"Masih ada yang mau dibeli?" Askar menatap Avalle yang sedang fokus memilih susu formula di depannya.
Saat ini mereka sedang di mall. Tadi sepulang sekolah, Avalle mengajak Askar ke mall, dia juga mengajak Latasha, tapi Latasha katanya ada urusan.
Askar tidak mengerti kenapa Avalle daritadi membeli barang-barang aneh. Mulai dari baju anak-anak segala umur, boneka-boneka, mainan-mainan, perlengkapan bayi seperti popok, susu formula, dan lain-lain. Ini Avalle belanja buat siapasih? Askar tadi sudah bertanya ke Avalle, tapi dia malah jawab, 'Adadeh, nanti kamu juga tau.'
Avalle belanja banyak banget barang, sampai-sampai Askar harus manggil orang-orangnya buat bantuin dia.
"Mungkin bahan makanan." Avalle memasukkan beberapa kotak susu formula, lalu menatap Askar, "Kamu udah capek? Kalau capek, kamu duduk dulu aja."
Askar menggelengkan kepalanya, mana mungkin dia membiarkan Avalle ke sana-sini sendiri.
→_→
Setelah merasa cukup dengan belanjaannya, merekapun meninggalkan mall itu.
"As, pengawalnya jangan disuruh pergi dulu. Nanti kita butuh mereka lagi."
Askar menganggukkan kepalanya, lalu mengkode 3 orang pengawal yang tadi dia panggil untuk ikut dengannya.
"Kita mau kemana?"
"Mmm... Kita ke xxxxx."
Askar menyenderkan kepalanya di bahu Avalle lalu memejamkan matanya. Mereka berdua sama-sama duduk di kursi tengah, sementara 2 pengawal Askar yang duduk di kursi depan dan menjadi sopir. 1 pengawal lainnya duduk di kursi belakang.
Avalle mengelus lembut rambut Askar, "Capek ya? Maaf ya, aku bikin kamu capek gini."
Askar tersenyum lembut dengan masih menyender dan memejamkan matanya, "Gapapa, aku bakal lakuin apapun buat kamu."
Avalle memalingkan wajah, menyembunyikan wajahnya yang memerah. Askar nih makin kesini makin berani.
Setelahnya hanya ada keheningan diantara mereka.
o((*^▽^*))o
Setelah beberapa menit berkendara akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
"Di sini tuan muda?"
Avalle menganggukkan kepalanya. Setelahnya, mobil merekapun berbelok ke arah sebuah rumah sederhana yang di depannya terdapat plang, "Panti Asuhan Mawar."
Beberapa anak yang sedang bermain di halaman rumah menatap mereka dengan bingung.
"Itu barang-barangnya angkut semua ya." Setelah turun dari mobil, Avalle langsung memberi perintah pada para bawahan Askar.
Avalle kemudian berjalan ke arah anak-anak yang sedang bermain itu, "Dek, bundanya ada?"
Seorang anak yang terlihat paling besar kemudian mengangguk dengan semangat.
Avalle tersenyum lembut kemudian mengelus puncak kepala anak itu, "Bisa tolong panggilin ibunya?"
Anak itu kemudian langsung berlari masuk ke rumah dengan semangat.
Avalle menatap anak-anak lain yang juga menatapnya, lalu dia berjongkok, "Adek-adek lagi ngapain?"
"Kami lagi main barbie, kakak cantik." Seorang anak perempuan menjawab dengan penuh semangat, sambil mengacungkan sebuah barbie.
Tidak lama, seorang perempuan paruh baya keluar rumah dengan tergesa-gesa.
Avalle kemudian bangkit kembali berdiri, lalu tersenyum melihat kedatangan, perempuan yang kemungkinan pemilik panti.
"Ah maaf. Saya tadi sedang memasak." Perempuan itu tersenyum menyambut kedatangan Avalle dan yang lain. Dari wajahnya, dia terlihat sangat kelelahan.
Avalle mengulurkan tangannya, yang disambut uluran tangan oleh ibu panti juga, "Kami ke sini berniat untuk menyumbang. Apa panti ini menerima sumbangan?"
Ibu panti itu menganggukkan kepalanya dengan semangat, "Ya, kami selalu menerima sumbangan yang datang. Kalau begitu silakan masuk."
Avalle lalu menatap Askar dan yang lain memberi kode untuk ikut masuk.
Avalle mengedarkan pandangannya ke seisi rumah. Rumah ini sederhana, dibilang kecil nggak, besar juga nggak. Rumahnyapun tidak terlihat mewah, tapi tetap bersih dan terawat. Tapi tidak ada kursi sama sekali, biasakan di ruang tengah ada kursi, nah ini nggak.
Ibu panti kemudian masuk ke salah satu ruangan, lalu kembali keluar dengan sebuah karpet besar. Melihat ibu panti yang kesusahan, para pengawal Askar langsung bergerak membantu.
Setelah selesai menggelar karpet, ibu panti menyuruh mereka untuk duduk.
"Tunggu sebentar ya, saya ambilkan minum dulu."
Tidak lama kemudian ibu panti kembali dengan nampan berisi gelas, dan seorang anak yang membawa wadah air dingin.
"Silakan di minum dulu." Avalle menganggukkan kepalanya, kemudian dia menuangkan air untuk dirinya sendiri, Askar, dan ketiga pengawal Askar.
Kemudian, mereka berlanjut dengan mengobrol-ngobrol ringan. Avalle bertanya beberapa hal tentang panti dan anak-anak di panti itu. Sedangkan Askar dan 3 bawahannya hanya diam saja menyimak.
Dari obrolan itu, diketahui kalau panti ini sudah berdiri selama 5 tahun. Awalnya ibu panti sama sekali tidak berniat untuk mendirikan panti asuhan.
Semua berawal saat ibu panti kehilangan suami dan anaknya karena kecelakaan. Saat itu ibu panti benar-benar tenggelam dalam depresi, sampai-sampai dia tidak keluar rumah dan terus mengurung diri selama berminggu-minggu. Lalu di suatu malam tiba-tiba dia mendengar suara ricuh di depan rumahnya.
Malam itu hujan lembat dengan angin kencang dan petir yang terus menyambar. Ibu panti yang berniat ke dapur untuk mengambil minum, mendengar suara anak kecil menangis, lalu terdengar suara anak lainnya yang seperti menenangkan anak yang menangis itu.
Karena penasaran, ibu panti kemudian membuka pintu. Saat itulah dia melihat ada 2 anak laki-laki yang sedang saling berpelukan, di samping pintu di bawah jendela.
Kedua anak laki-laki itu tentu kaget, lalu mereka langsung memohon kepada ibu panti untuk membiarkan mereka meneduh sebentar di sana. Karena kasihan, apalagi salah satu anak itu terlihat sangat pucat karena kedinginan, ibu panti kemudian menyuruh mereka untuk masuk ke rumah.
Ibu panti lalu mengetahui kalau ke dua anak itu anak sebatang kara. Lalu setelah malam itu, kedua anak itu sering main ke rumahnya. Mereka sering membantu ibu panti, mulai dari bantu bersih-bersih rumah, memasak, dll.
Berkat kehadiran 2 anak itu, ibu panti jadi memiliki semangat hidup kembali. Dia lalu memutuskan untuk merawat 2 anak itu, ibu panti bekerja keras untuk membiayai ke duanya.
Lalu semakin ke sini, ibu panti semakin merasa bahwa 'ternyata membantu orang itu menyenangkan' karena perasaan itulah, akhirnya ibu panti memutuskan untuk mendirikan panti asuhan untuk merawat anak-anak yang terlantar.
Ibu panti bekerja mencari uang untuk anak-anak yang diasuhnya dengan berjualan kue dan makanan-makanan ringan. Beruntung dagangannya memang banyak peminat. Ibu panti berjualan dengan offline dan online. Lalu, panti ini juga menerima setiap sumbangan, dengan syarat sumbangan itu berupa barang bukan uang. Kenapa ibu panti tidak menerima sumbangan uang? Sebenarnya hanya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Ah ya, bu. Apakah kedua anak yang ibu tolong itu masih di panti ini?"
"Iya mereka masih di sini. Tapi sekarang masih diluar. Katanya ada kerja kelompok."
"Kalau boleh saya tau, siapa nama 2 anak itu?"
"Oh mereka...
Kenneth dan Kenan."
Avalle tersenyum sumringah mendengar nama itu.
Oke, ini sesuai dengan isi novel.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Avisha or Avalle : An Extra
Подростковая литератураAvisha Ansell Nayaka. Seorang pemuda yang terkenal karena kelembutannya. Suatu hari ia harus meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya, atau lebih tepatnya karena kondisinya tambah down setelah menangisi karakter figuran di novel yang ia baca...