31st 'Pulang dan Menikah

1.9K 278 11
                                    

Sudah satu bulan lamanya seorang bocah bernama Neybara harus dipaksa lupa dengan salah satu sosok tersayangnya. Orang-orang terus berusaha mengalihkan perhatian anak itu kalau mulai bertanya tentang si abang. Bahkan, Furaka harus merelakan wibawanya dengan jungkir balik di kolam ikan koi agar Ney tertawa, tidak murung terus.

"Mau makan apa?" Jujur saja Zam sudah lelah bertanya. Sedari tadi ia diabaikan si kecil karena anak itu sibuk menatap layar ponsel Ran.

Tadi, Ney mendengar Zam yang berbicara tentang Alben melalui benda pipih itu. Jadi ia berharap agar Alben segera keluar dari smartphone. Ney pikir Alben sedang bermain petak umpet, jadi ia memarahi ponsel Ran sekarang.

"Abang! Cepat kelual! Ney dah temu abang cembunyi dimana, jadi kelual.."

Kira-kira seperti itulah celoteh Ney. Zam ingin tertawa, tapi tidak boleh. Mana tadi Ferbian di rumah sakit baru menginfokan kondisi Alben, jadi Zam tidak boleh tertawa sekarang.

"Ney, ayo makan.. nanti dimarahin daddy loh," bujuk Zam lagi.

"Ada daddy?" Akhirnya anak itu merespon, walau jawabannya bukan yang diharapkan.

"Kalau kamu gak makan, daddy pulang terus marahin kamu. Jadi ayo makan." Kali ini Zam langsung mengangkat tubuh Ney. Ia tidak akan membuang waktu lagi karena jam makan siang sudah terlalu lama terlewat.

Ketika pria yang tengah membawa buntalan di gendongannya itu keluar pintu, ia terkejut karena Hiru tiba-tiba berada di depannya. Wanita itu tersenyum lembut, lalu mengikuti langkah Zam dari belakang. Hiru memang berniat mengajak si bocah untuk makan tadi, saat Nia di meja makan mengamuk karena cucu kecilnya belum juga bergabung.

"Bubuu.."

Ney hanya basa-basi dengan memanggil Hiru dan tersenyum ke arah wanita itu dari balik pundak Zam. Yang tentu tingkahnya membuat Zam dan Hiru gemas. Kalau dianimasikan, mungkin Hiru dan Zam sudah mimisan sekarang karena melihat senyuman manis dengan lesung pipi beserta suara lembut itu.

"Kau ini, kau membuatku terkena marah karena tidak cepat bergabung.."

Mungkin cuma Hiru pelayan yang berani mengomeli si tuan kecil saat orang lain bahkan tidak boleh bicara dengannya. Bahkan Hiru berani menganiaya tuan besar kalau menyangkut Ney.

"Marahi saja dia kak, dia mengabaikanku," adu Zam memanas-manasi suasana. Sedangkan si pelaku hanya nyengir dengan wajah tak berdosa. Kalau perutnya tidak bunyi minta diisi, sudah dipastikan Ney akan tetap melakukan aktivitasnya tadi selama berjam-jam.

"Kenapa hmm? Kenapa kau nakal sekali?"

Lagi-lagi Ney hanya bisa tersenyum mendengar Hiru mulai mengomel. Sebenarnya bocah itu berusaha membujuk agar Hiru tak marah. Doakan saja supaya berhasil.

"Apa kau tidak lapar? Kalau sakit bagaimana? Nanti disuntik daddy, baru kamu tau.."

Doa kalian tidak manjur. Ney tetap kena omel.

"Bubuu.."

"Kak, bagaimana kalau kau menikah denganku saja?"

Hening. Tak ada suara yang mengisi kekosongan yang tiba-tiba ini. Bahkan mereka berhenti melangkah, membuat Ney jadi bingung sendiri.

"Aduuhh.. dada, Ney lapal.. kok diam?"

Hiru dan Zam sontak tertawa kencang. Selain karena ucapan si kecil, juga karena lanturan Zam yang tidak masuk akal. Bahkan Hiru sampai meneteskan air mata. Akhirnya mereka kembali berjalan.

"Bodoh sekali kau."

"Jangan mengatai majikanmu kak.. kau bisa dipecat," canda Zam.

"Coba saja." Bukan tanpa alasan Hiru berujar demikian. Bisa dibilang, ia adalah nyonya kedua di mansion Hinafuka ini. Sahabat baik nyonya pertama, Alsentonia. Kalau Zam atau yang lain mencoba memecatnya, Hiru yakin Nia akan datang dan menolong wanita itu. Yah, sudah saatnya bagi Hiru untuk menyombongkan diri.

Deep Inside [Hinafuka Fam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang