Ney sekarang sudah rapi dengan sleepsuit burung hantunya. Ia juga sudah duduk manis di pangkuan Deyn menunggu makan malam dihidangkan. Anak itu tidak terlihat kalau harus duduk sendiri di kursi, dan kursi pesanan khusus untuk Ney masih dalam proses pembuatan.
"Ini makananmu." Hiru menaruh semangkuk sup ayam dengan banyak sekali sayuran. Untung Ney bukan anak yang terlalu pilih-pilih makanan, jadi ia terima saja walau kasta coklat tetap nomor satu di hati.
Deyn menyuapi anak itu makan, sedangkan Sanma dan Mirwa menonton dalam diam. Sesekali mereka terkekeh gemas karena Ney kepergok mengambil hati ayam rebus milik Deyn. Ney itu pemakan segalanya, jadi jangan sampai mereka menyiapkan kayu dan batu karena bisa saja dimakan kalau sedang kelaparan.
Tapi, apa Ney pernah kelaparan? Tidak! Kalau kekenyangan sering.
Sesuai janji, Mirwa memberi Ney satu bungkus coklat yang ukurannya untuk sekali makan. Anak itu hendak protes, tapi kemudian Mirwa berucap, "kalau tidak mau, buat mommy saja."
Daripada tidak, jadi Ney terpaksa menerimanya. Sungguh, Ney tidak akan mau berurusan dengan keluarga penipu ini lagi!
"Selamat datang tuan."
Mirwa, Sanma, Deyn, dan juga Ney menatap ke arah pintu masuk yang menampilkan sosok pria tampan berambut putih. Bukan uban ya, pria itu sengaja mengubah warna rambutnya karena bosan.
"Selamat datang daddy!"
Itu bukan Ney, melainkan Sanma yang sedang dalam suasana hati yang bagus. Terlampau bagus hingga ia mendapatkan tatapan jijik dari daddy-nya yang berwajah datar.
"?"
"Pffttt.." Mirwa menahan tawa. Baru kali ini interaksi anak ayah itu terlihat menggemaskan. Tapi sepertinya Ferbian belum menyadari keberadaan buntalan kecil di pangkuan Deyn.
"Lama sekali operasimu itu." Sapaan Mirwa juga dihadiahi tatapan aneh dari Ferbian. Hey! Sejak kapan istrinya jadi suka protes tentang pekerjaannya?
"Aku melakukan dua operasi, dan menyiapkan beberapa alat untuk Alben besok." Walau bingung, Ferbian tetap menyahuti Mirwa yang sedang tersenyum kearahnya. Kalau itu, Ferbian sedang malas membalas senyuman sang istri, jadi ia biarkan saja.
"Siapkan air hangat, aku ingin berendam." Ferbian berjalan ke arah kamar, tanpa melihat meja makan yang sudah penuh dengan makanan, lengkap beserta bocah yang menonton interaksi keluarga itu dalam diam.
"Mommy, coklatnya catu lagi, ya?" Ternyata Ney juga tidak peduli. Anak itu malah sibuk menahan Mirwa yang akan pergi.
"Tidak! Kan janjinya cuma satu, Ney juga mintanya satu 'kan tadi?" Mirwa mengecup sayang bibir Ney dan berlalu dari sana. Melayani suaminya sebentar sebelum lanjut memakan makanan yang belum disentuhnya. Bagaimana ia bisa makan kalau ada tontonan langka yang menarik di depannya?
Ney menatap sendu mommy yang menghilang dari balik pintu kamar. Sedangkan pria yang juga seharusnya sudah masuk, kini mematung terdiam sejak mendengar rengekan anak kecil yang asing di telinganya. Niat Ferbian yang akan membersihkan diri itu hilang, ia malah menghampiri meja makan dan duduk di samping anak sulungnya.
"Siapa bocah ini?"
Ferbian melirik ke arah Sanma sekilas. Yang dilirik terkekeh geli karena ternyata reaksi daddy-nya sesuai dugaan. "Anak papa Zam."
"So tiny huh? Apa dia yang semalam disembunyikan oma kalian?" tanya Ferbian lagi entah pada siapa. Saat ini matanya yang terpasang kacamata menatap Ney dengan intens. Sementara itu Ney justru menatap Ferbian dengan perasaan bingung dan takut menjadi satu. Ferbian masih asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside [Hinafuka Fam]
ЮморGanas? Dingin? Sadis? Tak kenal ampun? Ya Hinafuka. Sebut saja keluarga ini Mafia, karena kekayaan mereka yang tak ternilai sudah cukup untuk membuktikan kekuasaan mereka. Wajah tanpa ekspresi dengan rupa yang harus diakui dunia, mereka bukanlah ora...