16th 'Naori

2.4K 260 1
                                    

Sosok gadis kecil berusia 10 tahun bergerak dengan gesit, menyelinap melewati para penjaga yang terlihat begitu besar dan kuat. Surai violet yang indah itu diikat rapi, memudahkannya dalam melakukan pergerakan. Begitu mulus dan bersih, sampai tak seorang pun sadar bahwa kawasan mansion sudah dibobol.

Cukup lama ia menunggu momen ini, dan setelah kurang lebih dua bulan melakukan pengintaian, gadis itu tau betul apa yang harus dilakukannya. Operasi yang dijalankan secara pribadi ini pasti sukses, apapun bayarannya.

Gadis bernama Naori Haisaki itu memasuki jendela kecil di atas loteng. Ia mengendap-endap menuju sebuah ruangan yang sudah diintainya selama dua bulan ini untuk menyergap seorang pria paruh baya dengan perut buncit dan kumis tipis yang menyebalkan.

Dendam yang Naori simpan bukanlah sekedar niat omong kosong, gadis itu terpuruk selama dua tahun dan akhirnya memberanikan diri hingga bisa sampai di sini. Tangannya terkepal kuat, dan langsung memegang samurai yang dibawanya ketika melihat keberadaan orang yang dicarinya.

Naori melakukan aksi sadis dengan langsung menebas kepala si pria dengan hanya sekali ayunan pedang. Bahkan pria itu tak dibiarkan mengucapkan kata-kata terakhirnya.

Kepala pria itu menggelinding dan terhenti tepat di kaki Naori. Si gadis kemudian menginjaknya dan menatap remeh mata yang masih terbelalak karena sempat terkejut tadi.

"Kau membunuh ibuku, inilah balasanmu." Naori langsung pergi. Kali ini gadis itu tidak lagi bersembunyi dan malah menampakkan dirinya secara terang-terangan kepada semua penjaga. Ia melompat dari atap mansion yang tingginya mencapai dua puluh meter dan langsung berlari kencang layaknya seorang ninja saat mendarat.

Tak ada yang mampu menangkapnya, entah karena bakat atau hasil latihan yang mati-matian ia jalani selama dua tahun terakhir.

Dua bulan yang lalu, Naori meminta izin untuk pergi balas dendam atas kematian ibunya. Selama dua tahun ia dihantui perasaan bersalah karena bayang-bayang wanita yang disayanginya tertusuk katana tepat di wajah. ibunya meninggal akibat melindungi Naori dari seorang predator kelamin.

Walau dengan berat hati, Zam mengizinkan anak perempuannya itu pergi. Ia memang sengaja tidak membunuh pria itu karena ingin membiarkan sang anak sendiri yang menjemput ajalnya. Dan Zam juga tidak bodoh untuk membiarkan putrinya pergi sendiri, karena ia diam-diam mengutus banyak sekali pengawal bayangan untuk melindungi putrinya. Pria itu selama ini sudah Zam kunci keberadaannya, hingga sering kali ia mendapat teror menyeramkan kiriman Zam.

"Aku lega, saatnya kembali."

Naori melihat ke arah jam tangan yang diberi oleh Zam, sedikit bingung karena sang ayah berada sangat jauh dari rumah. Apa ayahnya itu bekerja?

Sedangkan di belahan dunia yang lain, Zam memperhatikan ponselnya yang menampilkan titik merah Sedang mengarah ke mansionnya di Jepang. Tak lama, ia menekan tombol panggilan untuk menghubungi seorang tangan kanan di seberang sana.

"Bawa putriku kemari, akan kukirim pesawat untuk menjemput kalian."

Tanpa menunggu jawaban, Zam memutuskan panggilan itu. Ia kemudian tersenyum senang karena akhirnya sang anak menyelesaikan tugasnya. Ditatapnya Ney yang sedang terlelap di atas tubuh Ran, dan senyum itu tersungging semakin lebar.

"Kalian juga pasti merindukannya 'kan?"

(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

Pagi hari di mansion Hinafuka tidak pernah tenang sejak si kecil hadir di antara para manusia bengis itu. Banyak sekali alasan untuk diributkan oleh Ney. Entah anak itu mengamuk karena bangun tinggal sendirian, Hiru si harimau yang diusir diam-diam oleh momanya, Ran yang mencuri roti coklat, abang barunya yang selalu berganti setiap hari untuk mengekangnya dalam pelukan erat. Hidup Ney sudah seperti pasar malam setiap saat. Ramai.

Deep Inside [Hinafuka Fam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang