Avalle menatap hangat gumpalan yang sedang tertidur di ranjang khusus bayi di depannya.
"Dia satu-satunya bayi di panti ini. Baru seminggu lalu ayahnya menyerahkan dia pada kami."
Avalle menoleh menatap ibu panti di sampingnya dengan tatapan bertanya. Ibu panti mengulurkan tangannya mengusap lembut pipi bayi itu, "Dia lahir dari 'kecelakaan', ibunya belum siap menjadi seorang ibu, jadi ibunya meninggalkan dia dengan ayahnya. Lalu ayahnyapun belum siap menjadi ayah, jadi dia menyerahkannya pada panti ini."
Avalle kembali mengalihkan perhatiannya pada buntalan di depannya, lalu dia tersenyum miris. Tipikal manusia sekali... Mau enaknya doang.
"Oh ya ibu keluar dulu ya. Harus siapin makanan dulu." Avalle mengangguk, lalu ibu pantipun keluar dari kamar itu.
Setelah ibu panti keluar, Avalle kembali memusatkan perhatiannya pada buntalan menggemaskan yang sedang tertidur lelap.
Avalle mengulurkan tangannya mengusap pipi bayi itu, Avalle tersenyum dengan sangat lembut.
Hal itu tidak lepas dari tatapan Askar yang sedari tadi menonton sambil menyender di ambang pintu. Askar berniat untuk menyusul Avalle, tapi saat dia masuk langsung disuguhi pemandangan indah, jadi dia memutuskan untuk menikmatinya saja.
Askar berjalan masuk secara perlahan, lalu menutup pintu dengan pelan juga, dia tidak mau mengganggu kegiatan Avalle.
Avalle tersentak setelah sepasang tangan memeluknya dari belakang. Askar.
Askar menatap bayi di depannya, "Dia lucu juga ya."
Avalle mengangguk dengan semangat, "Iya. Semua bayi memang lucu."
Askar terkekeh pelan mendengar itu. Iya, kalau masih bayimah lucu, gedean dikit aja auto jadi bocil kematian, yang bawaannya pengen digedik.
Askar menempelkan dagunya pada bahu sempit Avalle. Lalu dia melesakkan kepalanya ke ceruk leher Avalle, menghirup rakus aroma harumnya.
Selama beberapa menit keduanya terus diam dalam keheningan. Sampai suara tangisan bayi memecah keheningan dan menarik atensi keduanya.
Avalle dengan sigap meraih bayi itu, lalu dia menggendongnya dengan penuh kasih sayang. Avalle sedikit menggoyang-goyangkan tubuhnya, sambil menyanyikan lullaby untuk menenangkan bayi itu, sesekali dia mengecupi pipi bayi itu masih dengan senyuman lembutnya. Askar terpaku melihat itu, sekarang hatinya benar-benar menghangat. Sepertinya bukan hal buruk jika mereka berdua memiliki seorang anak nanti. Askar kemudian tersenyum setelah ide itu muncul.
Anak, huh?
~(つˆДˆ)つ。☆
"Hah..."
Arkanna menghela napas lelah untuk kesekian kalinya. Dia mengurut pelan pangkal hidungnya dengan kerutan di dahi.
"Ada apa lagi?" Arsenna menatap heran Arkanna, keliatan banget banyak masalahnya.
Arkanna menghampiri Senna yang sedang duduk di kursi ruang tamu dengan sebuah rajutan yang belum selesai di tangannya.
"Gue dapet laporan anak-anak sekolah kita tawuran lagi sama sekolah tetangga." Arkanna duduk di samping Senna, lalu menyenderkan kepalanya ke bahu Arsenna.
"Masih anak buahnya Alister?"
Arkanna menganggukkan kepalanya sambil cemberut. Dia benar-benar membenci nama itu. Sejak kelas sepuluh dia berjuang untuk melawan Alister and the geng, tapi entah mengapa susah sekali untuk menjatuhkan manusia jelmaan setan yang satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avisha or Avalle : An Extra
Fiksi RemajaAvisha Ansell Nayaka. Seorang pemuda yang terkenal karena kelembutannya. Suatu hari ia harus meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya, atau lebih tepatnya karena kondisinya tambah down setelah menangisi karakter figuran di novel yang ia baca...