Bayang 12 Bunda Marah

540 67 40
                                    

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Fantasi Gelap Nusantara

.

Bayang 12 Bunda Marah

"Kau tahu kenapa Ibunda marah padamu?"

Aku menarik diri dan duduk dengan benar. "Karena Bunda khawatir, kan? Maaf, Chandra akan pastikan kalau ini hanya akan terjadi satu kali saja. Ke depannya, Chandra tidak akan lakukan lagi. Chandra sudah kapok."

"Bunda tidak hanya khawatir," ucap Ibunda dengan tegas.

Aku meneguk ludah. "Ibunda takut aku hilang seperti warga desa yang melanggar pantangan?"

Sudut mata Bunda berkedut. Sepertinya tebakanku benar. Inilah yang Bunda khawatirkan. Aku menegakkan badan dan duduk mendekat. "Itu hanya pantangan, Bunda! Awalnya Chandra juga takut, tapi kami berempat baik-baik saja! Chandra juga baik-baik saja meski pulang sendirian!"

Napasku tercekat saat aku tanpa sadar meninggikan suara. Aku kembali meringsut dan bergumam kecil, "... maaf. Chandra tidak bermaksud begini." Akan tetapi, sepertinya aku terlambat karena tatapan mata Ibunda menjadi lebih tajam dari sebelumnya.

"Bagaimana kalau itu bukan hanya mitos?!" Ibunda berseru padaku.

Aku tersentak, hanya saja, aku juga tidak ingin menyerah. "Bagaimana kalau itu hanya mitos saja? Orang yang terakhir hilang itu sudah lama sekali terjadi. Orang itu juga kembali bahkan sebelum pagi datang, kan?"

Aku dan Bunda sama-sama terdiam. Yang terdengar adalah suara deru napasku yang kasar karena telah meninggikan suara. Mungkin aku dan Bunda sama-sama berpikiran hal yang sama, yaitu tentang kejadian yang terjadi sepuluh tahun yang lalu.

Kejadian itu menghebohkan satu dusun. Seorang pria selama hampir dua hari. Orang-orang khawatir dan mulai mencari, baik remaja maupun orang dewasa, semua dikerahkan. Karena masih kecil, aku tidak berpikir apa-apa tentang pantangan itu dan anehnya sama sekali tidak takut. Tanpa aku ketahui, warga berhenti mencari saat senja datang dan aku terus mencari hingga malam tiba.

Kudengar Ibunda sangat panik hingga menangis dan pingsan beberapa kali saat mendengar aku hilang. Beliau memaksa orang-orang untuk mencariku, tetapi tidak ada yang berani melakukannya. Mereka juga tidak ingin hilang karena saat itu sudah ada dua korban. Yang bisa mereka lakukan saat berkumpul di balairung dengan berdoa agar aku dan orang hilang itu ditemukan.

Dengan ajaib, tiba-tiba aku datang dengan menggandeng pria yang hilang itu, berjalan menuju balairung tanpa merasa takut. Anehnya lagi, aku tidak ingat apa pun yang terjadi selama aku hilang. Bagaimana aku mencari dan menemukan pria itu, tidak ada yang mengetahuinya. Bahkan aku sendiri.

"Tadi aku juga bertemu orang lain di jalan. Pantangan hanya mitos yang tidak benar," ucapku pelan, berusaha untuk meyakinkan Ibunda.

"Bagaimana jika yang kamu temui itu bukan manusia?"

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang