22nd 'Amarah

2.2K 258 6
                                    

Ganasnya Hinafuka menjadi ketakutan terbesar pemerintah dunia serta mafia bawah. Mereka menyebut keluarga ini adalah malaikat pencabut nyawa utusan Tuhan. Tak ada yang berani atau bahkan mampu mengusik Hinafuka, kecuali orang-orang bosan hidup yang gemar akan tantangan.

Namun, Hinafuka tidaklah seliar yang dibicarakan. Kuncinya, jangan mencari masalah. Keluarga ini bisa dibilang memperlakukan target mereka dengan baik karena Hinafuka selalu membunuh tanpa perasaan. Tugas dijalankan dengan niat membunuh, bukan bersenang-senang.

Lalu, bagaimana jika sesuatu yang berharga dari keluarga ini dibuat celaka? Jangankan celaka, diusik saja sudah pasti pelakunya tidak akan pernah tertawa lagi. Dan sekarang, setelah mengetahui berliannya dibuat terluka, mana mungkin mereka diam.

Ney, bocah yang seharusnya bermalam di kediaman Ferbian itu kini kembali ke pelukan Zam. Mata itu terpejam, tapi tidak bisa dipungkiri pula kalau Zam dapat melihat iris itu membengkak. Lenguhan kecil kadang terdengar, membuat amarah serta khawatir itu semakin menjadi-jadi. Walau sebenarnya Ferbian sudah bilang kalau anak itu tak apa-apa sekarang.

"Tuan Zam, anda ingin menyusul yang lain? Biar saya yang menemani tuan muda." Zam menoleh ke arah pintu dimana sosok Hiru muncul. Setelah mengangguk singkat, akhirnya Ney berpindah ke pelukan hangat Hiru dan Zam dengan langkah besarnya meninggalkan kamar itu.

Saat mengetahui apa yang terjadi, Hiru tidak bisa tenang. Ia yang awalnya berniat menuju kediaman Ferbian untuk mengantar susu, malah dikejutkan dengan penghuni rumah itu yang membawa tuan kecilnya kembali. Jangan lupakan perban dan plaster yang berhasil menghentikan semua aktivitas di kediaman Furaka.

Yah, tidak butuh waktu lama pula, seluruh penghuni mansion itu berbondong-bondong menuju basement. Ruangan yang hampir tak pernah disentuh. Bahkan Naori, gadis yang terlihat manis itu juga ikut turun.

"Kak.." Mendengar suara itu, Gior yang sedang menyayat tubuh seorang wanita yang tengah dirantai seketika berhenti. Pria itu mundur, memberi ruang pada sang adik untuk memulai gilirannya. Tak ayal, mereka sadar bahwa Zam adalah orang yang paling marah saat ini. Walaupun sebenarnya seluruh anggota keluarga itu juga berada di puncak amarah seumur hidup mereka.

Ctass!!!

Suara itu menggema. Semua orang yang menyaksikan tak bergeming. Raut mereka sama, penuh rasa kesal dan berang.

Ctass!!

Brak!!!

Lagi, Zam terus menyiksa wanita yang katanya sudah ceroboh hingga melukai putra kecilnya. Sudah tak ada suara yang mampu wanita itu keluarkan sejak dua puluh menit yang lalu. Dan tentu setiap orang di sana sudah mendapatkan giliran mereka kecuali Furaka yang sejak awal hanya menonton sembari bersedekap dada.

"Kepalamu akan menjadi pajangan ketiga di ruangan ini."

Krekk!

Leher wanita itu patah saat Zam dengan sadisnya menendang dagu si wanita. Wanita itu tetap terjaga karena suntikan yang Ferbian beri di awal tadi. Entah apa isinya, yang pasti suntikan itu hasil penemuan Deyn setelah mengorbankan banyak nyawa musuh Hinafuka.

"Hentikan Zam, biar ku urus." Furaka yang memang hanya diam sejak tadi akhirnya buka suara. Zam awalnya ingin kembali menendang si wanita, namun seketika diam. Pria itu mundur seiring dengan Furaka yang berjalan maju.

Bagaimanapun juga, Furaka tetap orang yang paling sadis di keluarga Hinafuka. Walau Dexter sudah mengambil alih, namun pria itu belum mampu menyaingi sang ayah. Tak ada yang mampu menandingi Furaka jika ia sudah dikuasai amarah.

"Siapkan dirimu."

(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

"Mamaa.. jangan, cakit.."

Deep Inside [Hinafuka Fam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang