"Ayah.. mau kemana? Ayo main di bawah!" Ney menghentikan Dexter yang baru keluar dari ruang kerja Furaka. Pria itu berniat pergi setelah mendapat beberapa informasi yang dibutuhkannya untuk misi terbaru. Namun, entah Dexter itu beruntung atau sial, ia malah tertangkap basah oleh si kecil yang sedang semangat-semangatnya bermain.
"Main? Memang Ney mau main apa?" Dexter berjongkok dan mengelus sayang kepala bocah itu. Jujur saja ia rindu dengan ponakan mungilnya ini, namun di sisi lain misi yang baru mereka terima juga bukan misi yang gampang. Bahkan Dexter harus turun tangan sendiri bersama Gior untuk menyelesaikannya. Terlebih, mereka belum tau pasti kekuatan musuh di luar sana, membuat Dexter tidak bisa mengambil resiko dengan mengutus salah satu anaknya.
"Ayo main ikan!"
"Neybara.. main sama papa saja yuk? Ayah harus kerja." Dari arah belakang Zam muncul dan ikut berjongkok di hadapan putra bungsunya. Ia tersenyum hangat sembari menyodorkan coklat yang baru diambil dari dapur. Zam tau, anak itu tidak mudah dibujuk sekarang.
"Iya, nanti abang temani bermain juga!" seru Lakhsyam tiba-tiba. Kini, ketiga pria itu sudah mengelilingi Ney dengan tatapan teduh mereka.
Tetapi sekali lagi, Ney tidak mudah dibujuk. Anak itu mengabaikan coklat yang dibawa Zam dan malah memeluk Dexter. Entah kenapa rasanya Ney sangat rindu dengan ayahnya ini karena mereka dua minggu tidak bertemu. Yah, selama itu Dexter memang pergi bolak-balik mengawasi Dozoura, mafia besar yang sejak beberapa tahun terakhir sudah tidak bersembunyi lagi.
Dexter bahkan baru tau bahwa Dozoura hanyalah nama keluarga, dan mereka hidup berkelompok seperti Hinafuka. Dozoura mampu membuat Dexter kerepotan. Pantas saja organisasi hukum dunia langsung yang melaporkannya.
"Nda mau! Mau main cama ayah ajaa.." rengek Ney lagi. Dexter sih senang-senang saja. Kapan lagi ia dapat perhatian penuh dari bocil kesayangannya?
Kesempatan yang tidak boleh dilewatkan!
"Oh astaga, sepertinya anakku ini tidak ingin berpisah dari ayah ya? Aduh, bagaimana ini.. padahal misiku itu penting, tapi Ney ku jauh lebih penting.. wah, bagaimana ya??"
Kalau bisa, Zam dan Lakhsyam ingin membuang Dexter ke sumur sekarang juga. Pria itu dengan sengaja membuat dialog untuk memanas-manasi Zam dan anaknya sendiri. Lalu Ney yang berada di pelukannya juga hanya tertawa riang, seolah mengejek keberadaan kedua pria lain yang ada di sana.
"Berhenti ayah."
"Kuhajar kau kak."
Kali ini Dexter yang tertawa renyah. Bukannya membujuk Ney, Dexter justru duduk di lantai dan bermanja ria dengan bocah gembul itu.
"Ahahahah.. udah! Udah ayaahhh ahahahahahh," tawa Ney. Sekarang tubuhnya geli karena Dexter mendusel di perut bulat si kecil.
"Bagaimana? Masih mau main dengan ayah??" Ney mengangguk antusias. Bukannya kapok, Ney malah mencium pipi Dexter, membuat sang empu tersipu dan salah tingkah.
"Ayo main!"
"Zam, semua informasi ada di situ. Pastikan saja berapa jumlah anggota inti mereka, dan bawa pasukan untuk berjaga-jaga. Mansion mereka sangat ketat." Dexter menyodorkan beberapa lembar kertas yang ia dapat dari Furaka. Kemudian setelahnya, pria itu bangkit dengan Ney di gendongan untuk segera turun ke bawah.
"Ayo main!!"
"Loh, lalu mis—" ucapan Gior yang baru datang langsung terpotong.
"Zam yang pergi, dengan Lakhsyam juga." Lakhsyam lantas membelalak. Hari ini jadwalnya libur, dan ia sudah punya rencana sendiri dengan Ney. Kenapa pula ayahnya itu tiba-tiba memutuskan?! Apalagi Gior kini menatapnya datar, tapi sarat akan makna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Inside [Hinafuka Fam]
HumorGanas? Dingin? Sadis? Tak kenal ampun? Ya Hinafuka. Sebut saja keluarga ini Mafia, karena kekayaan mereka yang tak ternilai sudah cukup untuk membuktikan kekuasaan mereka. Wajah tanpa ekspresi dengan rupa yang harus diakui dunia, mereka bukanlah ora...