Forty Seven: The Gladiator

4.6K 611 133
                                    

Clan Akins, rumah bagi para diabolus elemen alam ini kembali menciptakan infrastruktur bangunan yang melayang di udara pasca peperangan beberapa bulan yang lalu. Bangunan-bangunan berwarna putih tampak begitu indah dibalik awan hitam dunia alam bawah.

Clan itu seolah bangkit kembali, tetapi tentunya di bawah kekuasaan clan api. Ibaratnya Akins hanya sekadar kampung halaman bagi ras abadi, tetapi clan apilah yang memegang kendali.

Di bawah kekuasaan Clan Akennaton, identitas Clan Akins seolah lenyap perlahan. Budaya-budaya liar diabolus elemen api mulai tersebar di sana, seperti pertarungan gladiator antar ras, Tarian Kais-tarian yang mengharuskan para penari telanjang dan penonton bebas menyetubuhi mereka, hingga permainan terngeri dengan bayaran organ tubuh pun sudah dilakukan. Para Akennaton menamai permainan ini dengan Kejujuran itu Kematian.

Tak hanya itu, Akennaton membelah tanah agar lava mengalir dengan leluasa. Akibatnya, tanah Akins menjadi kering dan gersang.

Semua ada dibawah kendali Akennaton. Sekalipun penguasa dan para petinggi mereka.

Berlatar di ruang takhta istana putih Clan Akins, para petinggi tampak menunduk ketakutan. Arah pandangan mereka menuju ke satu titik, yakni kepala Lord Thomas, adik angkat Lady Helena yang seolah sedikit lagi hancur oleh sepatu Lord Milson.

Raja Clan Akennaton itu menginjak kepala Lord Thomas dengan bengis. Tak ada belas kasihan dalam sorot matanya.

"Maafkan a-aku, Lord..." Lord Thomas meringis kesakitan. Ia bisa merasakan tengkorak kepalanya seolah bergeser hingga terasa seperti tak lama lagi akan retak.

"Dari dulu kau memang seorang pecundang, Thomas. Aku juga heran mengapa bisa Lord Jedric mengangkatmu jadi anaknya. Mungkin dia merasa bahwa kalian mirip. Sama-sama pecundang!" ujar Lord Milson marah.

Isaak dan Joanne menunduk sedih mendengar Lord Milson menghina Lord Jedric. Mengingat mereka pernah menjadi pelayan setia dari mendiang Raja Clan Akins itu.

Lord Thomas meringis lebih keras.

"Seharusnya kau bekerja lebih baik. Atau mungkin lebih baik kalau kau mati saja."

"Jangan, Lord Milson. Ampuni a-aku!" Lord Thomas berteriak pilu. Menyedihkannya, air mata hitam pria itu mulai berjatuhan.

Zinki menyeringai melihatnya. Begitu pula dengan sang tuan.

Di pagi hari, Lord Milson mendapat kabar tak mengenakkan dari salah satu pengawalnya bahwa beberapa warga Akins berniat kabur ke Clan Aneor. Mereka ingin mencari perlindungan dari kekejaman di tanah mereka sendiri. Sebab cara para Akennaton memperlakukan warga Akins memang lebih terlihat seperti sosok penjajah. Mereka sangat beringas dan kejam. Inilah realita sesungguhnya.

"Baiklah. Aku akan mengampunimu, tapi ingat, tak ada pengampunan selanjutnya," kata Lord Milson kemudian menjauhkan sepatunya dari kepala Lord Thomas.

Lord Thomas bagaikan budak yang baru saja diberi makan itu langsung merangkak kemudian mencium sepatu Lord Milson. Betapa menyedihkan pemandangan ini.

Para petinggi yang lain langsung membantu Lord Thomas berdiri.

Adik angkat Lady Helena itu menahan segala rasa sakit di tubuhnya dan kembali menunduk di hadapan Lord Milson yang kini telah duduk santai di singgasana Akins.

Pandangan Lord Milson menengadah ke depan, baru menyadari satu sosok yang sudah seharusnya hadir di antara barisan petinggi-petinggi Akins saat ini.

DiabolusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang