Askar mengelus dengan lembut rambut Avalle yang tertidur di lengannya. Askar masih memikirkan ucapan Avalle tadi.
Avalle tadi sudah bercerita tentang dia yang sebenarnya bukan Avalle. Askar awalnya tidak percaya, karena itu benar-benar tidak masuk akal. Dunia novel? Transmigrasi? Ayolah darimana masuk akalnya 2 hal itu. Tapi mengingat kembali perubahan sikap Avalle, membuat semuanya jadi masuk akal. Selain itu Avalle juga mengatakan hal-hal yang terjadi padanya di masa lalu, hal yang seharusnya tidak Avalle ketahui.
Askar juga sampat merasa nyesek saat Avalle mengatakan jiwanya bukan jiwa Avalle melainkan Avisha. Askar jadi bingung yang selama ini dia cintai siapa? Tapi saat Avalle mengatakan dia bertransmigrasi sejak dia melihat Latasha dirundung, berarti yang selama ini Askar sukai adalah Avisha.
Lalu Askar memikirkan ucapan Avalle soal nasibnya dan nasib adiknya di dalam novel itu. Avalle bilang Askar akan mati mengenaskan karena ayahnya sendiri, dan penyebab ayahnya membutuh dia adalah karena Avalle, karena itulah Avalle ingin pergi dari sana untuk menyelamatkan nyawa Askar. Askar lalu tersenyum mengingat ucapan Avalle itu, Avalle bahkan rela pergi demi menyelamatkan dirinya, Avalle benar-benar mengasihinya. Askar lalu memeluk erat Avalle yang sedang tertidur, Askar menatap lamat wajah Avalle yang sedang tertidur pulas. Lalu... sebuah seringai terbit di bibirnya.
😇
"Heee jadi karena itu Askar sampe ngurung Avalle?" Jo menatap Kaisar yang sedang duduk di ruang tamu dengan koran di tangannya.
Kaisar menganggukkan kepalanya, "Iya, gue udah coba nasehatin dia tadi. Gataudeh bakal didengerin atau nggak, tapi ngeliat dia yang langsung minggat kayaknya dia bakal lepasin Avalle."
Jo menghela napas berat, lalu mengaduk-aduk minuman teh yang ada di tangannya, "Askar itu... Terlalu insecure gak sih?"
Kaisar mengernyitkan dahi mendengar itu, "Maksudnya?"
Jo lalu membuat ekspresi rumit, "Entahlah... Menurut gue Askar itu masih belum bisa lepas dari masalalunya. Jadinya Askar kayak dengan mudah memutuskan tentang niat orang lain ke dia. Avalle cuma bilang dia mau pergi, tapi Askar langsung mikir kalau Avalle mau pergi karena dia, karena Avalle jijik sama fisiknya lah, padahalkan Avalle aja selama ini keliatan fine-fine ajatuh sama kondisi fisik Askar."
Kaisar melipat koran ditangannya, lalu dia memijat pelipisnya pelan, "Ya... Gue juga setuju. Tapi kalau ingat gimana dia dulu diperlakukan sama orang-orang, hal yang masuk akal kalau Askar jadi orang yang mudah negatif thinking, dan ngerasa rendah diri terutama soal fisiknya."
"Dia pernah ke psikolog gak sih? Ya buat atasin trauma masa lalunya aja gitu."
Kaisar menggelengkan kepalanya, "Gue juga sempet kepikiran buat saranin dia ke psikolog. Tapi gue agak segan juga, takutnya dia mikir apa gitu, selain itu kita juga gak begitu deket, lo tau sendiri setertutup apa Askar. Terus, gue juga mikir mungkin dia udah baik-baik aja, ngeliat dia selama ini selalu bersikap biasa aja."
Lagi, Jo kembali menghela napas berat, "Mungkin dari luar dia emang keliatan biasa aja. Tapi, kitakan gatau dalamnya kayak gimana. Askar udah dirundung selama bertahun-tahun, mustahil kalau itu gak ngelukain jiwanya sama sekali."
Kaisar terdiam mendengar itu, dia setuju dengan pemikiran João.
Jo juga ikut terdiam masih dengan kegiatan mengaduk-aduk tehnya. Sebenarnya Jo agak tidak peduli dengan keadaan Askar, mereka tidak sedekat itu untuk membuat Jo merasakan ikatan emosional dengannya. Tapi yang Jo khawatirkan adalah Avalle, melihat Avalle yang selembut dan setulus itu dengan Askar, membuat Jo khawatir kalau itu justru akan mematik sisi obsesi dari Askar. Itu akan baik-baik saja jika Askar tidak sampai melukai Avalle karena obsesinya, tapi jika sampai Askar melukai Avalle, mungkin Jo sendiri yang akan turun tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avisha or Avalle : An Extra
Genç KurguAvisha Ansell Nayaka. Seorang pemuda yang terkenal karena kelembutannya. Suatu hari ia harus meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya, atau lebih tepatnya karena kondisinya tambah down setelah menangisi karakter figuran di novel yang ia baca...