"Heh bocil jangan lari-lari! Sini mandi dulu!" Askar mengejar Arva yang berlarian ke sana ke mari sambil ketawa-ketawa, dengan badan bugilnya.
Setelah drama kejar-kejaran itu, Askar akhirnya bisa menangkap Arva, "Hup! Ketangkap juga lo tuyul. Kalau aja lo bukan kesayangannya Avalle, udah gue buang lo dari lama!"
"Dadaaaa~" Arva menyenderkan kepalanya ke dada Askar.
"Dah yok mandi." Askar berjalan meninggalkan ruang keluarga hendak menuju kamar Arva.
Saat melewati ruang tamu, Askar berpapasan dengan Jo, "Lah Jo?"
Jo menoleh pada Askar, "Oh, As. Gue mau jenguk Avalle, hehe."
Askar menganggukkan kepalanya, "Oh iya, dia ada di kamarnya. Lo ke sana aja."
Jo menganggukkan kepalanya, lalu meninggalkan Askar dan Arva.
Askar memasuki kamar Arva yang memang ada di lantai 1. Dia menghela napas lelah, melihat kamar Arva yang sudah seperti kapal pecah, "Lo gabisa banget ya jadi anak kalem gitu."
Arva hanya tertawa mendengar omelan Askar. Melihat tawa Arva yang menggemaskan, Askar langsung saja mengecupi seluruh wajahnya, membuat tawa Arva semakin menggelegar, "Lo tuh lucu, cuma agak stress aja."
Setelah selesai dengan acara kecup mengecup itu, Askar berjalan ke arah kamar mandi, dan langsung mencelupkan Arva ke bathtub yang berisi air hangat, ada bebek-bebeknya juga.
Askar dengan telaten membersihkan tubuh Arva, Arva sendiri sibuk mengoceh sambil memainkan bebek-bebeknya.
"Lo jangan cepet-cepet gede ya. Gue gabisa bayangin seberapa nyebelinnya lo kalau udah gede nanti." Bohong, bukan itu alasannya. Askar agak tidak rela membayangkan anak yang dia urus, yang selalu bermanja-manja padanya, suatu hari akan tumbuh besar dan menjalani hidupnya sendiri.
Setelah selesai memandikan Arva, Askar beranjak untuk memakaikannya pakaian.
"Selesai, yok kita main sama Mom."
Mama yang Askar maksud adalah Avalle. Karena Arva memanggil Askar dengan 'Dada', jadi Askar dan Avalle setuju untuk mengajarkan Arva memanggil Avalle dengan 'Mommy'.
Askar membawa Arva menuju kamar Avalle. Saat akan menaiki lift, lift lebih dulu terbuka dengan Jo yang keluar dari sana.
Askar mengernyitkan dahinya melihat wajah Jo yang seperti habis menangis. Jo sedikit membungkukkan badannya, "G-gue pulang dulu, As." Jo langsung melesat dari sana.
Arva dan Askar langsung bertatapan dengan bingung.
😇
Sam mencelupkan kain di tangannya ke air di baskom di bawah kasur. Setelah memerasnya, Sam menempelkan kain itu ke dahi Lan.
Sudah 3 hari Lan demam, tapi demamnya masih tetap tinggi. Dokter bilang demam itu karena luka ditangannya. Lan tidak mau dibawa ke rumah sakit, takut hantu katanya, jadinya dia dirawat di rumah.
"Sorry... Gue ngerepotin ya?" Lan berkata dengan suara serak dan lirihnya.
Sam mendengus pelan, "Nggaklah, ngerepotin apanya. Lagian lo kan adik gue."
Lan tersenyum tipis, lalu menutup matanya kembali, kepalanya sangat pusing.
Cklek
Sam menoleh mendengar suara pintu yang terbuka. Arvie melongokkan kepalanya, "Vie boleh masuk?"
Sam tersenyum melihat itu, imut sekali... "Masuk aja."
Arvie langsung masuk, dan berjalan perlahan ke arah kasur Lan, jalannya belum benar-benar lancar, tapi sudah mulai membaik. Arvie lalu naik ke kasur Lan, dia menempelkan tangannya di pipi Lan, "Panas banget, dipake goreng telur bisa ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Avisha or Avalle : An Extra
Novela JuvenilAvisha Ansell Nayaka. Seorang pemuda yang terkenal karena kelembutannya. Suatu hari ia harus meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya, atau lebih tepatnya karena kondisinya tambah down setelah menangisi karakter figuran di novel yang ia baca...