Seorang bocah berusia tiga tahun itu sedang bermanja ria dengan Furaka. Es krim coklat yang dipegangnya meleleh karena terlalu asik tertawa riang. Di sebelah Furaka, Nia sedang merekam aksi mereka dengan senyum lebar. Sungguh, pemandangan yang sejuk di mata.
Anak ini tiba di mansion sejak semalam, ketika Ney sudah tidur dengan pulasnya. Lalu, saat bangun Ney justru mendapati sosok anak kecil ini di sampingnya, bukan salah satu abang atau kakek neneknya seperti biasa. Lebih mengejutkan lagi, ketika Zam menghampiri kamar itu, bocah itulah yang digendongnya. Sedangkan Ney hanya dibantu turun dari kasur saja.
Ingin rasanya anak itu protes, tapi apalah daya? Nyawanya masih melayang.
Sejak pagi semua orang sudah berkumpul, tetapi bukan untuknya melainkan bocah itu. Namanya Sora, keponakan bunda yang dititipkan di mansion untuk beberapa hari.
Ney melangkah menuju anak yang masih sibuk tertawa dengan Furaka, kemudian menepuk pundaknya pelan. Niat hati ingin berkenalan namun, bocah dengan wajah bulat itu malah menatapnya sinis. Apa apaan?
"Hai, aku Ney." Ney masih berusaha. Setidaknya kalau mereka berteman, ia rasa situasi ini tidak akan merugikannya. Ia mengulurkan tangan hendak bersalaman. Karena kata abang Steclo, kalau mau berteman dengan baik harus bersalaman dulu.
Bukannya disambut, Sora malah menatap Ney dari atas ke bawah. Ney dibuat salah tingkah olehnya. Sedangkan Furaka tertawa menyaksikan interaksi dua bocah seumuran itu.
"Aku Cola. Kamu mau ngapain?" Akhirnya bocah itu menjawab dan menyambut uluran tangan dari Ney.
Ney tentu senang. Kini, senyumnya mengembang hingga gigi rapinya terlihat. "Mau main! Ayo main!" serunya riang.
Tanpa aba-aba Ney menarik tangan Sora hingga bocah itu hampir saja tersungkur. Ran yang kebetulan melintas dan menyaksikan itu dengan sigap memegang tubuh mungil Sora agar tidak mencium lantai. Kemudian, tatapan tajam yang menusuk tertuju pada Ney.
"Ney! Jangan ditarik gitu temannya."
Sungguh, Ran tidak pernah berbicara dengan nada itu sebelumnya. Ney menatap polos ke arah para orang dewasa. Hatinya mencelos selain karena merasa bersalah, ia juga sedikit terkejut.
"Maap ya Cola, ayo main." Ney menatap Sora hati-hati, waspada kalau semisal Sora marah dan malah ngamuk kepadanya.
Tetapi diluar dugaan, Sora tersenyum. Itu senyum pertama yang ditujukan kepada Ney dan tentu saja Ney senang. Ia balas tersenyum kemudian kembali menggandeng tangan Sora untuk pergi ke ruang bermainnya.
Kedua bocah itu menjauh, meninggalkan Furaka dan Nia yang tersenyum lembut ke arah mereka. Sedangkan Ran sudah lebih dulu pergi karena ada urusan.
"Lucu ya, Sora.."
(~ ̄³ ̄)~
Ney menghela nafas pasrah. Ia dengan sabar kembali memungut balok warna-warni yang sudah berhamburan karena bangunannya disenggol Sora. Ini sudah keempat kalinya ia membangun, dan Sora entah sengaja atau tidak selalu merusaknya.
"Maap Ney, aku gak cengaja. Ayo buat lagi!" Ney mengangguk dengan senyuman yang dipaksakan. Pasalnya, tiap kali susunan balok Ney mulai lebih tinggi dari milik Sora, pasti langsung dirubuhkan. Ney ingin marah, tapi ia tidak berani.
"Jangan cenggol Ney lagi ya.." ucap Ney ramah. Lagi, ia mulai menyusun balok-baloknya hingga 3/4 badan. Lalu terulang kembali peristiwa yang sama. Rasanya seperti deja vu.
"Yah, aku mau ambil punyaku.. kamu buatnya di cana aja." Sora menunjuk pojok ruangan. Ney yang melihat kemana arah jari telunjuk Sora mengarah, tidak bisa tidak menganga. Ia mengedipkan matanya beberapa kali dan menatap Sora dengan polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside [Hinafuka Fam]
ЮморGanas? Dingin? Sadis? Tak kenal ampun? Ya Hinafuka. Sebut saja keluarga ini Mafia, karena kekayaan mereka yang tak ternilai sudah cukup untuk membuktikan kekuasaan mereka. Wajah tanpa ekspresi dengan rupa yang harus diakui dunia, mereka bukanlah ora...