Avalle dengan cekatan memotong-motong bahan-bahan makanan yang akan ia masak. Ya, Avalle saat ini sedang memasak. Tadi, Avalle dengan sengaja bangun pagi-pagi, agar dia bisa memasak untuk sarapan dirinya, Askar, dan Latasha.
Avalle takut jika dia membiarkan para pelayan yang memasak, maka mereka akan memberikan Askar dan Latasha makanan yang tidak layak lagi.
Tadipun saat Avalle datang ke dapur, para pelayan terlihat panik dan sedikit takut? Mungkin karena kejadian tadi malam.
"Aku rasa masion ini punya cukup pelayan untuk memasak." Avalle tersentak lalu menolehkan kepalanya kebelakang, ke asal suara. Askar. Askar bersandar pada daun pintu dapur, sambil menatap datar ke arahnya.
Avalle tersenyum manis, lalu kembali memusatkan perhatian ke masakannya, "Tidak ada salahnya memasak sendiri. Selain itu, jika para pelayan yang memasak mereka bisa saja memberimu dan Latasha makanan yang tidak layak lagi."
Askar berjalan ke arah Avalle, dia berdiri di belakangnya, kemudian dia memeluk pinggang ramping Avalle, sembari menyelusupkan kepalanya ke leher Avalle menghirup aroma manis yang menguar dari tubuhnya.
Avalle tertegun dengan tindakan tiba-tiba Askar, "A-askar?"
"Apa yang kau rencanakan?" Avalle sedikit merinding mendengar suara berat Askar yang tepat disamping telinganya, belum lagi hembusan nafas Askar yang mengenai kulitnya.
Avalle mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan Askar, "Rencanakan?"
"Berbuat baik. Tidak mungkin kau tiba-tiba bertindak seperti peduli pada kami, kalau tidak ada yang kau rencanakan."
Bukan tanpa alasan Askar mencurigai Avalle. Selama ini tidak pernah ada orang yang benar-benar peduli padanya ataupun adiknya, orang-orang selalu mencemooh mereka berdua, sekalinya ada yang berbuat baik pada mereka pasti ada tujuan tertentu.
Belum lagi, Avalle sendiri tiba-tiba berubah baik seperti sekarang ini, semakin membuat Askar menaruh curiga. Saat pertama kali Avalle datang ke mansion 1 minggu yang lalu, Avalle lebih banyak diam. Selama 1 minggu itu Avalle sudah menyaksikan hal-hal buruk yang terjadi di mansion, tapi dia hanya diam saja. Sebelum kejadian tadi malam, Avalle sudah pernah melihat penindasan yang terjadi pada Latasha, tapi lagi-lagi dia hanya diam. Karena itu Askar berpikir Avalle hanya dirinya dalam versi tubuh lain, karena mereka sama-sama apatis terhadap orang lain.
Avalle membalikkan badannya, dia tersenyum lembut sembari mengelus lembut rahang tegas Askar, "Aku rasa berbuat baik adalah hal yang seharusnya manusia lakukan. Bukankah itu justru hal yang normal dan wajar?" Avalle merasa sedih karena dia berpikir Askar pasti benar-benar sudah melewati waktu yang sangat buruk, sampai-sampai Askar menaruh curiga padanya hanya karena dia melakukan kebaikan kecil.
"Kamu tidak perlu khawatir, aku tidak merencanakan apapun. Aku tidak akan pernah menyakiti kalian berdua."
Askar memejamkan mata, menikmati elusan lembut pada wajahnya, "Kau... Benar-benar tidak menginginkan apapun?"
Avalle tersenyum jahil, "Kamu... Yang aku mau kamu."
Askar sontak membuka mata karena kaget. Avalle tertawa lepas melihat kekagetan Askar, "Bercanda." Avalle kembali membalikkan badan, dia harus menyelesaikan acara memasaknya.
Jantung Askar tiba-tiba berdetak dua kali lebih cepat, Askar juga merasa seperti ada kupu-kupu di perutnya, ada perasaan senang? Yang membuncah dari hatinya. Askar lalu kembali memeluk Avalle, dan menyelusupkan kepalanya ke leher Avalle.
Diam-diam Askar menyeringai sembari membatin, "Bercanda, huh? Sayang sekali, tapi aku tidak menganggapnya sebagai candaan."
😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Avisha or Avalle : An Extra
Teen FictionAvisha Ansell Nayaka. Seorang pemuda yang terkenal karena kelembutannya. Suatu hari ia harus meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya, atau lebih tepatnya karena kondisinya tambah down setelah menangisi karakter figuran di novel yang ia baca...