"Sini aku bantu." Avalle yang melihat Askar kesulitan dengan dasinya mencoba membantu Askar. Tapi baru saja dia melangkah untuk mendekat, Askar sudah lebih dulu berlalu keluar dari kamar.
Avalle menatap kepergian Askar dengan mata berkaca-kaca, lalu diapun tersenyum dengan pedih.
Sudah 2 hari Askar mendiaminya. Avalle sudah menjelaskan semuanya pada Askar, Avalle juga menceritakan apa saja yang sudah dia bicarakan dengan Sam, bahkan Sammy sendiri juga sudah mengklarifikasi. Tapi Askar seolah tuli, atau malah tidak peduli? Dengan penjelasan Avalle dan Sammy.
Avalle terus mencoba mengajak bicara Askar selama 2 hari itu, mencoba menghibur Askar, tapi Askar tetap tidak menanggapi.
Kondisi mansion juga menjadi awkward. Avalle menceritakan semua pada Arthur dan Latasha. Akhirnya Arthur dan Latashapun mencoba membantu menasehati Askar, tapi semuanya percuma. Ego Askar selalu menguasai dirinya.
Avalle berjalan ke arah ruang makan, sudah ada Arthur, Askar, dan Latasha di sana.
Avalle mengambil tempat di sisi Askar, tapi Askar langsung beranjak, ke sebelah Latasha yang ada diseberang Avalle. Avalle meremat jarinya, menahan sakit di hatinya.
Arthur dan Latashapun langsung melihat ke arah Avalle, Avalle yang menyadari itu langsung memberi mereka senyuman manis.
Tidak lama beberapa pelayan datang menghidangkan makanan. Avalle beranjak menyiapkan makanan untuk anggota keluarganya.
"Kau siapkan makananku." Askar menatap pada salah satu pelayan yang berdiri dipojok ruangan. Pelayan itupun beranjak untuk mematuhi perintah tuan mudanya, tapi kemudian Avalle menahan pelayan itu, "Sudah, tidak usah. Aku bisa menyiapkan makanan Askar, kamu kembalilah ke tempatmu." Pelayan itupun kembali ke tempatnya.
Saat Avalle menyendok nasi dari tempat Nasi, Avalle dikejutkan dengan Askar yang tiba-tiba merebut tempat nasi ditangannya dengan kasar. Hal itu juga membuat kaget semua orang di ruangan itu.
"ASKAR!"
"BANG AS!"
Arthur langsung berdiri sambil menggebrak meja melihat tindakan kasar Askar. Avalle langsung menahan Arthur yang sudah bersiap untuk marah, "Papa... Jangan marah. Nanti papa cepet tua loh, hehe." Avalle terkekeh dengan pelan dan lirih.
Arthur menatap Avalle dengan tatapan tidak percaya. Kenapa Avalle tetap membela Askar? Jelas-jelas Askar sudah berprilaku kurang ajar.
Setelahnya hanya ada keheningan di meja makan itu.
😇
"Askar tungguin!" Avalle berjalan cepat menyusul Askar yang sudah lebih dulu memasuki gedung sekolah.
Karena tidak memperhatikan jalannya, Avalle kemudian tersandung oleh kakinya sendiri dan tentu hal itu membuatnya jatuh.
"Adududuhhh, lututku." Avalle mendongakkan kepalanya mengecek apa Askar melihatnya atau tidak, lalu kemudian Avalle kembali tersenyum perih melihat Askar yang sudah jauh di depannya, Askar tidak mempedulikan dia yang jatuh.
Avalle lalu bangkit, dan menatap punggung Askar. Dalam hati, Avalle berharap semoga Askar membalikkan badannya untuk melihat Avalle, walaupun itu hanya sekejap. Tapi, Avalle kembali harus menerima kenyataan pahit, karena Askar sama sekali tidak membalikkan badannya.
Hal itupun disaksikan oleh seseorang yang kini sedang tersenyum dengan sumringah. Alistor. Sepertinya, sekarang akan lebih mudah untuk dia menyingkirkan Avalle.
😇
Avalle membuka kotak bekalnya. Keadaan kelasnya sangat sepi, karena anak-anak lain sedang ke kantin. Avalle tidak ke kantin karena dia tidak mau menganggu waktu makan Askar, karena selama 2 hari ini setiap Avalle ke kantin untuk makan, Askar pasti langsung pergi dari kantin. Avalle tidak mau Askar sampai tidak makan hanya karena melihat wajah Avalle. Avalle juga sempat membuatkan Askar bekal, tapi lalu dia mendapat informasi dari Kaisar kalau Askar memberikan bekal buatannya kepada Kaisar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avisha or Avalle : An Extra
أدب المراهقينAvisha Ansell Nayaka. Seorang pemuda yang terkenal karena kelembutannya. Suatu hari ia harus meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya, atau lebih tepatnya karena kondisinya tambah down setelah menangisi karakter figuran di novel yang ia baca...