Chandra oleh Fukuyama12 (2024)
Genre: Fantasi Nusantara
.
Bayang 37 Semerbak Wangi Bunga
.
.
.
"Gadis cantik? Tidak tahu," ucap wanita itu dengan acuh seolah tidak peduli sama sekali dan hanya menatap bunga kering yang ada di tangannya.
Aku, Mahesa, dan Kartika—Mas Giandra masih menutup matanya dan nyaman dalam kegelapan dunianya sendiri—bergidik saat melihatnya menelan satu kembang kering itu, memakannya seolah itu adalah makan paling lezat yang pernah ia makan.
"Gadis cantik? Kupikir aku pernah melihatnya beberapa kali." Seseorang tiba-tiba menjawab. Entah dari mana dia muncul. Aku segera menoleh dan tidak menyangka jika akan dan orang lain yang ikut mendengarkan pembicaraan kami.
Akan tetapi, bukan itu yang membuatku terdiam. Namun, wajahnya yang tidak asing membuatku membelalakkan mata. "Kau ... bukankah kau yang waktu itu?" tanyaku tanpa sadar.
Pemuda itu, yang umurnya terlihat seperti tidak jauh dari Mas Giandra, memiringkan kepalanya dan tersenyum. "Ah, sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya, ya?"
Aku membuka mulut tidak percaya. Hampir tidak bisa kubayangkan akan bertemu dengan orang yang kukenal. Tidak pernah aku sesenang ini bertemu dengan orang asing.
"Iya, kamu yang mampir beberapa kali ke dusunku itu, kan?" balasku bersemangat. Pemuda itu diam, lalu mengangguk pelan sembari mempertahankan senyumnya.
"Siapa, Chandra?" bisik Kartika setelah berhasil mengambil perhatianku dengan menarik lengan.
"Emm, aku tidak tahu bisa disebut kenalan atau tidak, tapi orang ini sudah beberapa kali mampir ke dusun kita. Waktu itu, aku dan Mahesa juga bertemu dengannya di telaga. Iya, kan, Mahesa?" Aku beralih pada Mahesa dan dijawab dengan anggukan setuju dari pemuda itu. "Jadi, apa kau melihat teman yang aku sebutkan ciri-cirinya itu?"
Pemuda yang masih belum kuketahui namanya itu mencoba berpikir. "Aku tidak tahu cantik seperti apa yang kamu maksud. Apa tidak ada ciri-ciri lainnya?"
Kini giliran aku yang berpikir. "Dia ... cantik," ucapku meski tahu apa yang aku katakan sama sekali tidak membantu.
"Iya, dia cantik!" balas Mahesa cepat.
"Benar, adikku yang paling cantik!" Tiba-tiba, Mas Giandra ikut menjawab. Kulihat dia tidak lagi memejamkan matanya dengan erat, tetapi masih saja memegang tanganku seperti anak kecil. "Tidak ada yang lebih cantik daripada Danastri! Semua orang pasti jatuh cinta setelah melihatnya!"
Pemuda itu memiringkan kepalanya dan menatap kami satu persatu, lalu beralih pada Kartika. Tatapan matanya tertuju cukup lama dan membuat Kartika bergerak sedikit menyembunyikan dirinya di balik punggungku dan Mahesa, mungkin karena merasa risih.
"Kalau cantik, menurutku gadis di belakangmu itu lebih menarik," ucap pemuda itu sembari menunjuk Kartika.
Serempak, aku, Mahesa, dan Mas Giandra menoleh ke arah kartika yang berjingkat saat namanya disebut. Pandangan gadis itu tidak menentu, seolah bingung harus menghadap ke mana. Pada akhirnya, ia bergerak menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Fantasy"Jangan main kalau matahari mulai terbenam, nanti kamu bisa hilang! Apalagi kalau sampai masuk ke Alas!" Bukan untuk menakut-nakuti anak kecil agar pulang sebelum senja, tetapi itu memang pantangan bagi seluruh penduduk Dusun Pedhukul tidak peduli u...