Two: Blood

16.1K 2.5K 104
                                    

Bona menggeliat di atas tempat tidur saat perutnya terasa begitu keram. Hal itu membuatnya terbangun dari tidur.

Ususnya seakan di putar dari dalam. Bona meringis kuat. Sehingga membuat Gelsy dan Damares terperanjat.

"Nona!" Damares mengguncang bahu Bona khawatir.

"Perutku..." Bona menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya meringkuk seraya meremas perutnya yang terasa begitu perih.

"Kenapa, Nona? Mau buang air?" tanya Gelsy yang tak kalah khawatirnya dari Damares.

"Bukan!" teriak Bona, "lakukan sesuatu!" bentaknya marah. Gadis itu kemudian meringis ngilu. Dia guling-guling di tempat tidur.

Gelsy menatap Damares, berharap bahwa pria itu mengetahui alasan kesakitan Bona. Mengingat Gelsy memang tak terlalu banyak tahu mengenai manusia.

"Cepat ambilkan air putih!"

Gelsy menghilang dari pandangan Damares. Seperkian detik kemudian penyihir itu muncul kembali dengan membawa segelas air putih lalu menyodorkannya pada Damares.

"Ayo, Nona. Minum dulu."

Damares membantu Bona duduk. Sehingga Bona segera meneguk habis segelas air itu. Wajahnya yang pucat membuat dua pelayannya semakin khawatir.

Gelsy menggigit kukunya, "Aku akan memanggil Lucinda," katanya. Ia mengambil sebuah kertas lalu menuliskan sesuatu di sana. Setelah selesai, ia menggulung kertas tersebut lalu mengikatnya dengan pita. Dan membiarkan kertas itu terbang menuju tujuannya, Lucinda.

Bona kembali berbaring. Di kiranya akan kembali normal setelah minum air, namun ternyata rasa perih di perutnya masih terasa. Bahkan semakin menjadi.

"Perutku m-masih sakit! Lakukan sesuatu!" kata Bona. Dia menggeliat ke sana-ke mari.

Bona menarik tanduk Damares. Sehingga membuat Damares meringis. Kepalanya maju-mundur. Cengkeraman Bona sangat kuat. Damares tak berdaya. Dia hanya bisa pasrah saat sang Nona menjadikannya pelampiasan.

Gelsy menghampiri mereka. Dengan panik dia membantu Damares untuk melepaskan cengkeraman Bona pada tanduknya, namun belum berhasil sampai sekarang.

Bona berteriak seraya menendang asal. Perutnya seakan menerima ribuan pukulan.

Bona beralih memegang perutnya. Sehingga Damares segera menyingkir agar Bona tak lagi menarik tanduknya. Damares mengelus tanduknya. Cengkeraman Nona mudanya itu cukup kuat hingga meninggalkan jejak perih.

Bona bangun terduduk. Kepalanya terdongak, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya yang di keluarkan oleh tumbuhan yang melilit di sisi atas kanopi tempat tidurnya. Dia pasti bisa melawan rasa sakit ini. Dia adalah Diabolus. Dia tidak lemah.

Dia hendak bangkit dari tempat tidur. Saat itu pula Bona tak sengaja melihat noda darah di kasurnya. Mata Bona dan dua pelayannya membulat terkejut.

Tangan Bona masuk ke dalam gaunnya lalu memegang area kewanitaannya. Sontak Damares memalingkan wajah. Saat tangan Bona telah keluar dari gaun dan terangkat ke atas, baru lah Damares kembali menatap sang Nona.

Jari telunjuknya yang berdarah membuat Bona, Gelsy, dan Damares berteriak panik.

Gelsy segera mengambil segala macam ramuan bubuk penyamar aromanya di lemari. Lalu menaburkannya di setiap sudut kamar Bona dengan terburu-buru.

Damares cepat-cepat menutup rapat jendela dan mengunci pintu.

Bubuk yang bertebaran di udara membuat Bona terbatuk-batuk.

"Sudah cukup!" kata Bona. Tapi, Gelsy tak mengindahkan perkataannya. Sehingga Bona berteriak dengan marah, "hentikan, Gelsy!"

Gelsy tersentak kaget. Akhirnya dia menuruti perintah Bona.

Bona beralih menatap Damares. Pandangannya yang tak terbaca membuat Damares merasa was-was.

"Kau harus berkata jujur padaku, Damares!"

Damares menjadi bingung. Dia terkesiap saat Bona melesat begitu cepat dan berakhir dengan menarik kerah bajunya.

"Apa maksudnya, Nona?"

"Kau mencuri keperawananku!" bentak Bona.

Damares terkejut mendengarnya. Dia menggeleng cepat. Perkataan Bona membuatnya begitu malu. Dia tak mungkin selancang dan seberani itu.

"Aku tidak melakukannya, Nona. Aku berani bersumpah." Damares menunduk takut.

Cengkeraman Bona terlepas begitu saja. Jika Damares sudah mengatakan 'tidak', maka itulah kebenarannya. Bona sangat mempercayai Damares. Bona pun yakin bahwa Damares tidak mungkin melakukan itu.

"Lalu kenapa bisa berdarah?" wajah Bona terlihat frustasi. Sesekali dia meringis saat merasakan perih di perut.

Gelsy menggeleng cepat saat Bona menatapnya, "Astaga, Nona. Aku ini perempuan. Aku tidak punya alat kelamin pria," ujarnya. Seolah mengetahui isi pikiran Bona.

Bona menghela napas, "Apa yang terjadi padaku? Mengapa kewanitaanku bisa mengeluarkan darah?" tanya Bona pada Damares, berharap pria itu mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.

"Jangan-jangan..."

Bona menggeleng sembari tertawa renyah, mengetahui isi pikiran Damares, "Tidak mungkin. Umurku sudah seratus satu tahun. Itu tidak mungkin!" katanya. Tapi, tak bisa dielakkan pula bahwa pikiran Damares itu ada benarnya.

Segera saja Bona mengambil sebuah buku di dalam lemari, buku yang mencakup segala hal mengenai manusia. Dia membuka halaman demi halaman dengan terburu-buru. Dan berakhir di bab 57. Bona membaca tentang pendarahan yang terjadi pada wanita di setiap bulan beserta gejala-gejalanya yang begitu mirip dengan apa yang dia rasakan saat ini.

Bona menatap Damares dengan mulut terbuka.

Portal di depan pintu kamar terbuka. Lucinda, Eduardo, dan Casmira keluar dari portal lalu melangkah masuk ke dalam kamar.

Casmira menghampiri Bona, "Apa yang terjadi? Katanya kau berdarah?" tanyanya khawatir. Dia memerika setiap lekukan tubuh sang Adik.

Eduardo pun tak kalah khawatirnya. Meski begitu, dia mencoba untuk terlihat tenang dan hanya memeriksa keadaan Bona melalui tatapan.

Lucinda menoleh pada Gelsy, "Apa yang terjadi pada Nona?" tanyanya. Gelsy menggeleng. Dia begitu takut untuk mengatakan apa yang terjadi pada Nona mudanya.

Casmira memukul-mukul pipi Bona saat Adiknya itu terlihat begitu syok. Wajahnya begitu pucat.

"Apa yang terjadi?" tanya Eduardo dengan membentak. Sehingga Damares dan Gelsy menunduk takut. Eduardo menatap tempat tidur Bona, menemukan bercak darah yang telah mengering di kasur itu. Kini Eduardo memiliki sebuah dugaan, namun dugaannya menjadi kebenaran setelah mendengar suara Damares.

"Nona Bona menstruasi, Lord."

"Hah?" Casmira menutup mulutnya terkejut.

Lucinda menghela napas, "Sekarang kita akhirnya tahu bahwa ciri fisik Nona yang mirip dengan manusia bertambah."

Suara Lucinda menyadarkan Bona. Bona menatap Lucinda, perkataan mermaid itu membuat perasaan Bona ketar-ketir.

"Nona Muda memiliki rahim."

"Oh, sial."





______________________________________

hi!

aku tau segala sesuatu dari cerita ini masih buram, belum jelas gitu kan hehew

terima kasih yang sudah memberi tanggapan!

sampai jumpa di chapter 3!

dilla❤

DiabolusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang