Bayang 35 Sesuatu di Dalam Hutan

428 54 10
                                    



Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Fantasi Gelap Nusantara


Bayang 35 Sesuatu di Dalam Hutan


.

"Sudah berapa lama kita berjalan? Bukankah sebaiknya kita beristirahat saja? Aku sudah mengantuk dan kelaparan!"

Entah sudah berapa kali Mas Giandra merengek untuk berhenti. Padahal ini bukan jarak yang cukup jauh, tetapi memang karena jalan yang terjal dan terus menaik dan ditambah dengan dingin yang tidak bersahabat, tidak heran jika rasa lapar dan lelah menjadi cepat datang.

"Kita sudah istirahat beberapa saat yang lalu." Mahesa bersuara. "Kita tidak boleh menyia-nyiakan malam." 

Aku setuju dengannya. Meski harus terus terjaga sepanjang malam, ini justru akan jadi kesempatan yang bagus untuk mencari orang-orang yang hilang dan alasan mengapa mereka bisa seperti itu.

"Tapi aku lapar!!" Mas Giandra terus merengek. Sepertinya umur tua hanyalah angka saja untuknya.

"Persediaan akan habis jika Mas Giandra terus memakannya!" Aku berseru kesal. "Makan saja punya Mas Giandra sendiri, ibumu pasti menyediakan makan untukmu, kan? Aku dan Mahesa harus berbagi dengan Kartika."

"Ma, maaf jika kehadiranku menyusahkan kalian," lirih Kartika. 

"Tenang saja, Kartika! Makan sedikit tidak akan membuatku mati!" aku dengan cepat menenangkan Kartika. 

Namun, Kartika terlihat seperti belum menyelesaikan kalimatnya. Jadi, aku masih menatapnya. "Namun, jika ada bahan masakan, mungkin aku bisa memasaknya. Jadi kita tidak akan benar-benar kelaparan."

"Aku senang kamu bisa ikut Kartika." Kartika menoleh cepat pada Mahesa. Matanya berbinar tanpa bisa disembunyikan. "Aku dan Chandra tidak bisa memasak."

"Terima kasih sudah mengatakan itu," ucap Kartika dengan senyum lebar.

Benar apa yang dikatakan oleh Mahesa, kami berdua sama-sama tidak bisa memasak. Ikan bakar yang kami makan setelah pergi memancing punya rasa hambar dan pahit yang tidak bisa dideskripsikan. Bagian luarnya gosong sedangkan dalamnya justru tidak matang. Aku tidak tahu mengapa bisa seperti itu. Jika dalam keadaan darurat pun, mungkin aku lebih memilih untuk kelaparan daripada memakan masakanku sendiri.

Ibunda juga tidak pernah mengajariku memasak dan hanya menyuruhku untuk mencari bahan-bahannya saja atau mengantarkan masakannya pada warga Dusun. Maka dari itu, persediaan makananku yang dibawakan oleh Ibunda berjumlah agak banyak.

"Bagus kalau begitu." Mas Giandra menghempaskan badannya ke atas tanah dan duduk bersandar di bawah pohon. Ia menancapkan obor bambunya ke tanah agar penerangan masih menyala.

Aku geleng-geleng melihat kelakuannya yang seenaknya. Mau bagaimana lagi jika orang ini berkata seperti itu, mau dipaksa untuk berjalan pun seperti tidak akan berhasil. Bahkan kambing saja mau berjalan jika diberi iming-iming rumput.

Mau tidak mau kami duduk mengikuti Mas Giandra. Tidak ada salahnya juga untuk beristirahat.

Aku mendongak dan menatap langit hitam. Jika malam itu tidak dihitung, entah sudah berapa lama aku tidak melihat langit malam. Kemarin, karena terlalu takut, aku jadi tidak bisa memperhatikan malam dengan baik.

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang