin menyalahkan siapa pun. Kalian atau pun aku, memiliki alasan masing-masing yang tak patut untuk disalahkan. Kalian tertidur karena mengantuk. Dan aku keluar karena ingin menikmati musim salju yang belum pernah kurasakan."

"Lord Ladarius pasti akan murka!"

Bona turun dari tempat tidur. Dia menghampiri Gelsy lalu memainkan rambut pendek berwarna ungu Pelayannya itu. Bona tersenyum, "Kau tahu aku, Gelsy. Aku bisa mengatasinya."

Damares menghampiri Bona lalu kembali memasangkan selimut pada tubuh Nona mudanya, "Mulutmu sangat pemberani, Nona. Tapi, aku masih ragu dengan tindakan dan pikiranmu. Apakah mereka selaras?" tanyanya dengan nada datar. Bona berdecak, sudah terbiasa dengan sikap dingin Damares.

Bona semakin merapatkan selimut yang menghangatkan tubuhnya. Dia bersandar di daun jendela, menatap bangunan tinggi istana es Clan Dexter yang tertutup oleh kabut dari badai salju. Matanya terpejam kemudian, mencoba untuk menghilangkan segala kegundahan dan ketakutannya. Bona mencoba untuk meyakinkan diri bahwa keberadaannya masih aman.

Gelsy terperanjat saat melihat kemunculan sebuah portal di dalam kamar. Keluarlah wanita cantik dari portal tersebut. Kerutan-kerutan tua pada wajahnya sama sekali tak mengurangi kecantikan wanita itu. Dia adalah Lucinda, seorang mermaid yang merupakan Pelayan setia Raja Clan Asten, Lord Ladarius, Ayah Bona.

"Lucinda," Gelsy merendahkan kepala. Begitu pula Damares. Mereka terlihat gugup.

Lucinda tersenyum anggun seraya menunduk, "Gelsy. Damares."

Iris biru laut Bona melirik ke kanan, tanpa berbalik dia berkata, "Ada apa?"

Lucinda menunduk hormat, "Nona Bona, my Lord memanggilmu."

Bona menghampiri Lucinda, kakinya yang gemetar ketakutan tersembunyi dibalik gaun panjangnya.

Bona mengulurkan tangannya. Sehingga Lucinda memegang jemari Puteri bungsu Tuannya itu lalu mengecupnya dengan lembut.

"Bolehkah mereka ikut?"

Lucinda tersenyum, "Tentu saja, Nona."

Gelsy menarik napas panjang. Dia dan Damares segera mengekor Bona dari belakang. Mereka memasuki portal.

DiabolusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang