2nd 'Perkara Roti

4.1K 388 10
                                    

"Lan-nii! Punya Ney!"

Ney menatap kesal kakak laki-lakinya yang berwajah menyebalkan itu. Bagaimana tidak, cowok delapan belas tahun itu benar-benar mengejek Ney habis-habisan setelah merebut Roti coklat kesukaan adiknya. Bukan sekali, melainkan sudah empat kali rotinya direbut paksa. Membuat Ney sekarang sudah siap menangisi roti di dalam perut kakaknya itu.

"Hiks.. bubuu... Hiks!" Tangis itupun akhirnya pecah. Sudah tidak ada lagi roti yang tersisa di atas piring. Ingin rasanya ia lempar kakaknya itu dengan piring kaca yang sudah kosong, tapi Ney tidak kuat sepertinya.

#NeyPesimis

Tubuh mungil yang sekarang terbalut kaos putih kebesaran itu memberontak di kursi khusus bayinya. Dan sekarang Ran berhasil dibuat panik dengan amukan si kecil.

"Lan-nii nakal! Hiks.. mau bubu! Hiks.. hiks.."

Baiklah, mungkin Ran lebih baik kabur untuk sekarang. Sampai saat ini ia belum berani berhadapan dengan Hiru yang mengamuk jika menyangkut Ney. Meski Hiru hanya seorang pelayan, tetapi wanita itu berani mengeksekusi dirinya yang terlalu jahil. Tentu karena lampu hijau dari sang ayah, juga karena perasaan sayang yang ia miliki untuk Hiru sejak lahir. Ran sungguh dibuat tak berkutik.

Sebelum benar-benar kabur, Ran menyempatkan diri untuk menghujani pipi tumpah Ney dengan ciuman yang terkesan brutal. Membuat Ney semakin mengencangkan tangisnya agar Hiru segera dengar.

"Astaga! Kenapa sayang?" Hiru menghampiri bocah yang saat ini masih menangis histeris. Bahkan ingus anak itu juga keluar dan hampir masuk ke mulut.

Hiru dengan cekatan mengambil tisu, membersihkan ingus dan air mata anak itu dengan telaten. Kemudian ia langsung menggendong majikan mininya itu untuk ditenangkan.

Piring roti itu kosong, dan Hiru baru meninggalkan Ney kurang lebih lima menit yang lalu. Otak encer wanita itu dengan cepat dapat menemukan pelaku dan mampu mengira-ngira kejadian di TKP barusan.

"Ran-nii?" tanya wanita itu pelan setelah Ney menghentikan aksi menangisi rotinya.

Ney mengangguk lesu. Wajahnya tertekuk lucu dengan bibir mengerucut. Alisnya bertaut tanda marah, matanya dibuat setajam mungkin meniru sosok Zamsya ketika melototi para pekerja. Tidak seram.

Hiru hanya mampu menghela nafas karena si pelaku sudah lebih dulu melarikan diri. Padahal ia tadi hanya ingin menjemput Hiru yang habis jalan-jalan pagi di halaman belakang mansion. Sengaja ia titipkan Ney dengan orang yang seharusnya tepat, tetapi ternyata ia salah.

"Udah ya sayang, bubu buatkan lagi."

Ekspresi Ney semakin masam. Wajah yang semula sudah merona itu semakin merah karena kesal. Hey! Bukannya apa, dia menunggu satu jam untuk roti itu. Dan sekarang? Dia harus menanti satu jam yang akan datang lagi? Ney tidak terima!

"Bubuu, tulun!" perintahnya. Hiru menurut dan menurunkan si kecil yang langsung berlari menuju anak tangga untuk dipanjat. Astaga, hampir Hiru kehilangan jantungnya ketika tak sengaja kaki kecil itu terselip saat merangkak.

Hiru mengurungkan niatnya untuk membuat adonan baru. Ia mengambil si kecil dan sesaat setelahnya dapat mendengar omelan si kecil. "Lan-nii jahat! Lan-nii penculi! Loti Ney dilampas! Nanti Ney bilang dada. Ney balas dendam dulu!"

Hiru hampir tertawa jika tak mengingat sifat bocah di gendongannya ini
sangat benci ditertawakan saat marah. Baiklah, Hiru akan mengikuti aksi 'keji' Ney kali ini. Lagipula ia juga kesal dengan cowok yang sepertinya sedang bersembunyi di kamar itu.

"Bubu! Ayo kamal Lan-nii!"

"Ayo!"

Tak butuh waktu lama, saat ini mereka sudah berada di depan pintu kamar bercat coklat milik Ran. Dengan tidak santainya Hiru mengetuk pintu itu diikuti Ney yang juga melakukan hal yang sama. Walau hasil ketukan Ney tidak terdengar jelas, tapi Ney sudah turut andil dalam penggrebekan ini.

Deep Inside [Hinafuka Fam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang