"catu tambah catu, duaaa.. tiga tambah lima, empat.. dua tambah dua, limaa.." Sanma hanya mampu menggeleng. Sejak tiba di rumahnya, anak itu terus mengulang hitungan yang sama. Pastinya semua salah dan sudah beberapa kali Sanma membenarkan, tetapi Ney terus melupakannya. Bocah itu berhitung sembari membariskan action figur milik Ferbian yang tentu saja harganya fantastis.
"Ney, makan yuk.." Yah, daripada pusing, lebih baik mengajak bocah itu makan saja. Bukannya Sanma takut barang-barang itu rusak, hanya saja ini sudah lewat 30 menit dari jam makan siang. Dan Ney terus mengabaikan ajakan makan Sanma sejak tadi.
"Mam apa?"
"Neeeyy!!" teriak seseorang tiba-tiba. Sanma mendelik, lantas menggendong tubuh si kecil dan membawanya kabur. Seketika rumah yang suasananya adem sekarang menjadi ricuh karena ada adegan kejar-kejaran.
"Pergi! Dia jatahku hari ini!" Ney menatap polos Deyn dari balik bahu abangnya. Jujur ia sedikit tersentak dengan aksi para abangnya yang secepat kilat itu.
"Kembali, Sanma! Aku baru balik dari misi dan kau dengan teganya memisahkan kami!" Deyn tak mau kalah dan terus mengejar adiknya yang berusaha memonopoli Ney. Mereka bahkan menjatuhkan vas bunga Mirwa yang baru dibeli wanita itu dari Eropa.
Prangg!
"Hwaaa! Mommy.. hiks.. hiks.. mommy nda mauu!! Hiks.." Dan akhirnya Ney menangis karena terkejut.
Deyn dan Sanma berhenti, mereka menatap si kecil dengan panik. Bahkan Deyn mengabaikan telapak kakinya yang terluka akibat tak sengaja menginjak serpihan vas. Mirwa yang kebetulan baru balik berbelanja, syok dengan situasi rumahnya. Berantakan dan pastinya berisik. Terlebih, yang pertama kali disadarinya adalah tangisan kencang Ney.
"Hey, ada apa ini?" Mirwa langsung menghampiri anak-anaknya. Ia mengambil alih tubuh gempal Ney dan membawa si kecil untuk dipangku di sofa. Ia juga mengusap punggung anak itu agar ia segera tenang.
Ah! Jangan lupakan kecupan bertubi-tubi yang mendarat di seluruh permukaan wajah Ney.
"Cup cup.. kenapa hmm? Udah nangisnya.." Mirwa mengelus sayang puncak kepala Ney. Perlahan tapi pasti, tangis itu reda dan si kecil menyandarkan kepalanya di dada Mirwa.
"Abang Canma cenggol itu.. hiks.." Ney menunjuk Vas yang sudah pecah dan sedang dibereskan oleh seorang anak perempuan berseragam pelayan. Tepat setelah itu, Ney baru sadar bahwa daddy-nya juga sudah ada di sana.
"Kalian membuat anakku takut, tidak ada yang boleh menemui Ney hingga besok. Pergilah ke rumah ayah kalian, dan kerjakan semua tugas di sana." Rentetan kalimat dingin Ferbian membuat Deyn serta Sanma menghela nafas. Sial bagi mereka karena peristiwa barusan disaksikan langsung oleh sang daddy yang notabenenya adalah fans nomor satu Ney. Bahkan mereka merasa seperti anak tiri kalau Ferbian sudah bertemu dengan si kecil.
Jangan tanyakan Mirwa. Jika Ferbian yang hatinya sekeras batu saja menjadi luluh, apalagi Mirwa yang selembek yupi!
"Sudah, abang tidak sengaja.. Ney jangan takut ya?" Mirwa masih menenangkan bocah yang menonton interaksi keluarganya dalam diam.
"Sudah makan, sayang?" Kali ini Ferbian yang bertanya. Ia menyusul duduk di sofa setelah Deyn dan Sanma pergi. Ucapannya bukanlah omong kosong. Tidak main-main, kedua putranya bisa dibilang tak akan pernah membantah apa yang ia titahkan.
"Belumm.." Mendapat jawaban Ney membuat Ferbian dan Mirwa menghela nafas sabar. Ferbian itu orang yang bertanggung jawab atas kesehatan si kecil, jadi mana mungkin dia membiarkan bocah itu berlaku seenaknya atas tubuhnya sendiri.
"Tidak ada penolakan, kita makan sekarang." Dan tepat setelahnya pria itu mengambil alih si kecil, kemudian bergegas menuju meja makan. Ia juga melihat koleksinya yang berantakan, tapi Ferbian tak peduli. Beda lagi kalau pelakunya orang selain Ney, siap siap saja bertemu Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside [Hinafuka Fam]
HumorGanas? Dingin? Sadis? Tak kenal ampun? Ya Hinafuka. Sebut saja keluarga ini Mafia, karena kekayaan mereka yang tak ternilai sudah cukup untuk membuktikan kekuasaan mereka. Wajah tanpa ekspresi dengan rupa yang harus diakui dunia, mereka bukanlah ora...