Bayang 28 Penunggu Bayang

559 71 5
                                    

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Fantasi Gelap Nusantara

.

Bayang 28 Penunggu Bayang



"Ibunda, apa mungkin ada yang sedang mengganggu kita?"

Ibunda terdiam dan menatapku dalam pandangan yang tidak bisa diartikan. Beliau tiba-tiba berbalik dan tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk menjawab pertanyaanku. Meski aku menunggu, Ibunda tidak juga berbincang. Aku pun memilih untuk mengurungkan diri menunggu jawaban dari ibunda.

Ibunda terlihat tidak ingin menjawabnya. Ibunda selalu seperti ini jika aku bertanya tentang hal-hal yang di luar nalar manusia.

"Aku pergi mencari Danastri lagi, ya!" pamitku. Ibunda mengangguk dan masih sibuk membereskan masakannya yang basi, memilih mana yang bisa dimakan dan tidak.

Aku menatap alat tenun yang ada di teras rumah yang tergeletak tidak berdaya. Semakin melangkah meninggalkan rumah, aku menyadari jika ada yang berbeda dari suasana rumah yang biasanya.

Tidak benar-benar mengabaikannya, aku berlalu pergi begitu saja. Mungkin aku bisa bertanya pada Datu Suma atau Mahesa saat aku bertemu dengan mereka nanti.

***

"Rumahmu diganggu?" Mahesa bertanya sembari menatapku tidak percaya.

Aku mengangguk mantap, meski dalam hati juga sama tidak yakinnya. "Semalam ada suara orang berkeliaran di rumah, tetapi sewaktu kulihat ternyata Ibunda sudah tidur dan tidak ada siapa-siapa di ruang tengah. Lalu, masakan yang Ibunda masak pagi ini semuanya basi dan hanya beberapa yang bisa dimakan."

"Tapi mereka tidak sampai melukaimu, kan?" Kartika yang masih ikut membantu aku dan Mahesa untuk mencari Danastri menatapku sama tidak percayanya dengan Mahesa. Aku menggeleng sebagai jawaban. "Semoga itu bukan karena kiriman dari orang jahat."

"Aku harap begitu," aminku pada doa Kartika.

"Apa ini semua karena aku yang tanpa sengaja memaksamu untuk mencari orang hilang setelah senja?" celetuk Kartika sembari menarik ujung lengan bajuku dan membuatku berhenti melangkah.

"Tidak, kok. Ini bukan salahmu, Kartika," ucapku menenangkan Kartika yang mulai panik dan menggenggam tangannya. "Aku juga tidak tahu itu kiriman atau bukan aau mungkin ini hanya kebetulan saja."

Bukannya terlihat membaik, genggaman tangan Kartika semakin erat. Kernyitan dan mata yang mulai berkaca-kaca menandakan jika tak lama lagi akan ada butiran air yang keluar.

"Maaf, seharusnya aku tidak mengatakan apa yang terjadi malam itu." Kartika terlihat menyesal. "Aku ingin menyimpannya, tetapi aku juga tidak ingin keadaan dusun ini semakin parah. Maka dari itu, meski aku seolah mendorongmu untuk pergi melanggar pantangan dusun, aku akan ikut denganmu jika kamu memang jadi pergi."

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang