Bayang 4 Lari ke Alas

669 93 26
                                    

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Fantasi Gelap Nusantara

Bayang 4 Lari ke Alas

"Kenapa kamu tersenyum seperti itu?"

Aku tersentak dan dengan cepat menoleh pada Ibunda yang duduk di hadapanku. Dengan menyentuh pipi yang terasa agak sakit--mungkin karena banyak tersenyum tanpa kusadari, aku bertanya, "Apa aku memang tersenyum terus?" Ibunda mengangguk. Pantas saja pipiku entah mengapa rasanya kaku.

"Apa terjadi sesuatu yang menarik?"" Ibunda bertanya lagi. Kali ini dengan menatapku menggoda sembari memberikan beberapa lauk ke atas piringku.

"Tidak juga, sih, tapi aku memang senang karena kekhawatiranku ternyata salah. Aku pikir akan ada orang yang hilang lagi, ternyata tidak."

"Hilang? Maksudmu pantangan orang yang keluar malam hari itu?" Tatapan mata Ibunda seperti sedang menilaiku. Agak dingin memang. Jika aku bukan anaknya, aku pasti sudah menangis ketakutan, sama seperti anak kecil lain yang biasa lewat depan rumah.

Apa mereka tidak tahu jika dibalik mata tajamnya itu, Ibunda adalah orang yang hangat? Padahal mereka suka sekali saat diberi kue oleh Ibunda.

"Iya. Meski dibilang pantangan, aku percaya-tidak percaya. Tapi kalau keluar malam-malam, takutnya ada hewan buas dari hutan datang ke dusun, kan? Bisa saja orang hilang karena hal itu, kan?"

Ada jeda cukup lama dari Ibunda. Beliau tidak memakan makanannya dan hanya diam menatapku. Tangannya bergerak untuk meletakkan gelas yang dipegangnya. "Saat kamu menjemput orang hilang lima tahun yang lalu, apakah kamu melihat ada hewan buas di hutan?"

Aku tidak menggeleng atau mengangguk sebagai jawaban. "Sayangnya, aku sudah lupa. Itukan kejadian lama, Bunda. Orang-orang selalu mengungkitnya, padahal aku sama sekali tidak ingat. Melihat aku yang berhasil pulang, itu tandanya "

Aku menyuapkan daging kering ke dalam mulut. Mendengar tidak adanya jawaban dari Ibunda, sepertinya beliau menerima jawabanku. 

Meski orang-orang bilang akulah yang berhasil menemukan orang hilang itu, tetapi bisa saja ia hilang karena tersesat di hutan malam hari, bukan karena rumor omong kosong itu. Lagi pula, hutan akan sangat gelap dan membingungkan, bahkan bagi penduduk desa sendiri. 

Tidak ada yang bisa menghafal seluk beluk hutan dengan baik. Apalagi jika tanpa adanya cahaya sedikit pun. Tidak heran jika mereka akan hilang karena berputar-putar di tempat yang sama, atau malah berjalan lebih jauh dari Dusun.

Lalu, aku sendiri juga tidak pernah menghilang meski selalu menjadi yang terakhir masuk ke rumah. Penduduk terlalu membesar-besarkan masalah dan pantangan.

"Mau bagaimana lagi kalau kamu sudah lupa. Mungkin itu memang yang terbaik untuk saat ini."

Ucapan Ibunda membuatku bertanya-tanya apa makna dibaliknya. Namun, melihat beliau yang tidak menjelaskan lebih lanjut membuatku mengurungkan niat dan memilih untuk menikmati makan malam hari ini.

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang