Bayang 13 Sendiri Berdua

709 86 63
                                        

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Fantasi Gelap Nusantara

.

Bayang 13 Sendiri Berdua

Aku memiringkan kepala. Sekilas, aku kembali mengingat pemandangan di mana Kartika yang sedang berendam. Pandangannya kosong saat itu, tetapi bukan benar-benar tidak melihat apapun. 

"Termasuk perempuan-perempuan yang mengelilingimu saat di mata air?"

Kartika mengernyit dan menggeleng. "Hanya ada aku dan Danastri saja di tempat yang luas itu." Aku bergumam dan tidak ingin bertanya lebih lanjut, memutuskan untuk mengubur semua rasa penasaran. 

"Bagaimana denganmu? Aku senang kamu bisa pulang dengan selamat. Chandra memang istimewa, ya?"

Aku menggeleng cepat dan menyanggah, "Tidak, tidak! Aku tidak mau lagi melakukannya. Jalanan sangat sepi dan menyeramkan. Aku hanya bisa mendengar suara hewan malam. Tidak ada suara orang-orang dari dalam rumah. Menyeramkan." Aku merinding mengingat bagaimana rasanya berjalan sendirian kemarin.

"Tidak bertemu hal-hal aneh?"

Aku berpikir keras, lalu menjawab dengan senyuman, "Maaf, aku tidak mau menceritakannya."

Kartika menatapku dengan pandangan mengerti. Aku tidak peduli dengan Kartika yang berpikir aneh dan macam-macam tentang apa yang aku temui kemarin. Biar saja pantangan desa tetap jadi pantangan. 

Jika aku bercerita bertemu dengan pria tampan dan berwibawa, orang-orang pasti akan tidak segan untuk keluar saat senja lagi.

Belum lagi jika nanti apa yang aku lihat dengan yang orang lain temui berbeda, pasti akan susah nantinya. Bisa-bisa mereka berkata jika aku pembohong dan akan menyalahkanku atas kejadian yang terjadi di malam hari.

***

"Ibunda dengar Danastri sakit dari kemarin. Apa kau tidak menjenguknya?"

Aku menoleh pada Ibunda yang sibuk memotong sayuran. Aku tidak menyangka jika Ibunda bahkan mendengar kabar ini. Sudah kuduga, Danastri memang terkenal satu dusun. Namun, untuk masalah menjenguk Danastri ....

"Aku belum menjenguknya." 

Sebenarnya, aku tidak punya keberanian untuk menjenguk Danastri setelah kejadian malam saat itu. Aku tidak tahu apakah Pak Kepala Dusun akan menerimaku sepenuh hati.

"Kenapa? Kalau tidak salah, kalian berdua cukup dekat, 'kan?"

Aku mengangkat kedua tangan yang sedang memegang kapak tinggi-tinggi. Bunyi dakk! Terdengar ketika aku berhasil mengayunkannya dan membelah kayu menjadi dua. Sembari mengusap peluh yang mengalir dari dahi menuju pipi, aku menjawab pertanyaan Ibunda yang sebelumnya aku abaikan.

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang