6th 'Sarapan

3.7K 382 8
                                    

Mansion besar Hinafuka itu sejak dulu memiliki 5 lantai. Setiap lantainya dihuni oleh masing-masing anak Furaka beserta keluarganya. Jadi mereka tetap satu atap namun masih memiliki privasi.

Lantai pertama dikhususkan sebagai ruang kerja yang memiliki beberapa ruang tamu dan ruang meeting khusus. Terdapat aula raksasa juga untuk jamuan-jamuan penting. Ada juga beberapa kamar yang disediakan untuk para orang penting jika ingin menginap, tetapi Furaka jarang membiarkan tamunya menginap di sana.

Lantai kedua adalah hunian Furaka dan Alsentonia, awalnya mereka berada di lantai paling atas tetapi pindah setelah Furaka secara resmi menyerahkan semua pekerjaannya kepada Dexter.

Lantai ketika milik keluarga Giordam, kemudian di lantai keempat ada keluarga Ferbian. Sedangkan lantai terakhir dihuni oleh sang penerus Hinafuka, Dexternain.

Biasanya keluarga itu hanya akan berkumpul sekali dalam seminggu, sekedar formalitas agar komunikasi mereka tetap berjalan. Tak jarang pula para menantu khususnya Hesley berkunjung ke lantai Furaka, hanya untuk menemani ibu mertuanya itu agar tidak kesepian. Semua orang terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Tapi sepertinya rutinitas itu adalah pengecualian untuk hari ini. Zamsya beserta anak-anaknya akan tinggal di lantai yang sama dengan Furaka dan Nia. Pagi ini, Nia sengaja mengadakan acara makan pagi bersama untuk menyambut anaknya itu. Karena hal tersebut, Furaka bisa melihat meja makannya penuh dengan anak serta cucu.

Berbagai makanan mewah dan lezat sudah tersaji apik di atas meja makan. Sarapan baru akan dimulai jam 8 nanti, jadi sekarang mereka semua hanya berbincang ringan agar tidak sepi.

Ya, seharusnya mereka berbincang sekarang sebelum Furaka datang dengan bocah gembul di pelukannya. Memang tidak terlihat jelas wajah itu, tetapi yang membuat mereka terdiam adalah Furaka yang mau-maunya menggendong seorang anak kecil.

"Eh cucu oma udah bangun, sini sayangnya oma~" Nia mengambil paksa Ney dari pelukan suaminya. Ia tidak peduli padahal sekarang Furaka sudah memasang wajah masam karena bonekanya direbut.

"Omaa, mau!" rengekan Alben lagi-lagi menarik perhatian semua orang. Sedangkan Nia terkekeh geli karena Ney yang terdiam masih bingung sekarang.

"Dia tak akan mau, karena kau orang asing." Kalimat Furaka itu tidak diindahkan oleh Alben. Andai ia bisa berjalan seperti biasa, sudah pasti ia akan merebut Ney dari omanya itu.

"Oma!"

"Nanti Al, dia mau nangis nih.." Nia menepuk pantat Ney, sesekali mengusap punggungnya agar anak itu tenang dan tak panik. Ran ingin mengambil alih, tapi ia sudah pesimis duluan melihat sikap posesif Nia. Sedang Zam masih di kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sungguh, semua orang hanya bisa melihat punggung kecil yang dibalut kain putih dengan telinga kelinci yang menjuntai hingga pundak anak itu. Sedikit banyak mereka mulai penasaran dengan sosok yang mampu membuat mantan kepala keluarga Hinafuka bertingkah aneh.

Hingga tak lama kemudian, Nia akhirnya duduk tepat di samping Ran dan membalik tubuh Ney yang sudah mulai sadar sepenuhnya.

Tak ada yang berbicara sampai Nia membuka suara. "Dia anak bungsunya Zam, namanya Neybara!"

"Aakkhh!" Pekikan itu berasal dari Yoslie, istri Gior yang terkenal pendiam dan tidak suka berbaur. Tak disangka, semua orang tersipu melihat rupa Ney yang bisa dibilang masih dalam kondisi muka bantal. Beberapa bahkan menganga tak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat.

Hey, apa para bayi di luar sana juga selucu ini? Tapi kenapa anak anak mereka dulu tidak?!

Mirwa yang posisinya paling dekat dengan sang ibu mertua, menghampiri bocah gembul yang sekarang kebingungan. Wanita cantik itu hendak mengambil Ney, tetapi anak itu sendiri yang meringkuk ketakutan. Alhasil, Mirwa hanya mampu mencubit pipinya gemas.

Deep Inside [Hinafuka Fam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang