"Hah~" Avalle menghela napas untuk kesekian kalinya, dia menatap bulan di langit malam yang cerah.
Besok adalah waktunya masuk sekolah. Avalle sedikit gusar memikirkan apa yang akan terjadi setelah dia masuk sekolah nanti, apakah alur novel akan tetap berjalan seperti seharusnya? Tapi, Avalle sudah mencoba melakukan perubahan pada nasib Askar dan Latasha.
Yang paling Avalle khawatirkan adalah nasib dari Latasha, karena nasib Latasha di novel tergantung pada banyak hal. Kalau Askarsih, Avalle sudah tidak terlalu khawatir, karena di novel Avalle asli adalah penyebab segala penderitaan Askar, karena saat ini tubuh Avalle sudah diisi oleh jiwa Avisha jadi Avalle tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi kecuali soal ayah mereka.
Ngomong-ngomong soal ayah Askar dan Latasha, Avalle sama sekali belum bertemu dengannya. Xavier bilang saat ini tuan besar sedang di luar negeri untuk urusan yang sangat penting, jadi sekarang Avalle tidak akan terlalu memikirkan soalnya ayah angkatnya itu.
Avalle terlalu fokus pada pikirannya sampai dia tidak sadar seseorang kini memasuki kamarnya, Askar.
Askar menatap Avalle yang sedang memperhatikan bulan di langit dengan tatap rumit, selalu seperti itu. Sejak Avalle mulai berubah menjadi baik, dia lebih sering melamun.
Askar berjalan menuju Avalle lalu memeluknya dari belakang.
"Oh? Askar..." Avalle menoleh dengan terkejut.
Askar mengelus lembut rambut Avalle, "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Avalle terkekeh lalu kembali melihat bulan, "Aku hanya sedikit gugup, karena besok aku mulai sekolah."
Askar menghela napas lalu mengeratkan pelukannya, "Tidak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja. Sekolahku sekolah yang bagus kok, banyak anak-anak berprestasi, ya walaupun mereka sedikit... Menyebalkan."
Avalle terkekeh mendengar itu, "Apa ada hal seru yang biasanya terjadi di sekolah? Ya jaga-jaga agar aku tidak kaget saat melihatnya langsung nanti."
Askar terdiam lalu menumpukkan dagunya di bahu Avalle sambil memejamkan mata, "Hmm... Ada geng anak-anak donatur sekolah yang menyebalkan, kamu sudah bertemu ketua mereka saat di resto, mereka sangat aragon padahal anak pemilik sekolah saja tidak seperti itu. Ketua osis kami adalah orang yang terlihat ramah tapi sebenarnya dia sedikit licik. Sekretaris Osis adalah orang yang lembut tapi juga agak galak. Latasha sering mencari masalah pada geng anak-anak donatur. Guru-guru banyak yang diskriminatif. Banyak masalah besar yang diciptakan oleh anak-anak donatur, tapi tidak ada yang berani menindak. Anak pemilik sekolah selalu masuk sekolah seenaknya."
Avalle kemudian mencoba menebak-nebak orang yang dibicarakan oleh Askar. Ketua osis dan anak pemilik sekolah, keduanya pernah disinggung di novel, walau hanya sedikit, karena mereka juga karakter figuran. Untuk sisanya Avalle sama sekali tidak tau, mungkin mereka karakter yang tidak pernah ada di novel.
Askar secara tiba-tiba menggendong Avalle bridal style, "Ini sudah malam, angin malam tidak bangus untuk tubuhmu. Besok kita juga harus sekolah, jadi sebaiknya kita tidur lebih awal."
Askar membaringkan Avalle dikasurnya dengan sangat lembut, seolah Avalle adalah kaca yang bisa retak kapan saja.
"Kamu tidak tidur di sini?" Avalle menahan tangan Askar yang hendak beranjak.
"Kau mau aku tidur di sini?" Askar balik bertanya.
"Y-ya kalau kamu tidak mau tidak apa-apa." Avalle menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Askar diam-diam bersmirk, lalu dia naik ke atas kasur Avalle dan memeluknya, "Tentu aku mau."
Avalle balas memeluk Askar dan menenggelamkan wajahnya di dada Askar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avisha or Avalle : An Extra
Teen FictionAvisha Ansell Nayaka. Seorang pemuda yang terkenal karena kelembutannya. Suatu hari ia harus meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya, atau lebih tepatnya karena kondisinya tambah down setelah menangisi karakter figuran di novel yang ia baca...