"Kak Vier~~~~ ayok dong, mau ya, ya ya?" Avalle bergelayut manja di lengan Xavier sambil menatapnya dengan tatapan mamohon.
Hal itu tidak lepas dari perhatian makhluk es yang baru saja memasuki mansion. Askar.
"EKHEM" Askar berdehem dengan keras, membuat Avalle dan Xavier mengalihkan padangan kearahnya.
Askar menatap tajam pada tangan Avalle yang sedang memeluk lengan Xavier. Askar lantas berjalan dengan capet ke arah keduanya, kemudian melepas pelukan itu dengan paksa.
Avalle sedikit tersentak kemudian memandang takut Askar yang kini sudah mengeluarkan aura tidak enak, "Askar...?"
Latasha berjalan memasuki mansion, kemudian menatap heran pemandangan di depannya, "Ada apa?"
Askar kemudian menarik Avalle dengan agak kasar, ke arah lift.
"Bang Askar, kamu bisa menyakitinya." Latasha menatap khawatir ke arah Askar dan Avalle yang sudah memasuki lift. Kemudian dia menatap Xavier yang masih bengong, mencoba memproses apa yang terjadi, "Ada masalah apa?" Xavier menggelengkan kepalanya, dia juga tidak mengerti.
Askar membuka pintu kamarnya dengan kasar, sambil masih 'menyeret' Avalle.
"Askar, hei! Kamu kenapa?" Avalle benar-benar panik sekarang. Dia berpikir, kesalahan apa yang sudah dia perbuat sehingga Askar marah padanya?
Askar menarik tangan Avalle, lalu menjatuhkan badan Avalle ke kasur, setelah itu Askar menindih bada Avalle dengan menumpukan kedua tangannya di samping kepala Avalle. Askar mendekatkan wajahnya dengan wajah Avalle sampai hidung mereka menempel.
Avalle dapat merasakan deru napas Askar yang berat, dan jantungnya yang berdebar kencang. Askar benar-benar sedang emosi!
Avalle mengelus lembut rahang Askar, menatapnya dengan mata berkaca-kaca, "Aku bikin salah sama kamu? Kalau aku memang bikin salah, aku minta maaf."
Askar menghembuskan napasnya dengan kasar, mencoba mengendalikan emosinya, kemudian dia memeluk Avalle dan menduselkan kepalanya ke dada Avalle.
Askar meraih tangan Avalle yang tadi ia tarik dengan kasar. Terdapat memar samar di sana. Askar menciumi pergelangan tangan Avalle dengan lembut.
"Maaf..." Askar menatap Avalle yang berada di bawahnya dengan tatapan penuh penyesalan. Dia benar-benar tidak berniat untuk menyakiti Avalle, hanya saja entah mengapa, tadi saat dia melihat Avalle berdekatan dengan Xavier membuatnya merasa tidak nyaman dan merasa emosi.
Askar kembali menduselkan kepalanya ke dada Avalle, lalu menidurkan kepalanya di sana. Avalle mengelus lembut rambut Askar.
"Apa terjadi hal buruk di sekolahmu tadi? Atau aku membuat kesalahan?"
Askar menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Avalle.
"Lalu, kenapa kamu marah?"
Askar menghembuskan napasnya, lalu mengangkat wajahnya menatap Avalle, "Kamu tadi... Kenapa meluk-meluk pengawalmu?"
Avalle terdiam mendengar pertanyaan itu. Wait... Apa Askar marah karena hal itu? Tapi kenapa?
Avalle terkekeh, "Aku tadi minta kak Vier buat anterin aku ke pasar malam nanti malam, katanya ada pasar malam di sekitar sini. Aku mau ke sana, jalan-jalan aja gitu."
Askar tersenyum tipis, dia mengelus lembut pipi gembil Avalle, "Jadi kau mau ke pasar malam?" Avalle menganggukkan kepalanya. Askar kembali memeluk Avalle, "Kalau begitu nanti malam kita berangkat bersama."
Avalle tersenyum senang mendengar itu, "Benarkah?" Askar menganggukkan kepalanya, lalu bangkit dari acara menindih tubuh Avalle, "Aku mandi dulu." Askar berlalu dari sana menuju kamar mandinya. Avalle berguling-guling di atas Askar, dia benar-benar senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avisha or Avalle : An Extra
Ficção AdolescenteAvisha Ansell Nayaka. Seorang pemuda yang terkenal karena kelembutannya. Suatu hari ia harus meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya, atau lebih tepatnya karena kondisinya tambah down setelah menangisi karakter figuran di novel yang ia baca...