12th 'Hiru!

3K 307 2
                                    

"Abang acam!"

Semua mata tertuju ke arah lift yang menampakkan sosok bocah sedang digendong oleh seorang pria tampan berkacamata. Sejujurnya Ferbian tidak rela ketika harus disuruh mengantar Ney kembali, tetapi ucapan Mirwa berikutnya mampu membuat pria dingin itu tak berkutik.

"Mama dan papa mengancam kalau tidak dikembalikan saat pukul sembilan, kita satu keluarga akan diasingkan ke pulau terpencil milik papa selama tiga minggu."

Ferbian tau jelas, apa yang Furaka ucapkan tidak pernah menjadi omong kosong belaka. Dan lagi, ia juga ogah berpisah jauh dari Ney, terlebih dalam waktu yang lama.

"Siapa yang kau panggil asam, baby?" Nia mengambil Ney yang dengan senang hati menerima pelukan neneknya. Ia menatap bingung Nia, sebelum akhirnya tangan kecil itu menunjuk sosok cowok yang sudah di sana sejak pagi tadi.

"Itu, abang acam."

Rupa-rupanya yang dimaksud si kecil adalah Lakhsyam yang sedang makan roti coklat jatah Ney. Ya! Jatah Ney karena anak itu yakin bahwa Hiru lah yang membuatnya. Terlebih, roti itu rasa coklat, kan Ney jadi semakin yakin.

"Bang Acam mam loti Ney ya?!" tuduhnya. Sedangkan Lakhsyam yang masih mengunyah roti itu terkesiap tak tau harus jawab apa.

"E-eh anu. Kita buat cookies aja yuk?"

Mata Ney sudah berkaca-kaca saat melihat roti yang di tangan Lakhsyam adalah yang terakhir. Roti buatan Hiru adalah kesukaannya setelah coklat, tapi lihat apa yang abang barunya itu lakukan?!

"Hikss.. no! Hikss... Abang jahat.."

Ferbian menatap tajam keponakannya. Niat hati mengajak Ney bermain mainan baru yang belum sempat dibuka kemarin, anak itu malah terlanjur menangisi roti coklat.

Sedangkan Nia berusaha menenangkan Ney dengan mengusap punggung kecilnya. Wanita tua itu juga tak henti-henti mengecup seluruh wajah Ney yang mulai basah. "Udah udah, kita buat lagi ya?"

"Hiks.. lama momaa.. hiks..." tolak Ney.

"Rawrrr.." lagi, semua orang menatap ke arah lift yang kali ini memunculkan sosok Zam dan Furaka yang tengah menggiring seekor harimau putih besar. Harimau itu bahkan lebih besar dari tubuh Ney.

Melihat itu, Ney melonjak senang. Ia tiba-tiba berhenti menangis dan memberontak dari gendongan Nia yang justru membeku.

Ney berlari ke arah harimau peliharaannya sembari merentangkan tangan. Sementara itu Nia, Ferbian, dan Lakhsyam sontak mengejar si bocah.

"Ney! Awas!" teriak Nia heboh. Sedangkan Ferbian yang posisinya paling dekat sudah lebih dulu mengangkat anak itu dan menjauh.

"Apa-apaan kalian ini?!" marah Ferbian. Mereka masih belum peka kalau harimau putih yang besar itu adalah teman Ney yang bernama Hiru.

"Hiluu.."

"Lepaskan kak, harimau ini teman Ney. Anak itu sudah kangen berat dengan peliharaannya sejak kemarin." Penjelasan Zam tidak terdengar masuk akal di telinga Lakhsyam. Cowok itu menatap sengit Zam yang masih menatap mereka datar.

"Kenapa? Memang Ney pelihara harimau. Sekarang, lepaskan anakku!" perintah Zam terpaksa membuat Ferbian mengalah. Bagaimana tidak? Ney sudah menatap daddy-nya sendu sembari terus menyebut 'Hilu' berulang kali.

"Hahahhahah! Hiluu!!"

Harimau itu mencium wajah bulat Ney yang masih sedikit basah. Ia sudah dilatih untuk tidak menjilat si kecil karena lidah kasarnya dapat melukai anak itu. Hiru yang dirawat sejak masih dua minggu benar-benar mendapat kasih sayang dari Ney. Tetapi jangan lupakan bahwa ia juga dilatih keras dulu sehingga sifat buasnya hilang.

Deep Inside [Hinafuka Fam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang