Askar menatap nanar pada sosok yang kini sedang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit, dengan berbagai alat yang membantu mempertahankan hidupnya.
Askar meraih tangan kanan Avalle, lalu dikecupinya, Askar meneteskan air matanya, kembali menangis, "Maaf..."
Askar menyatukan dahinya dengan dahi Avalle, membuat air matanya berjatuhan ke wajah Avalle. Askar lalu mengecupi seluruh wajah Avalle, mulai dari dahi, kedua matanya, kedua pipinya, hidung, dan terakhir di bibir pucatnya.
Askar memeluk Avalle dan menyatukan kepalanya pada dada Avalle, lalu mendengarkan detak jantung Avalle yang lemah. Dia kembali menangis mengingat kenangan indah yang mereka lewati, dan perlakuan buruknya pada Avalle, "Maaf... Aku benar-benar minta maaf. Maaf karena sudah menyakiti perasaanmu, maaf karena sudah berlaku kasar padamu, maaf karena sudah mengacuhkanmu, maaf karena tidak bisa melindungimu. Maaf... Maaf..."
Avalle adalah anugerah terindah yang diberikan tuhan padanya, tapi Askar malah menyia-nyiakannya. Setelah sekian lama dia hidup di dalam kegelapan, akhirnya dia bisa menemukan cahayanya, tapi karena keserakahan dan keegoisannya Askar membuat cahaya itu pudar.
"Ku mohon, bangunlah. Sayangku bangunlah. Ayok kita main ke pasar malam lagi, ayok kita jalan-jalan keliling mall lagi, ayok kita ke taman kota lagi, bungamu-bungamu di taman mansion menunggu pemiliknya. Ayok kita ke panti lagi, apa kamu tidak merindukan bayi kecil itu? Kumohon bangunlah..." Askar terus menangis tersedu-sedu sambil memeluk tubuh Avalle.
😇
"SIAPA YANG MENYURUHMU?!" Arthur menjambak rambut wanita di depannya, Nina.
"S-saya tidak akan mengatakannya." Nina menangis kesakitan karena jabakan kuat dari Arthur.
Arthur menyeringai mendengar jawaban Nina, "Ah... Tidak mau mengaku rupanya. Ambilkan alat-alatku."
Beberapa pengawal langsung bergerak masuk ke satu pintu, lalu keluar membawa berbagai macam alat penyiksa.
Arthur mengambil sebuah pisau, dan sebuah cambuk, "Baiklah, karena kau tidak mau mengaku. Bersiaplah untuk menerima hukumanmu"
😇
Bugh bugh bugh
"INI SEMUA GARA-GARA LO! GARA-GARA LO TEMEN GUE KRITIS! KENAPA LO NYAKITIN DIA?! KENAPA?! DIA UDAH MENCINTAI LO DENGAN TULUS. DIA LAKUIN SEGALANYA BUAT KEBAHAGIAAN LO! DAN INI BALASAN LO UNTUK DIA?! BALIKIN TEMEN GUE, ANJING, BALIKIN!" João terus memukuli Askar dengan membabi buta, air matanya sudah tidak bisa ditahan lagi. Jo langsung ke rumah sakit ketika mendapat kabar kalau Avalle kritis.
Setelah datang dan melihat Askar, Jo langsung dengan paksa menarik Askar ke belakang rumah sakit yang sepi, lalu mulai memukulinya. Hatinya benar-benar hancur, menerima kabar kalau teman yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri sedang dalam keadaan yang tidak baik. Apalagi mengingat perlakuan Askar pada Avalle sebelum Avalle kritis.
"JO!" Kaisar berlari menuju keduanya dan langsung menahan Jo yang terus memukuli Askar.
"LEPASIN GUE! NIH BAJINGAN HARUS DIKASIH PELAJARAN!"
"TAPI DIA UDAH PINTER!"
Jo langsung mengernyitkan dahinya dan menoleh pada Kaisar. Kai langsung menyengir, "Hehe. Askarkan juara umum 3 diangkatan kita."
"APASIH! LEPASIN! NIH ORANG GAK TAU DIRI WAJIB DIPUKULIN."
Kaisar dengan tenaga penuh menarik tubuh Jo dan menjauhkannya dari Askar, lalu Kai menggendong Jo dengan gaya seperti menggendong karung beras, dan berlalu pergi dari sana meninggalkan Askar yang terbaring meringkuk di tanah dengan wajah babak belur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avisha or Avalle : An Extra
Ficção AdolescenteAvisha Ansell Nayaka. Seorang pemuda yang terkenal karena kelembutannya. Suatu hari ia harus meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya, atau lebih tepatnya karena kondisinya tambah down setelah menangisi karakter figuran di novel yang ia baca...