Chandra © Fukuyama12 (2023)
Genre: supernatural, horror-fantasy, historical Nusantara
.
.
.Bayang 27: Pengganggu
.
.
"Selamat tidur, Chandra," bisik Ibunda dengan membelai tangannya pada puncak kepalaku. Aku tersenyum dan mengangguk dalam baringku. Tidak berhenti pada elusan kepala, wajah Ibunda perlahan mendekat dan memberikan kecupan singkat di dahiku.Aku terkesiap sejenak dan mengelus bekas hangat yang tertinggal. Padahal aku sudah sebesar ini, tetapi Ibunda selalu memperlakukanku seperti anak kecil.
"Mimpi indah, ya," ucap Ibunda terakhir kali sebelum akhirnya pergi meninggalkanku sendirian di kamar.
Setelah pintu tertutup, aku bangkit dari tidur dan menatap pintu serta ruangan yang kosong. Ibunda tidak kunjung tidur, bisa kudengar suara alat-alat yang beradu di luar kamarku. Aku diam dan mendengarkan, tidak tidur meski lilin yang menggoyangkan bayangan biasanya membuat kantuk datang, tidak ada jauh bedanya dengan lagu pengantar tidur di masa kecil.
Beberapa kali aku perlahan tertidur, tetapi selalu bangkit karena suara gesekan benda. Aku mengernyit saat menyadari minyak yang sudah mulai sedikit. Ternyata waktu berjalan sudah cukup lama dan selama itu pula tidak ada suara yang berhenti terdengar dari luar sana.
Kenapa Bunda tidak kunjung tidur?
Aku mengernyit keheranan sembari bangkit dan turun dari ranjang. Aku sama sekali tidak merasa terganggu dengan suara-suara itu. Aku hanya mengkhawatirkan Ibunda yang tidak kunjung tidur.
Apa mungkin Ibunda kepikiran dengan perkataan orang-orang tadi? Ibunda mungkin terlihat tegar dan menghalangku untuk tidak membalas mereka. Namun, bukan berarti Ibunda tidak sakit hati setelah mendengarnya, 'kan?
Suara decitan terdengar bersamaan dengan tanganku yang mendorong pintu kamarku. Tidak ada lagi suara yang terdengar. Kepalaku menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sosok Ibunda yang mungkin menyadari aku yang masih terjaga karena tidak ada lagi suara berisik.
"Ibunda?" panggilku pelan dan kali ini sudah benar-benar berada di ruang tengah.
Hening menyambut panggilanku. Suara barang yang dipindahkan, suara langkah kaki ringan yang berkeliling ruang, gesekan sapu di lantai, semuanya hilang begitu saja. Aku menggaruk rambut kebingungan dan terus berjalan mengelilingi seisi rumah.
Tidak ada lagi suara Ibunda yang sedang bekerja, entah itu memasak di tengah malam untuk besok atau membereskan rumah. Rumah yang sunyi membuatku bisa mendengar suara serangga yang ada di luar rumah, atau mungkin yang menyelinap masuk melalui celah-celah dinding kayu.
"Ibunda?" panggilku sekali lagi.
Karena masih belum mendengar jawaban, aku memilih untuk menuju kamar Ibunda dan menengoknya. Perlahan pintu kubuka, takut-takut jika ternyata Ibunda sudah tertidur.
Suara napas lembut yang beraturan terdengar. Sosok Ibunda tertidur dengan selimut yang tersingkap hingga ke pinggangnya. Lelapnya tidur Ibunda seolah mengatakan jika beliau sudah tertidur sejak tadi. Aku berdiri tepat di pinggir ranjang Ibunda, memperhatikan wajah ayunya yang lebih santai.
Jika Ibunda sudah tidur sejak tadi, siapa yang bersuara selama ini?
***
Benang-benang saling menjalin satu sama lain, menciptakan pola-pola indah yang rumit, suara kayu yang tidak sengaja saling bersenggolan terdengar candu, tangan Ibunda dengan lihai membuat benang-benang itu perlahan berubah menjadi kain tenun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Fantasi"Jangan main kalau matahari mulai terbenam, nanti kamu bisa hilang! Apalagi kalau sampai masuk ke Alas!" Bukan untuk menakut-nakuti anak kecil agar pulang sebelum senja, tetapi itu memang pantangan bagi seluruh penduduk Dusun Pedhukul tidak peduli u...