Kalau Yoslie hobinya berkebun, maka beternak adalah kegemaran Furaka. Tak main-main, seratus meter dari belakang Mansion, Furaka membangun berbagai macam kandang hewan ternak. Lima puluh meter di sebelah kanannya, banyak juga hewan lain peliharaannya yang dilarang masuk ke dalam Mansion oleh sang istri.
Karena iri dengan menantunya yang berhasil mengajak si kecil berkebun, Furaka akhirnya membawa Ney secara paksa ke tempat para hewannya beraktivitas. Mereka pergi dengan menaiki jeep mini berwarna putih. Tak lupa beberapa pengawal juga mengiringi walau sebenarnya tempat itu masih dalam kawasan Hinafuka.
Kali ini Ney sudah rapi dengan kostum sapi yang Nia berikan kemarin. Kereta kecil pengangkut melon juga dibawa lagi entah untuk menaruh apa. Yang jelas, Ney tidak sabar ketika tadi Furaka bercerita ia punya banyak sapi yang besar.
"Popi, capinya punya cucu?" Furaka mengangguk mendapat pertanyaan Ney. Jangankan sapi perah, sapi wagyu juga dipelihara olehnya dengan mengimpor langsung dari Jepang.
"Ney mau perah susu sapi?" tanya pria itu dengan melirik cucunya sekilas, lalu kembali fokus ke jalanan. Ney mengangguk antusias. Tak lama, mereka akhirnya tiba dan langsung disambut oleh beberapa ekor kuda yang sedang berjalan-jalan santai.
Ney heboh ingin langsung turun dari mobil yang tinggi itu, tetapi untungnya Furaka adalah orang yang cepat tanggap membantu cucunya untuk turun. Bisa gawat kalau Ney pulang dalam keadaan lecet-lecet.
"Capiiiiiiiii!" Ney berteriak memanggil sapi yang sedang makan rumput di dalam kandang. Sapi itu belang-belang, sama seperti kostumnya. Dan Furaka yang menyadari itu, tak bisa tidak tertawa.
Ney sudah seperti anak sapi.
Belum sampai pada sapi yang terpana melihatnya, seekor angsa tiba-tiba mencegat langkah kecil anak itu. Angsa ternak yang akrab dengan sebutan soang itu mengepak-ngepakkan sayap di hadapan Ney, membuat pekerja yang ada di sana serta Furaka menahan nafas mereka.
Furaka ingin menyelamatkan cucunya, tapi sifat angsa yang terkenal galak itu akan bereaksi terhadap pergerakan tiba-tiba. Alhasil, Furaka serta beberapa orang bawahannya hanya mampu mengendap-endap berharap angsa itu tidak menyerang Ney tiba-tiba.
Yah, walaupun jika angsa itu tetap nekat, sudah ada bodyguard yang siap melepaskan timah panas kearahnya.
"Alo bebek!" Alih-alih takut dan panik seperti yang lain, Ney malah menyapa angsa itu dengan senyuman manis. Dan jangan lupakan kalau si bocah juga salah mengira bahwa hewan itu adalah bebek, bukan angsa yang dapat membahayakannya.
Ia memperhatikan tubuh 'bebek' yang punya leher panjang. Ney sebenarnya bingung, tapi ia sudah tidak sabar untuk segera menemui sapi di dalam sana.
"Bebek ikut Ney, yok!"
Furaka semakin ketar-ketir ketika Ney berjalan mendekati angsanya. Seandainya tau akan begini, sejak dulu saja Furaka potong hewan itu untuk disantap.
Ney menatap angsa itu dari kepala hingga kaki, dan akhirnya tangannya meraih kaki angsa yang cuma dua untuk digandeng salah satunya. Angsa itu sebenarnya tidak berniat menyerang si kecil, hanya ingin berkenalan saja karena ia baru melihat Ney hari ini. Dan dengan salah satu kakinya yang mengudara, hewan itu susah payah melompat pakai satu kaki, mengiringi Ney yang berjalan cepat menuju kandang sapi.
"Neybara! Lepaskan angsanya!" Furaka berteriak sembari mengikuti cucunya yang sudah lebih dulu masuk ke kandang sapi bersama seekor angsa yang terseok-seok. Angsa itu juga berteriak seolah meminta tolong kepada siapapun yang ada di sana.
"Angca? Apa itu popi?" Ney bingung. Perasaan ia mengajak bebek, lalu apa yang popinya itu katakan?
"Ney, itu bukan bebek sayang.. itu angsa. Sekarang lepaskan, kau bisa digigit nanti." Furaka mendekati anak itu sambil mewanti-wanti pergerakan si angsa. Yah, waspada takutnya angsa itu tiba-tiba bertindak untuk melukai cucu kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside [Hinafuka Fam]
HumorGanas? Dingin? Sadis? Tak kenal ampun? Ya Hinafuka. Sebut saja keluarga ini Mafia, karena kekayaan mereka yang tak ternilai sudah cukup untuk membuktikan kekuasaan mereka. Wajah tanpa ekspresi dengan rupa yang harus diakui dunia, mereka bukanlah ora...